LXXX

12.2K 1K 40
                                    

      Rose Asmaralaya telah tertidur di dalam dekapan suaminya sejak lima jam yang lalu. Namun, suaminya yang mendekapnya itu belum bisa memejamkan matanya, walaupun sudah pukul tiga subuh. Michael Leclair hanya memeluk Rose seerat yang ia bisa lakukan seakan-akan ia tidak ingin melepaskan pelukannya lagi untuk selamanya. Terakhir kali ia memeluk Rose dan melepas pelukan, wanita itu terkulai di lantai dengan telanjang dan hal lainnya yang tidak sanggup ia sebutkan saat ini. 

     Ketika merasakan Rose menggeliat, Mikael mengusap-usap lengan wanita itu yang sekarang membuka kedua matanya. Rose menatapnya sejenak. Mikael terpejam saat Rose mengusap pipinya.

      "Hai," bisik Rose. "What is it, Mikael?

      Mikael menggeleng. "Nothing," balas Mikael tanpa suara.

      "Berhenti menyimpan perasaanmu sendirian. Terakhir kali kamu melakukannya, kamu meninggalkan aku sendirian di rumah sakit dan itu menyakitkan," kata Rose.

      "Aku sudah bilang aku tidak meninggalkan kamu dan aku membenci diriku sendiri karena aku menyakiti kamu."

      Rose tertawa pelan. "Aku tahu. Aku hanya mencoba membuatmu berbicara. Jadi apa yang membuatmu tidak tidur semalam ini?"

      "I told you. Aku membenci diriku sendiri karena aku menyakiti kamu." Mikael memalingkan pandangannya ke langit-langit kamar untuk menghalau air matanya. Pria itu menarik napasnya panjang dan Rose dengan sabar menanti ucapan Mikael berikutnya selagi mengusap lengan suaminya itu.

     "Setiap detik setelah kamu—" Mikael meneguk ludahnya, "Kamu mengalami ini semua dan kita kehilangan anak kita, yang bisa kulihat hanya kegagalanku setiap kali aku melihat kamu, Rose. Aku tidak mampu menghadapi diriku sendiri dan itu alasannya aku menghindari kamu kemarin."

      Rose masih mengelus Mikael yang terlihat kesulitan mengatur kata-katanya.

      "Tidak seharusnya kamu mengalami ini semua, Rose. Seharusnya kamu merasa selalu utuh sampai kapanpun. Aku telah gagal karena saat ini kamu pasti merasa tidak utuh lagi setelah tubuh kamu pernah diambil paksa. And our children? Ya, Tuhan..." 

      Mikael tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Air matanya akhirnya menetes dan dalam sekejap berubah menjadi tangisan. Malam itu, Mikael tidak lagi menyembunyikan apapun di depan Rose. Saat ini Rose hanya ingin mendengar Mikael dan berusaha lebih kuat untuk suaminya. Setiap isakan Mikael menusuk dadanya dan setiap tetes air mata Mikael mematahkan hatinya sehingga yang bisa ia lakukan adalah memeluk pria itu dengan erat.

      "We never get to see what they could have been. I never get to see them, Rose. Aku tidak akan pernah bisa melihat akan seperti apa mereka. Aku tidak akan bisa bertemu mereka, mendengar tangisan mereka, tertawa bersama mereka, bermain di taman belakang dengan sepatu yang aku siapkan untuk mereka, dan melihat kamu bahagia karena mereka."

      Rose mendekap Mikael lebih dekat dan mengelus rambut pria itu. "Kael..."

      "Aku sudah mencoba segala yang aku mampu, walaupun ternyata aku tidak cukup. But I swear, I have tried everything with all my best and I am still trying. Aku telah mencoba Rose dan aku masih mencoba sampai detik ini untuk menjadi yang terbaik bagi kamu."

     Air mata Rose turun lebih deras. Rose kemudian menyeka air mata Mikael sebelum mengecup kedua mata pria itu dan mencium bibirnya. "I know, Sayangku. I know."

     "Aku hanya ingin bersama kamu, Rose," Mikael tersenyum lemah dengan matanya yang sayu. "Aku minta maaf, ya?"

     Rose menggeleng. "Aku utuh bersama kamu, Mikael. Kalau aku harus mengulang semuanya, aku akan melakukannya asal bersama kamu. We're broken but our pieces fit perfectly, so what else do we need to worry about? Aku tetap menang karena aku memiliki kamu. It is done, El."

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang