LXXV

8.8K 738 160
                                    

      TW: This chapter contents sensitive materials that might be troubling to some readers, including, but not limited to, violence, sexual assaults, sexual harassment, and rape. Please read wisely. Thanks <3

       "Tidak apa-apa, Mikael."

        "Atau kita reschedule aja jadwal bertemu Dokter Mira?"

         Rose menghela napas. Memasuki usia kehamilan delapan minggu, Mikael ternyata semakin protektif dan Rose mulai kewalahan menanggapi suaminya. Pagi tadi Mikael terbang ke Labuan Bajo bersama Arian Tahir serta Oliver Asvathama untuk rencana pembangunan real estate Leclair Enterprises dan berencana akan pulang siang ini. Akan tetapi, meeting mereka selesai lebih lama dari yang seharusnya sehingga penerbangan Mikael pulang harus diundur dan pria itu tidak sempat menemani Rose ke obgyn

         "Mikael, tidak perlu. Lagi pula aku sudah sampai di rumah sakit. Nanti kita langsung bertemu saja di rumah," ucap Rose dengan sabar. "Eh, kamu belum terbang?"

         "Ini pesawatnya sudah di runway," balas Mikael lalu bertanya, "Kalau aku dari bandara langsung jemput kamu di rumah sakit saja bagaimana?" 

         "Mikael, by the time kamu sampai Jakarta sudah sore dan pasti jalanan macet sekali. Kita langsung bertemu di rumah saja, ya?"

         Akhirnya Mikael mengalah sesaat pesawat pribadi pria itu harus lepas landas. Rose tersenyum seusai sambungan telepon terputus. Mikael yang cerewet dan perhatian

         Wanita itu turun dari mobilnya dan meminta supir serta Pina yang menemaninya makan siang selagi menunggunya. Rose masuk ke dalam rumah sakit lalu menunggu sebentar sebelum menemui Dokter Mira. Ia masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan berbaring di atas ranjang, membiarkan Dokter Mira memakaikan gel di perutnya yang mulai membesar.

         "Wah, ini bagus, ya, perkembangannya, Ibu. Walaupun samar sekali, ini kantungnya ada dua, jadi saya prediksi akan kembar. Untuk lebih pastinya nanti di minggu kesepuluh, Ibu datang lagi supaya kita pastikan janinnya benar kembar atau tidak. Memasuki bulan ke delapan ini juga jantungnya sudah terbentuk, Ibu. Ini sudah ada detak jantungnya, walau nanti akan bisa terdengar lebih jelas di minggu kesepuluh."

         Rose tersenyum melihat layar ultrasound yang menunjukkan dua kantung kecil.

         "Baik, Dokter. Papanya pasti senang sekali kalau ada di sini. Sayangnya, lagi kerja," ucap Rose.

         Dokter Mira tertawa pelan. "Iya, ini kembar kayak papanya, nih. Pasti senang sekali, ya." 

         "Benar, Dok. Tapi jadi cerewet sekali sampai saya pusing. Padahal saya nggak kenapa-kenapa."

         "Nah, Ibu, mengenai hal itu, saya harus bilang kalau saya mendukung Pak Michael lebih protektif. Karena usia Ibu yang sudah memasuki kepala tiga, kehamilan Ibu akan lebih rentan. Kandungannya harus dijaga lebih ekstra karena tidak sekuat kehamilan pada umumnya. Jadi, Ibu tidak boleh kelelahan dan apalagi mengalami benturan."

        Rose mengangguk. "Well noted, Dokter. Saya pasti menjaga kandungan ini sebaik-baiknya."

***

       Rose Asmaralaya: Aku sudah sampai di rumah, yaa.

       Michael Leclair: Just landed. On my way to you, Choupinette.

       Mercedes-Benz milik Rose Asmaralaya berhenti di depan sebuah rumah di kawasan Menteng. Rumah barunya bersama Mikael. Wanita itu turun di lobi bersama Pina yang menemaninya. 

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang