50- Teman Dekat.

288 35 3
                                    

###
Happy reading!
.
.
.

"Dia kan pinter, pantes lah masuk tiga besar." ujar Dirla seraya masih memainkan ujung kukunya yang sudah di cat cantik oleh Apip.

Satu Minggu yang lalu mereka melaksanakan Ujian Akhir Semester, dan saat ini semua warga sekolah sedang gempar-gemparnya menyebut salah seorang siswi kelas sebelah yang  masuk peringkat 3 besar di semua jurusan IPA kelas XI.

"Eh, gue juga dong!" Mila menyerobot, duduk berdesakan dengan Lira, mengantri untuk kukunya di cat oleh Apip. Membuat Lira menatapnya kesal.

"Emang siapa?" Tanya Mila kepo.

"Si Sila, anak kelas sebelah yang dulu pernah berantem sama Dirla." Jelas Apip.

Mila hanya mengangguk dengan mulut membentuk huruf O.

Sekarang jamkos, dan sudah pasti kegiatan di kelas mereka beragam. Seperti saat ini, keempat gadis itu memilih mengecat kuku mereka dengan kutek milik Dirla. Kata Dirla kutek nya halal, jadi tidak ada masalah.

Sedangkan sebagian memilih tidur dan melakukan kegiatan tak berguna.

"Baiknya sih habis ini kantin aja, gerah gue disini terus,"

"Ho.oh gue setuju tuh,"

"Halah, palingan lo minta bayarin Dirla makanya ngikut," cibir Mila, dan Apip menyengir.

"Lo kan udah pake jasa gue, ya pantes dong gue minta bayaran." Bela Apip.

"Dih, perhitungan."

"Gak baik nih yang kayak gini. Lira, lo jangan tiru nih si Apip." Mila memanggilnya, lalu menunjuk wajah Apip ogah-ogahan.

"Kemarin lo penilaian basket sama siapa aja?" Tanya Apip mengubah topik obrolan mereka.

Lalu melepaskan tangan kanan Lira setelah dirasa selesai mengecat kuku milik temannya itu.

"Kenapa?" tanya Lira heran.

"Gak papa, cuma nanya. Tapi lo gak pingsan lagi kan kayak waktu itu?"

Dahi Lira mengerut, dia menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba gatal.

"Gak lah! Lagian cuma gue sama Andra doang yang ikut penilaian susulan."

"Siapa tau sama Wily lagi."

"Emang kenapa kalo sama Wily?" tanya Mila terburu.

"Dia kan kemarin pingsan gara-gara Wily."  jelas Dirla memberitahu.

"Dir!" panggil Lira berusaha menahan temannya itu agar tidak bercerita lagi tentang nya.

"Iya-iya! Panik amat lo!"

"Gue liat-liat lo makin deket aja sama Andra." ujar Mila. "Kemarin kalo gak salah lo juga berduaan sama dia di depan ruang guru."

Lira terdiam, kenapa Mila mengungkit nya lagi setelah hampir dua Minggu berlalu?

"Gue minta dia nemenin gue buat nunggu hasil ulangan matematika gue  doang. Udah itu aja." Jelas Lira.

"Terus lo sama Wily gimana?" pertanyaan itu dia dapatkan dari Mila, gadis itu masih menatapnya, meminta  jawaban.

"Apanya yang gimana?"

Mila memutar bola mata malas. "Gini ya Li, bukan gue aja yang tahu kedekatan lo sama Wily, nah, sekarang gue tanya lo sama Wily gimana? Maksud gue lo berdua ada hubungan khusus ya?"

Lira sadar akan hal itu. Mungkin semua orang sudah tahu dia dan Wily dekat meski awalnya dia terus menyangkalnya, namun, lambat hari semuanya sudah terbukti. Dari mulai Wily yang datang ke kelasnya, bertemu di taman, atau bahkan pernah berada di UKS bersama. Semua itu tak luput dari pandangan semua siswa, baik teman kelasnya ataupun kelas lain.

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang