Mikael 21 tahun. Sepuluh tahun yang lalu.
"To make your day better."
Keneisha Autumn Patricia mendongak ketika melihat sebuah tangan mengulurkan sebatang cokelat susu. Ia tersenyum dan menerima cokelat itu sebelum menepuk kursi taman di sebelahnya. Mikael baru saja datang ke rumah sakit untuk menemani Keneisha yang sedang menemani Kean. Sudah beberapa hari Mikael tidak melihat perempuan itu dan ia sangat merindukannya.
"Thanks. Duduk sini, El," kata Keneisha sehingga Mikael menurutinya dengan senang hati. "Eh, itu lo beli cokelat panas, kenapa nggak bawain gue matcha latte sekalian?"
"Kalau sama gue cuma boleh cokelat. Kalau matcha minta sama Kean. Itu kan favorit lo berdua," balas Mikael. Ia meneguk minumannya tanpa melihat Keneisha dan ia berharap sekali perempuan itu mengerti kata-katanya.
Namun, seperti biasanya. Keneisha tidak pernah peka.
"Dasar pelit," Keneisha bercanda. "Eh, lo nggak jadi balik ke Oxford?"
"Nanti dulu lah, gampang. Kalau Kean sudah dapat izin balik ke Boston, baru gue balik. Udah kelar thesis juga," Mikael membalas. Ia cukup kecewa karena Keneisha terus mengajukan pertanyaan yang sama dua hari berturut-turut sehingga ia merasa perempuan itu ingin ia cepat-cepat pergi.
Keneisha tertawa kecil dan mendorong bahu Mikael pelan. "Iya, deh, yang kuliahnya cuma tiga tahun."
Mikael berdecak. "Nothing special. Di Oxford kan kalau bachelor memang tiga tahun. Lo sih udah gue bilang di Oxford aja bareng Alana, malah maunya di London sama Sylvia."
Di Oxford supaya sama Alana? Sama kamu maksudnya, El? Mikael menertawai dirinya sendiri dalam hati.
"Ih, maksudnya kan supaya bisa ketemu Niall Horan lebih gampang di London," jawab Keneisha sebelum tertawa dan membuat Mikael mendelik.
Ketika menyadari tawa Keneisha tidak berlangsung lama, Mikael bertanya, "Itu si Kean udah gimana?"
Tidak ada jawaban dari Keneisha. Perempuan itu hanya diam sambil menggigit cokelat dan menatap anak kecil yang memakai selang oksigen sedang bermain di taman rumah sakit bersama seorang wanita menemaninya.
"The treatment is not working on him," ucap Keneisha pelan. Suaranya tertahan dan bibirnya menjadi sangat kelu ketika berkata, "Apa yang harus gue bilang ke dia? Gue yang suruh dia buat lanjutin semua pengobatan ini, El. Gue cuma membuat dia semakin menderita sekarang."
"It's totally not on you, Ken. Lo melakukan hal yang benar dengan mendorong Kean untuk dirawat karena kita semua juga tahu Kean butuh pengobatan. Hal lain daripada itu ada di luar kendali kita."
"Nggak semudah itu, El. Ini semakin sulit karena dokter bilang dia mungkin cuma bisa bertahan dalam hitungan bulan. His skin is getting more yellow, dia demam tiap malam, dan nafsu makannya semakin turun," Keneisha mendesah putus asa kemudian meraup wajahnya. "That hepatitis is a real silent killer."
Mikael meraih bahu Keneisha dan memeluknya saat perempuan itu mulai menangis.
"Gue nggak akan pernah bisa maafin diri gue sendiri kalau dia sampai pergi," kata Keneisha lagi dan ia menggelengkan kepalanya di dada Mikael.
"Nggak akan ada siapa pun yang pergi, Keneisha. Jangan ngomong yang aneh-aneh. Jangan takut. Lo punya gue kapan aja lo butuh. Oke?"
Mikael mengelus punggung Keneisha. Ia berusaha menenangkan sahabatnya itu karena ia tidak sanggup melihatnya terus menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/240863448-288-k616091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]
RomantizmA heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years had passed, but Rose Asmaralaya turned his world upside down in just a few weeks when she ran away and knocked on his door. For Michael, Ro...