Ternyata kejutan yang Rose dapatkan malam itu bukan hanya kehadiran Michael Leclair di rumahnya. Baru saja mobil Raeden membawa mereka keluar dari rumah orang tua Rose, pria itu mengejutkan Rose dengan permintaannya. Tidak, bagi Rose itu bukan permintaan melainkan sebuah perintah.
"Rose, kamu ikut aku ke Labuan Bajo besok," kata Raeden dengan nada final.
Rose melebarkan matanya saat ia bertanya, "Kenapa mendadak sekali? Apakah Gara Land ada masalah?"
"Banyak. Tadi sore aku menerima laporan untuk beberapa kemacetan pembangunan Gara Land. Tipologi geografis Nusa Tenggara Timur sangat berbeda dan tidak mudah seperti perkotaan, sehingga banyak sekali hambatan pada akses ke lapangan. Belum lagi ada warga yang tidak terima karena relokasi tempat tinggal." Raeden menghela nafas dan Rose mengerti tunangannya itu sedang merasa lelah.
"Bukannya sudah ada persetujuan dengan warga?" tanya Rose bingung.
"Memang sudah, tetapi mereka tidak menyangka Agrata Assets Management akan mengambil alih 7.000 hektar savana mereka, Rose. We're about to build a quite large satellite city di daerah yang masih cukup konservatif. Persetujuan yang sudah ada akan tetap menerima banyak penolakan, that's for sure. Tim di sana sudah cukup kewalahan, jadi aku harus ikut memantau langsung sementara."
Rose mengangguk-angguk. Kaki wanita itu bergoyang tidak nyaman hanya dengan memikirkan cara untuk menolak permintaan Raeden yang begitu tiba-tiba. Rose tahu seribu persen bahwa Raeden akan menggunakan seribu satu cara untuk membuatnya selalu dekat dengan pria itu. Tetapi untuk yang satu ini, Rose sangat yakin ia tidak bisa mengiyakan Raeden karena begitu banyak pekerjaan untuk diselesaikan mengingat jabatannya sebagai Chief Executive.
"Berapa lama kira-kira?" Rose bertanya lagi.
"Belum tahu pastinya. Perhaps, few weeks or a month. Ada banyak hal lagi yang harus diurus karena Leclair Enterprises juga akan mengawas," jawab Raeden.
"Michael Leclair?" Pertanyaan itu muncul begitu saja dari bibir Rose sampai ia mengumpat dalam hatinya. Bagaimana bisa ia menyebutkan nama pria lain di hadapan Raeden? Namun, Rose juga tidak bisa menahan rasa ingin tahunya dan ia tidak mengerti mengapa ia begitu penasaran.
"He's too busy. The busiest man I ever know, ya, Michael. Nanti COO-nya yang akan ke Labuan Bajo," kata Raeden dengan dahi berkerut sementara Rose menghela napas lega. Bukan Mikael, Rose. Mikael akan tetap di Jakarta, pikiran Rose berkata.
"Kenapa kamu bertanya tentang Michael?" tanya Raeden. Ia menyipitkan matanya dan sangat terganggu karena Rose menyebutkan nama Mikael.
Rose tahu ia sudah membuat Raeden marah dan segera ia menjawab setenang mungkin, "Dia investor di Gara Land setahuku."
"Kamu sepertinya ingin tahu sekali, Rose," kata Raeden penuh penekanan dan tanpa sadar sudah mencengkram tangan Rose.
"Aku hanya bertanya, Raeden. I'm sorry."
Raeden menatap Rose dengan sinis lalu berkata, "Jangan berani mengulangi itu, Rose. Aku tidak suka kamu menyebutkan nama pria lain di depanku."
Menyebutkan nama pria lain. Kepala Rose seperti berputar-putar dan menjadi sangat pening saat ini membayangkan jika Raeden tahu bahwa ia tidak hanya menyebutkan nama Mikael. Ia sudah pernah berbicara dengan Mikael, makan bersama Mikael, diantar pulang Mikael, tidur dijaga Mikael, dan bahkan memeluk Mikael. What a messy life, Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]
RomanceA heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years had passed, but Rose Asmaralaya turned his world upside down in just a few weeks when she ran away and knocked on his door. For Michael, Ro...