XLI

18.7K 2K 150
                                    

          Pukul enam. Rose merasakan kepalanya sakit sekali pagi itu. Entah karena alkohol yang ia minum semalam atau karena ia menyadari bahwa ia tidak sedang berada di kamarnya sendiri. Rose mencoba untuk membuka lebar kedua matanya dan terkejut saat menemukan sebuah block note berkop Leclair Enterprises di atas nakas. 

          "No, no, tidak mungkin," Rose bergumam cemas dan ia menutupi wajahnya dengan tangan.

          Rose tahu ia berada di kamar siapa—di atas kasur siapa. Ia kemudian menoleh ke sebelahnya dan tidak menemukan siapa pun. Kosong. 

          Kami tidak melakukan apa-apa. Ya. Ya kan?!

          Wanita itu menghela napas sebelum akhirnya membelalak. Ia tidak ingat apapun tentang tadi malam selain pergi ke bar bersama Mireille, minum sebanyak—ia lupa, dan melakukan aksi bodoh dengan menelepon Mikael. Selebihnya, Rose lupa dan saat ini mulai khawatir jika bisa saja ia dan Mikael melakukan sesuatu.

         Masih dengan panik, Rose mengecek pakaiannya dan melonjak berdiri ketika menyadari setelan blazer yang ia pakai tadi malam telah berubah menjadi piama berwarna pink. 

          Astaga. 

          Astaga!

         "No way!" Rose memekik. Secepat mungkin ia berlari menyebrangi kamar Mikael yang besar lalu membuka pintunya dengan buru-buru. Akan tetapi Rose langsung berhenti melangkah dan terkejut ketika Andaka menyapanya di depan pintu.

         "Selamat pagi, Mbak Rose."

         "Andaka, kamu bikin aku kaget," kata Rose sambil memegang dadanya.

         "Waduh, saya minta maaf, Mbak Rose. Tadi pas kebetulan lagi nyapu terus lihat Mbak." Andaka meringis selagi memeluk sebuah sapu. 

         Rose menggelengkan kepala dan bertanya, "Never mind. Kamu tahu kenapa saya bisa ada di kamar Mikael?" 

          "Hm... nganu..." Bibir Andaka kelu. Pria itu menggaruk tengkuknya.

          "Nganu apa, Andaka? Saya panik sekali apalagi baju saya berubah dari yang saya pakai semalam. Jadi jawab dong, Andaka, please?"

           "Tadi malam Mbak Rose masuk ke penthouse-nya Pak Michael sambil jalan sempoyongan. Pak Michael sudah bilang Mbak Rose lebih baik tidur di kamar tamu tapi Mbak Rose menolak. Kata Mbak kamar tamunya tidak enak lalu Mbak tiduran di lantai." 

           Rose memelotot. "I'm a mess."

           Andaka melanjutkan dan menahan senyumnya, "Tenang saja, Mbak Rose tidak jadi tidur di lantai karena Pak Michael langsung menggendong Mbak ke kamar utama. Kamar pribadinya Pak Michael. Nah, setelah itu saya tidak tahu lagi Mbak sama Pak Michael melakukan apa."

          "Ya ampun," Rose bergumam lagi. "Lebih baik aku masuk angin karena tidur di lantai, Andaka."

          Andaka menggeleng mantap. "Saya berani jamin atas nama keluarga besar saya, Handoko Surjatadja, bahwa Pak Michael tidak akan pernah merelakan Mbak Rose tidur di lantai."

           "Andaka, kamu kenapa jadi di sisi Mikael begini? Kamu kan harusnya tim saya."

           "Maaf, Mbak, untuk yang kali ini saya betulan yakin. Habisnya saya sudah terlanjur gemas melihat Pak Michael dan Mbak Rose berdua terus. Kalau Tuan Arsen dan Nyonya Tatianna tahu—"

           Rose dengan cepat menaruh telapak tangannya di mulut Andaka sehingga pria yang telah berusia itu membelalak. 

           "Sshhh, ih, kamu jangan bicara ke siapa-siapa tentang saya dan Mikael. Kami cuma teman kok, Andaka."

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang