XXIX

14.6K 1.7K 80
                                    

             Mikael tidak munafik untuk berkata bahwa usahanya untuk mencari kesepakatan dengan Asmaralaya Industries yang keberatan atas keputusan CLAIR berjalan dengan efisien. Asmaralaya Industries dalam hal ini cukup persisten mempertahankan keberatannya dan seluruh permintaan mereka banyak yang tidak masuk di akal. Sementara itu, melepaskan CLAIR sama sekali bukan pilihan Mikael. 

            Perlu berhari-hari mengukur ulang semua rencana sampai kemudian pembicaraannya dengan Arsen memunculkan sebuah ide yang benar-benar terdengar konyol. Namun, semakin melihat hubungan beracun Raeden dan Rose, semakin juga Mikael yakin keputusannya tepat. 

           Keputusan terbodoh sepanjang hidup Michael Leclair; Mikael akan meminta Rose Asmaralaya menikah dengannya. 

          "Breakfast at night?" 

          Pertanyaan Rose memecah lamunan Mikael. Wanita itu mengambil duduk di sebelah Mikael yang sedang makan di kitchen island. Mikael menoleh untuk menatap Rose dan mendapati rambut Rose yang belum kering setelah dikeramas membasahi baju wanita itu—salah, bajunya. Rose Asmaralaya terpaksa memakai bajunya malam ini karena tidak ada pilihan lain selain baju Andaka, dan Mikael tersenyum melihat itu. 

          "Ya, aku lapar," kata Mikael tanpa mengalihkan pandangan dari Rose. Sangat lapar.

          "Sama aku juga," balas Rose dengan polos.

          "Punya kamu ada di microwave." Mikael menunjuk microwave di selebah kulkas. 

          "Thanks. Kamu masak?" tanya Rose lagi lalu berjalan mengambil makanannya dengan senyuman lebar. Entah mengapa sangat menyenangkan membayangkan Michael Leclair memasak.

           "Ya karena Andaka tidak sempat memasak dan semua orang di dunia ini akan tertidur jika harus menunggunya memasak. Siput pun akan menang jika berlomba masak dengan Andaka."

           "Jahat sekali kamu sama Andaka. Be nice, Michael." Rose kemudian menggelengkan kepala dan Mikael mengendikkan bahunya. 

           Ketika Rose kembali duduk, ia tertawa geli melirik isi piringnya dan Mikael. Ada dua telur mata sapi, beberapa potong bacon, sosis, kacang panggang, dan yang membuat Rose tidak habis pikir, croissant sebagai pengganti toast.

          "Ini fusion ya? English breakfast dan croissant? Namanya jadi Frenlish breakfast dong, Mikael," Rose belum berhenti tetawa.

          "Frenlish, that's a good name. Aku akan menyebut menu sarapanku sebagai Frenlish mulai dari sekarang," ujar Mikael dan Rose semakin terbahak.

           "You are so French," gumam Rose ketika Mikael menggigit croissant-nya. "Kalau misalkan aku bertemu kamu di tenda kaki lima, aku akan terkejut karena mengira kamu orang bule yang tersasar."

          "Sepertinya semua orang mulai berlebihan seperti Alana. Rose, justru aku sangat Indonesia. Aku masih makan nasi padang. I'm eating croissant because it tastes best above any kind of bread."

          "Agreed, but it's pastry dan tetap saja kamu tidak akan pernah se-Indonesia orang yang makan di tenda pinggir jalan. Jangan mendebatku karena aku sudah menjelajahi hampir semua warung kaki lima di Jakarta Selatan." Rose menunjuk Mikael lalu mencuri satu potong bacon dari piring pria itu.

           Mikael mengangkat sebelah alisnya. "Kamu menantangku lagi? Apa menantangku sudah menjadi hobi kamu?"

          "Tidak, sama sekali tidak. Sudah cukup aku hampir pingsan kemarin melihat kamu makan makanan cepat saji. Aku asli bisa pingsan kalau kamu benar-benar makan makanan kaki lima."

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang