XXXV

37.9K 2.4K 178
                                    

           Rose Asmaralaya berjalan di kantornya dengan alis bertaut. Ia melihat banyak karyawannya—apalagi yang perempuan—sibuk tersenyum dan bahkan memekik senang sambil sesekali saling mengintip ponsel satu sama lain. Akan tetapi mereka langsung diam dan cepat-cepat kembali ke tempat masing-masing saat Rose melalui mereka. Rose menganggukkan kepala dan tersenyum ketika karyawannya menyempatkan diri memberikan sapaan. 

           "Selamat pagi, Ibu Rose," Vera Anindya—sekretaris Rose—menyapa dengan sangat sumringah saat Rose memasuki ruangannya. 

           "Pagi, Vera. Kamu dan karyawan yang lain sepertinya bahagia sekali hari ini. Tadi malam pada habis diapel pacar ya?" Rose bertanya lalu meletakkan tas di meja. 

            Vera tertawa dan menjawab, "Bukan, Ibu. Kalau saya mana punya pacar."

            "Ah, masa? Kamu cantik begini kok. Setahu saya kamu dekat sama Yudha," goda Rose dan menyebut nama business analyst Asmaralaya Industries. 

            "Astaga, hoax itu, Bu. Itu godaan temen-temen aja, Yudha mah temen," kata Vera sehingga Rose tertawa. 

            Rose mempersiapkan dokumennya dan menopang dagu di meja sambil menunggu laptopnya siap dipakai. 

            "Lalu Vera, apa kamu tahu kenapa satu kantor ini terlihat semangat sekali?" tanya Rose. 

            "Saya baru saja akan memberi tahu Ibu," Vera membalas dan meletakkan iPadnya di meja Rose. "CEO Leclair Enterprises, Michael Leclair, kemarin diwawancara bersama Miloš Zeman dan banyak memberi kredit untuk Asmaralaya Industries. Pasti ada saja nama Asmaralaya disebut."

            Rose membaca artikel di iPad Vera dengan kedua alis terangkat. Ia melihat foto Mikael bersama Presiden Ceko di sana diikuti tulisan mengenai wawancara keduanya. Rose menahan senyum saat ia mengenali jas yang Mikael pakai di foto itu. Setelan biru tua Dormeuil Vanquish yang kemarin dikotori debu karena Mikael bersikeras menemaninya duduk di lantai. 

            "Mengapa Michael Leclair bisa ada di sini?" tanya Rose lagi dan ia tidak sadar pertanyaannya sangat bodoh sampai membuat Vera melongo. 

            "Mungkin karena Michael Leclair adalah orang terkaya di Eropa Timur, kalau dilihat dari judulnya, Bu," gumam Vera. 

            Rose meringis. Bagaimana bisa ia lupa? Seharusnya ia sudah hafal mati karena reputasi Mikael di Eropa Timur sangat baik. 

            "Berita baiknya, Bu, tadi pagi Pandu memberi informasi kalau ekspansi Asmaralaya Industries semakin meningkat di Eropa Timur. Beberapa investor mulai tertarik menambah dana setelah wawancara itu dipublikasikan," Vera menambahkan. 

            "Setelah wawancaranya beredar?" 

            "Iya, Bu." Vera mengangguk semangat. "Ternyata memang benar Michael Leclair begitu terpandang dan menarik perhatian," jawab Vera, kali ini sambil menunduk tersipu dan Rose melirik perempuan itu. 

            Oh. Rose tahu. 

            "Jadi karena wawancara Michael Leclair kamu dan nyaris semua karyawati di kantor saya senyum-senyum seperti cacing kepanasan?" Rose bertanya, menggoda Vera yang wajahnya memerah. 

            Rose tertawa ketika melihat Vera menggelengkan kepala dengan kaku tetapi sambil menahan senyum. "Memangnya menurut kamu, Michael Leclair tampan tidak, Vera?"

            "Maaf, Bu?"

            "Michael Leclair tampan tidak?"

            "Tampan sekali, Bu," jawab Vera malu-malu sehingga Rose tetawa. 

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang