Bukan pagi yang baik untuk Michael Leclair. Pria itu terjaga sepanjang malam. Setelah mengetahui Keneisha ada di Jakarta, Mikael tidak berhenti memegangi ponselnya. Ia terus-terusan membarui halaman Instagram Keneisha tetapi tidak kunjung ada unggahan yang baru.
Sejak kemarin siang, wajah Keneisha tergambar jelas di pikiran Mikael dan itu sangat menyiksanya. Semakin Mikael berusaha melupakan Keneisha, semakin jelas bayang-bayang wanita itu. Selalu begitu dari dulu dan sekarang Keneisha ada di Jakarta, seakan memberi Mikael kesempatan kedua.
Kesempatan kedua. Mikael memikirkan itu sepanjang malam. Apa memang Keneisha datang supaya ia bisa memperbaiki semuanya?
"Sialan," umpat Mikael ketika ia berusaha mengikat dasinya dengan sebal.
Untuk sekedar mengikat dasi saja, Mikael tidak bisa mengandalkan kepalanya yang terlalu penuh oleh wanita itu. Wanita yang dulu selalu merapikan dasi abu-abunya.
Wanita yang selalu membuatnya bahagia.
Mikael memejamkan mata dan menggeram putus asa. Geez, I miss her.
Pria itu duduk di bangku walk in closet dan menarik dasi dari leher lalu melemparnya ke sembarang arah. Tidak bisa. Mikael tidak sanggup membayangkan Keneisha ada di Jakarta, di tempat yang sama dengannya.
Kenapa, Mikael? Mikael menyeringai. Pertanyaan yang mudah.
Tentu saja, Mikael masih mencintai Keneisha.
***
Rose Asmaralaya: Vera, hold the calls for 10 minutes, ya. Kopi saya lama keluarnya. Grinder kopinya tadi ada masalah.
Vera Anindya: Baik, Bu.
Rose Asmaralaya: I bought you hazelnut latte as well. Kamu biasanya pesan itu kan?
Vera Anindya: Wah, iya, Bu. Terima kasih banyak, Bu :)
Jadwal rapat Asmaralaya Industries dengan Bain & Company di Boston memang tidak bisa dikatakan mudah. Perbedaan waktu belahan dunia menjadi faktor penghambat paling besar. Belum lagi, jadwal Rose Asmaralaya tidak bisa dikatakan luang sama sekali sehingga hari ini ia harus datang satu jam lebih cepat ke kantornya untuk mengejar rapat.
Sayangnya, Rose bukan morning person. Rose bisa-bisa ketiduran di ruang rapat kalau tidurnya tidak cukup. Jadi saat ini, Rose singgah sebentar ke kedai kopi di gedung kantor tetangganya—Leclair Tower. Rose menatap seisi Café Kitsuné pagi itu sambil menunggu kopinya selesai dibuat.
Rose menggelengkan kepala karena ia tahu Mikael yang mendatangkan kafe ini jauh-jauh dari Prancis ke Indonesia. Rose tidak heran sebetulnya. Pria itu selalu bisa mendapatkan dan melakukan apa saja yang ia mau. Membuat Rose menikahinya saja bisa, apalagi sekadar membuka Café Kitsuné di Jakarta?
"Sir, I'm sorry—"
"You're done now."
Rose menautkan alisnya. Walau dari kejauhan, ia cukup mengenali suara pria di percakapan itu. Rose kemudian beranjak ke pick-up counter dengan penasaran. Benar saja, Rose menemukan Mikael di sana.
Tom Ford mahal pria itu basah dan Rose bisa melihat noda cokelat di kemeja putih Mikael sehingga Rose paham mengapa si kasir terlihat ketakutan. Sama nasibnya seperti beberapa karyawan di sana yang pura-pura sibuk bekerja, takut ikut dimarahi Mikael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]
RomantiekA heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years had passed, but Rose Asmaralaya turned his world upside down in just a few weeks when she ran away and knocked on his door. For Michael, Ro...