XXXVIII

20.8K 2.1K 229
                                    

          Michael Leclair memang orang yang sangat keras kepala dan untung saja Rose Asmaralaya masih mau mengalah. Setelah Aston Martin Rapide S Mikael melaju di Sudirman dan terjadi perdebatan siapa yang memilih tempat makan malam mereka, akhirnya Rose mengalah.

          "Terserah kamu saja deh, Mikael. Tapi jangan Pasola atau Satoo atau sesuatu yang di hotel. Tidak ada bedanya dengan fine dining di Keraton tadi kalau begitu," Rose menghela napas, lelah menanggapi Mikael. 

          "Kita ke Spectrum. I can reserve it for us tonight," kata Mikael dengan santai sehingga Rose memelotot.

          "Sama saja! Tuh, kan, aku saja yang pilih tempatnya, Mikael. Ini tinggal belok kiri kita bisa ke arah Kebon Sirih. Ada nasi gor—"

           "Let me stop you right there, Choupinette. Aku tidak mau kamu yang pilih tempat karena kamu terlalu kreatif soal restoran. Kamu mau nasi goreng di Kebon Sirih? Not tonight, aku mau makan yang proper. Jangan aneh-aneh, Rose."

           Rose semakin melebarkan matanya. "Kamu bilang itu tidak proper?!"

           "Dengan dress kamu saat ini, ya. Kalau di sana kamu menarik perhatian orang banyak—apalagi kalau ada preman-preman—pasti Raeden tidak akan suka, bukan?" 

           Raeden kamu jadikan alasan, Leclair? Kebohongan besar. Mikael menyeringai memikirkan itu. 

           "Nah, dress aku kamu buat kambing hitam. Bilang saja kamu tidak mau mengotori—apa jas kamu malam ini?—dengan debu pinggir jalan karena itu di tenda. Dasar Michael Leclair, borjuis sombong."

          Mikael melirik Rose. Wanita itu memakai gaun yang sederhana dan bermotif bunga-bunga, sementara rambutnya tergerai sepunggung dan tidak diikat seperti biasanya di kantor. Mikael meneguk ludahnya dengan sulit. Cantik sekali. 

          Saat Rose menoleh untuk menatap Mikael, pria itu segera mengalihkan pandangannya.

          "Malah diam," cibir Rose. "Ya sudah, kamu mau makan apa? Jangan fine dining. Kalau kamu pengin sekali fine dining, lebih baik kamu turunkan aku di sini biar aku makan nasi goreng sendiri di Kebon Sirih."           

            Mikael sekali lagi menatap Rose dan melihat wanita itu berusaha terlihat biasa saja padahal Mikael tahu Rose masih tidak terima. Mikael menoleh ke jendela untuk tersenyum. Rose dengan sangat kentara sedang cemberut dan Mikael melihat itu begitu lucu.

            "Benedict, then. Jalan tengah. That's casual dining dan sudah cukup merakyat kan? Jadi jangan mengelak atau berkata kamu mau makan sendiri. Kamu makan bersama aku malam ini."

             "Apa kata kamu? Merakya—"

             "Deal?" potong Mikael lalu mengulurkan tangannya. 

            Rose melirik Mikael seakan pria itu adalah orang aneh, namun ia tetap menyambut tangan Mikael. 

           "Terserah kamu. Aku juga tidak akan bisa menang melawan ego kamu yang sebesar lapangan banteng," kata Rose sebelum tenggelam mengamati gedung-gedung.

           Dan dengan begitu saja Rose membuat Mikael tertawa.

***

          "Saya mau salmon yakisoba aja, ya, Mas. Cream pudding juga boleh."

          Rose Asmaralaya tersenyum ramah kepada pelayan restoran setelah mengucapkan pesanannya sedangkan Mikael asyik membolak-balik buku menu. Pria itu tidak lagi memakai setelan jas hitamnya dan hanya memakai kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku. Rose bersyukur di tempat ini tidak begitu banyak orang sehingga mereka tidak terlalu mendapatkan perhatian, kecuali tadi ketika Mikael memasuki ruangan. 

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang