LXI

16.1K 2.1K 265
                                    

          Malam sudah larut dan hari ini Rose pulang ke Langham. Kenapa? Karena ia harus bertemu dengan Mikael. Pria itu bergerak terlalu jauh. Semua usaha Mikael seolah-olah memblokade ruang geraknya sehingga ia bingung harus seperti apa. Dan hal yang paling Rose benci adalah pria itu seolah-olah menyerahkan nyawanya dengan berdiri di garis perang paling depan. 

          "Pak Michael turun untuk beli susu cokelat, Bu. Lagi banyak pikiran sepertinya," Andaka memberikan informasi ketika Rose mengetuk penthouse Mikael.

          Jadi, Rose segera turun ke supermarket di bawah dan mencari pria itu. Supermarket nyaris tidak ada orang karena sudah larut malam. Lalu Rose mendapati Mikael di koridor sendirian sambil memegang keranjang. Ia tertegun ketika melihat wajah pria itu penuh dengan lebam. Kedua mata Mikael yang tajam itu dihiasi memar kebiruan dan berubah menjadi sayu malam ini. Rose menghela napasnya. Mereka berkelahi. 

           Rose berjalan ke sebelah Mikael dengan harapan pria itu akan menoleh kepadanya. Ia sengaja memperhatikan pria itu cukup lama. Mengamati Mikael yang masih memakai setelan kantor tanpa jas dan terlihat sangat lelah. Lengan kemeja putih pria itu tergulung sampai siku dan Rose tidak melihat ada dasi di sana. Sekali ini saja, Rose berharap Mikael menganggapnya ada. Namun, pria itu sibuk mengamati etalase seakan ia sendirian di koridor itu, meskipun sebenarnya ia menyadari kehadiran Rose.

          Dia masih tidak mau berbicara, pikir Rose. Wanita itu mengambil sebuah keranjang kosong lalu kembali mengikuti langkah Mikael. Pria itu berjalan dengan santai sebelum akhirnya berhenti di depan etalase khusus minuman untuk mengambil susu cokelat yang hanya tersisa satu. 

          Ketika tangan Mikael meraih susu itu, Rose juga cepat-cepat memegangnya. Ia sengaja ingin membuat Mikael berbicara walau sekadar merebutkan susu.

           Namun, pria itu justru menarik tangannya dan membiarkan Rose mengambil susu itu. Mikael dengan santai mengambil susu tanpa rasa ke keranjangnya lalu membalikkan tubuhnya.

           "Tunggu," ucap Rose. Ia meraih tangan Mikael sehingga pria itu berhenti berjalan.

           "Aku mau bicara," kata Rose tetapi Mikael kembali melangkah.

           Rose menarik tangan Mikael sampai pria itu menatapnya dengan datar. "Don't do this, Michael."

           Saat itu juga, Mikael menyeringai dan membuang mukanya. Mikael mencoba untuk berjalan tetapi kali ini Rose menyentak tangannya.

          "Aku mohon dengarkan aku!" Rose menatap Mikael tepat di matanya. 

          "Hentikan ini semua, Michael. Hentikan semua usahamu. Hentikan apapun yang kamu tawarkan kepada Agrata Hotels Group. Hentikan semua rasa kasihanmu," ucap Rose saat Mikael menatapnya begitu pahit. 

          Rose merasakan matanya memanas. "Aku tidak ingin kamu menyesal dengan melakukan itu semua. Jangan lanjutkan ini semua untuk aku, Michael, aku mohon. Kamu tidak perlu kasihan kepadaku dan menolongku. Aku bisa bertahan sendiri."

          Mikael belum berbicara satu kata pun sehingga Rose kembali berkata, "Kamu sudah bergerak terlalu jauh sampai melibatkan Om Arsen. Semua yang kamu lakukan ini mempertaruhkan nyawa, Michael. Don't be selfish. Kamu harus pikirkan Om Arsen, Tante Yana, dan Alana. So, stop all that. Stop your pity. Why is it so hard for you to just forget about me and be happy?"

          "Kamu dengar ucapanmu sendiri tidak?" Mikael akhirnya bersuara.

          Suara pria itu terdengar kecil tetapi terasa begitu dingin sampai Rose tidak berani menatapnya. 

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang