LVII

16.7K 2K 442
                                    

            Dua hari sebelumnya.

            "Pulang lah. Mulai hari ini, aku tidak lagi membutuhkan kamu, Michael."

            Mikael menyeringai ketika mengingat bagaimana Rose mengucapkan kata-kata yang sangat konyol sebelum keluar dari paviliun begitu saja. Wanita itu sangat rumit dan keras kepala. Andai saja Rose bisa merasakan betapa khawatir dan marah dirinya saat ini. Andai saja Rose bisa mengerti betapa frustrasi dirinya karena diperhadapkan oleh situasi yang serba salah. 

           "Kamu pasti tidak mau diajak masuk, jadi ini Mama buatkan cokelat panas." Tatianna muncul dan duduk di sebelah Mikael di kursi taman dekat paviliun

           "Dingin di sini, Kak. Sudah malam," ucap Tatianna lalu menyerahkan gelas kepada Mikael. 

           "Thanks, Ma. Mama masuk saja." Mikael menyesap cokelat panasnya. 

            Namun, Tatianna tetap di situ. "Tadi Rose sudah pamit ke Mama."

            "Oh."

            Tatianna tersenyum. "Dia keras kepala, ya?"

            "Harder than a solid rock," balas Mikael pelan. 

             "Kamu menyayanginya, Kak?" tanya Tatianna sehingga Mikael langsung menoleh. "Matamu selalu jujur, Mon Ange."

             Mikael membuang pandangannya saat Tatianna mengusap kepala dan punggungnya. Ibunya itu terlalu mengerti dirinya sehingga kalau ia bohong pun akan percuma.

             "Kamu pasti ingat dari kamu SMA sampai kamu mau lulus kuliah, Keneisha sering kamu ajak ke sini untuk bikin kue sama Mama. Lalu pernah sekali, kue cokelat itu tidak ada rasanya, benar? Tapi kamu tetap mengunyahnya dengan bahagia dan menatap Keneisha seperti dia satu-satunya perempuan di dunia. Siapa pun yang melihat kamu, El, akan tahu kalau kamu sangat jatuh cinta," Tatianna berkata sementara Mikael hanya mengetukkan jemari di gelasnya.

             "Dan Mama melihat tatapan itu lagi malam ini, Mikael. Mama melihatnya ketika Mama cuma sekadar menyebut nama Rose."

             "Ma, itu tidak penting. Saat ini aku hanya sedang berpikir bagaimana caranya untuk menarik Rose dari Raeden. Selama ini aku menahan diri untuk tidak berhadapan dengan Raeden karena aku tahu laki-laki itu akan semakin menyakiti Rose. Aku salah karena diam saja ya, Ma?" balas Mikael lalu menatap ibunya dengan putus asa.

             Tatianna menghela napas dan bergerak memeluk Mikael dari samping. Ia mendekap Mikael semakin erat saat anaknya kembali berkata, "Aku ingin sekali menghancurkan Raeden, tapi Rose melarang. Dia selalu menahanku sampai aku bingung, apakah dia sedang melindungi aku atau melindungi Raeden?"

             Mikael marah di pelukan ibunya. Kedua tangan pria itu mencengkram gelas dengan kencang dan Tatianna mengelus pundaknya ketika mendengar ia menggeram. "Kamu harus mengerti kalau dia berada di posisi yang sama sulitnya, Mikael. Ia ingin menerima pertolongan kamu tapi ia terikat dengan Raeden."

             "Terikat apa maksud Mama?" Kedua alis Mikael bertaut.

            Baru saja Tatianna hendak bicara, suara tawa pelan Arsen Leclair terdengar dari belakang.

            "Mikael, Mikael. Apa kamu sedang jatuh cinta segitu dalamnya sampai kamu melupakan banyak hal?" ledek Arsen yang dari tadi mendengar semua percakapan antara istri dan anaknya.

            "Ingat Asmaralaya Industries meminta bantuan dana tahun lalu? Kamu menolaknya, Michael. Seminggu setelah kamu menolaknya," Arsen sengaja mengulang kata 'menolak' lalu melanjutkan, "Rose dan Raeden diberitakan akan menikah."

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang