Hanya tinggal sepuluh menit lagi tersisa sebelum jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Michael Leclair dan Arthur Savian sebagai pemegang saham CLAIR serta direksi CLAIR sudah berada di ruang rapat besar Leclair Tower. Wajah-wajah pengisi ruangan itu terlihat tidak sabar melihat Eldwin Asmaralaya, sebagai Chief Executive Asmaralaya Industries, satu-satunya kreditur yang mengajukan keberatan atas pengurangan modal CLAIR. Pengajuan keberatan itu diajukan secara tertulis dan diterima oleh CLAIR dua hari yang lalu. Untung saja, para pihak memiliki cukup waktu untuk mengadakan rapat untuk menyelesaikan keberatan itu hari ini.
Tidak sampai lima menit kemudian, suara heels yang halus mendominasi ruangan dan Harvey Dharmasena langsung bersiap untuk memulai rapat. Mikael yang duduk di kepala meja menyipitkan matanya sebentar saat melihat Rose Asmaralaya mengambil posisi tepat di seberangnya. Wanita itu mengenakan setelan blazer putih dan wajahnya tidak terpoles apapun kecuali lipstick berwarna merah. Rambut panjangnya dikuncir satu memperlihatkan leher jenjangnya.
Ketika mata Rose menangkap Mikael sedang menatapnya datar, Rose tersenyum kecil sebelum mengalihkan pandangan kepada Harvey Dharmasena.
"Hai, kenapa terlihat tegang semua?" ucap Rose dengan senyum manisnya.
"I thought your father would come," kata Mikael.
"Oh, about that, efektif sejak kemarin, direktur utama Asmaralaya Industries adalah aku."
Kedua alis Mikael terangkat dan ia tidak lagi membalas Rose. "Harvey, mulai saja."
"Baik. Selamat pagi, Pak Michael, Pak Arian, Pak Arthur, Pak Veron, Ibu Rose, dan rekan-rekan sekalian. Terima kasih untuk waktunya," Harvey memulai rapat. "Berkaitan dengan rencana pengurangan modal CLAIR yang sudah ditetapkan beberapa hari lalu, terdapat keberatan dari Asmaralaya Industries sebagai kreditur CLAIR yang sudah kami terima dua hari lalu. Dalam kesempatan ini, saya serahkan kepada Ibu Rose untuk menyampaikan keberatan di forum ini."
"Selamat pagi, semuanya. Langsung saja, ya, seperti yang kita tahu keterpurukan CLAIR bukan hanya terjadi sekarang, tetapi sudah berlangsung hampir tiga tahun. Saya juga tahu dalam beberapa tahun ini sudah berapa kali CLAIR defisit dan bahkan beberapa kali kita harus mengadakan perubahan di dalam perjanjian jual beli di mana tenggang waktu pembayaran CLAIR semakin mundur. Sebagai kreditur, saya khawatir apabila modal dikurangi, akan banyak perubahan-perubahan dalam kesepakatan kita mengenai waktu bayar," Rose menjelaskan.
"Jadi, maksudnya Asmaralaya Industries tidak menginginkan adanya perubahan dengan pengurangan modal ini?" Arthur menautkan kedua alisnya.
Mikael menyahut, "No, Arthur. She's basically saying, Asmaralaya Industries khawatir piutangnya tidak dibayarkan oleh CLAIR."
Rose tersenyum mengiyakan Mikael.
"Saya rasa kekhawatiran itu wajar saja, ya? Asmaralaya Industries dan CLAIR sudah berkontrak untuk jangka waktu sepuluh tahun dengan opsi pemanjangan, berarti perjanjian baru akan berakhir tiga tahun lagi. Kami menyediakan kebutuhan percetakan dan pembayaran CLAIR dilakukan berjenjang dengan total piutang..., sebentar," Rose melirik iPad di tangannya dan Mikael memperhatikan setiap gerakan wanita itu.
Rose melanjutkan, "Nah, tujuh juta lima ratus ribu USD, di luar bunga. Jadi, di dalam tahun-tahun ke depan ini wajar saja kalau saya takut bahwa CLAIR akan banyak gagal bayar karena sebelumnya saja CLAIR sering terlambat bayar dan bahkan gagal bayar."
"Don't you understand, Miss? Justru karena kami tahu segala kekhawatiran itu, rencana pengurangan modal ini dibuat--"
"Aku sudah tahu kamu akan mengatakan itu, Mikael."
Tidak ada yang berani memotong ucapan Michael Leclair, tetapi Rose Asmaralaya baru saja melakukannya dengan penuh percaya diri.
"Asmaralaya Industries sudah berdiskusi dan kami tidak akan berubah pikiran. Pilihannya hanya sedikit, Mikael. CLAIR menerima keberatan Asmaralaya Industries, atau semuanya akan berlanjut ke pengadilan apabila CLAIR tidak bisa menyelesaikan keberatan ini dalam dua bulan. I'm sorry."
Sombong sekali, Mikael berdesis dalam hatinya. Asmaralaya Industries memang memiliki kontribusi penting untuk CLAIR. Salah satunya menjadi suplier eksklusif bahan percetakan CLAIR mulai dari puluhan tahun lalu. Namun, sejak reputasi CLAIR terpuruk dan harus mengalami banyak penyesuaian, Asmaralaya Industries berkali-kali harus menelan pahitnya juga karena pembayaran CLAIR selalu mundur.
"Jangan begitu impulsif, Rose," kata Harvey saat Mikael tidak juga berbicara.
Rose mengendikkan bahu lalu menjawab sahabatnya, "Itu sudah keputusan board members Asmaralaya Industries. Lagi pula aturannya memang begitu dan bukan aku yang buat aturan sendiri, Harvey."
"Rose, tapi saya rasa dengan adanya pinjaman dari Leclair Enterprises, semuanya masih bisa terjamin dan Asmaralaya Industries tidak perlu khawatir," ucap Arthur.
"Of course I am worried. Ini bukan sekali dua kali Leclair Enterprises menggelontorkan uangnya untuk CLAIR, tapi apa? Tidak ada yang berubah karena itu hanyalah opsi bertahan yang tidak menyelesaikan apapun, Arthur."
"Mind your words, Rose Asmaralaya. We're trying our best here," balas Mikael yang dengan tajam menatap Rose yang bersikap tenang.
"Begini saja. Dalam dua minggu ini kita coba selesaikan dengan diskusi mengenai jalan tengah agar CLAIR dan Asmaralaya Industries sama-sama berada di posisi yang menguntungkan. Nanti untuk tindak lanjutnya, CLAIR akan membuat strategi keuangan yang baru dan Leclair Enterprises bisa menjelaskan skema pendanaan lalu semua disampaikan dengan weekly meeting. Bagaimana?"
"Sepertinya Anda sangat mempertahankan CLAIR, Michael," ucap Rose dan Mikael sangat malas mendengarnya.
"I need an answer, not a comment, Rose," peringat Mikael.
"Well, okay, tapi dua minggu terlalu lama. Aku mau presentasi Leclair Enterprises dalam tiga hari, bisa?"
Saat itu juga Arian Tahir merasa matanya ingin keluar dari pelupuknya. "Kalau tiga hari lagi sepertinya kurang feasible, Ibu. Kalau ingin dipercepat saran saya minggu depan."
"Tiga hari lagi benar-benar tidak bisa?" Rose bertanya.
"You're not making any sense, Rose," ucap Mikael yang geram dengan pikiran irasional Rose.
"Michael Leclair, saya sudah mengalah," balas Rose dan Mikael hanya diam.
Melihat Mikael yang tidak juga bereaksi, Rose mengangkat bahunya.
"Alright, tidak ada kesepakatan. Kalau begitu bisa disimpulkan tidak ada penyelesaiannya, ya—"
"Tunggu," suara rendah Mikael memotong kalimat Rose. Mikael masih diam saat semua orang di ruangan itu termasuk Rose memandangnya penasaran dan menanti ucapannya.
"Ya?" tanya Rose sambil mengerjapkan mata.
Wanita egois. Mikael dengan sebal menatap Rose lalu berkata, "Tiga hari. Nanti saya sendiri yang akan presentasi. Isn't that what you want, Miss?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]
RomanceA heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years had passed, but Rose Asmaralaya turned his world upside down in just a few weeks when she ran away and knocked on his door. For Michael, Ro...