Sebelas tahun yang lalu.
"Lo belum pulang?"
Gadis manis itu sedang duduk di kursi kayu di dekat pagar sekolah dan tersenyum saat menjawab pertanyaan Mikael, "Belum, El. Kok lo baru mau pulang? Ini sudah jam lima sore."
"Harusnya gue yang nanya gitu ke lo," jawab Mikael lalu duduk di sebelah Keneisha.
Mikael kemudian mengamati Keneisha dan ia memutar ponselnya di tangan untuk menutupi perasaannya yang gugup setengah mati. Selalu begitu jika bersama Keneisha. Jantungnya selalu berdegup ratusan kali lebih cepat dari seharusnya.
"Gue lagi nunggu Kean. Kemarin dia mau ajak gue pulang bareng tapi nggak tahu, nih. Belum kelihatan orangnya," Keneisha menjawab Mikael dan bertanya, "Lo lihat Kean nggak?"
Keneisha mengerutkan dahi ketika Mikael masih diam dan menatapnya dengan tatapan yang begitu sulit dimengerti. Laki-laki itu mendengkus pelan dan menjawab Keneisha, "Tadi ada di perpustakaan."
"Yah, ini sih fix masih lama." Keneisha berdecak membayangkan Kean yang selalu lupa waktu jika sudah berada di perpustakaan karena sibuk membaca.
"Ya sudah, pulang sama gue aja," ajak Mikael dan ia mengejek dirinya sendiri di dalam hati. Pede banget Keneisha mau diantar sama lo, El.
"Thanks, El, tapi gue nggak apa-apa nunggu Kean. Kita mau ke McD habis ini soalnya. Lo nggak mungkin makan fast food kan?" kata Keneisha lalu tersenyum manis. Gadis itu tersipu saat menyebutkan nama Kean dan Mikael bisa merasakan seolah ada sesuatu yang tajam menikam dadanya.
Mikael mengabaikan pertanyaan Keneisha dan bertanya, "Jadi kalo Kean selesainya dua jam lagi, lo masih nggak apa-apa nunggu dia? Segitu sayangnya lo sama Kean?"
Mikael mengangkat alisnya. Ia tahu ia menciptakan pertanyaan konyol hanya untuk menyiksa dirinya sendiri. Tetapi Keneisha yang tidak pernah peka itu justru tertawa ketika mendengar Mikael.
"Nggak apa-apa menunggu, El, asal orangnya Kean." Keneisha tersenyum sebelum Mikael membuang pandangan ketika ia melihat sorot mata Keneisha saat menyebut nama Kean.
"Bucin," cibir Mikael.
Keneisha tertawa lagi. "Ya, gimana? Gue memang segitu sayangnya sama—"
"Udah mau hujan," Mikael memotong Keneisha. Hatinya sudah cukup sesak dan ia tidak akan sanggup jika harus mendengar Keneisha berkata bahwa gadis itu menyayangi Kean.
"Iya, gerimis nih." Keneisha membuka telapak tangan dan merasakan air yang menetes.
"Gue anter lo. Lo mau fast food? Ayo, sama gue aja."
"Tapi Kean—"
"Hujan, Keneisha." Mikael menahan rasa kesalnya.
"Gue samperin Kean aja ke dalam, El."
Mikael menyipitkan matanya. "Terus lo kelaparan nungguin dia? Kenapa sih memangnya kalau pergi sama gue?"
"El, lo hari ini kayaknya sensi banget sama gue," kata Keneisha dengan bercanda lalu merangkul lengan Mikael. Keneisha mendongak dan tersenyum karena ia tidak mau sahabat laki-lakinya itu marah kepadanya. "Gue nggak mau pergi sama lo karena lo nggak akan mau pergi ke restoran fast food."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]
RomanceA heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years had passed, but Rose Asmaralaya turned his world upside down in just a few weeks when she ran away and knocked on his door. For Michael, Ro...