"Emang paling pinter deh lo, Keneisha."
Keneisha Autumn Patricia baru saja menutup pintu penthouse dan meledek dirinya sendiri ketika tidak sengaja menjatuhkan tasnya. Konferensi di lantai dasar akan dimulai dua puluh menit lagi sehingga ia begitu tergesa sampai tasnya tidak sempat diretsleting. Beberapa barang Keneisha keluar dari tas dan wanita itu berlutut untuk membereskannya.
"Dompet, handphone, pulpen, iPad," gumamnya selagi memungut barangnya. "Loh, novelnya mana?"
Cepat-cepat Keneisha mengaduk tasnya dan ia mulai panik saat novel kesukaannya itu tidak ia temui. Keneisha masih merogoh tasnya ketika melihat tangan seseorang menyodorkan apa yang ia cari.
"Jatuh di depan pintuku."
Keneisha mendongak dan mendapati Mikael berbicara kepadanya.
"Astaga. Thank God. Thank you," balas Keneisha lalu menerima novelnya. Mikael tersenyum melihat perempuan itu bernapas lega.
"Mau ke bawah?" tanya Mikael.
"Iya. Ayo bareng." Keneisha berdiri.
Mereka melangkah bersama menuju lift dan Keneisha bertanya saat mereka menunggu lift, "Tadi malam Rose datang, ya?"
"Iya," jawab Mikael. "Kok bisa tahu?"
"Aku baru keluar lift waktu dia masuk ke penthouse kamu. Is everything okay? She was looking like a raging fire."
Mikael tidak menjawab. Pria itu terlalu malas mengingat perkara tadi malam. Dia tidak tidur semalaman dan sampai pagi ini setiap kata-kata Rose masih mengiang di kepalanya. Bahkan saat Mikael mencoba menjelaskan perasaannya pun, Rose tidak peduli. Wanita itu memberikannya alasan yang sama sekali tidak masuk akal. Rose begitu keras kepala sampai wanita itu lupa kalau Mikael juga lebih keras kepala.
"Ken, dia bilang apa waktu meminta kamu tinggal di penthouse-nya?"
Keneisha mengerutkan dahinya, berpikir. "Seingatku, Rose hanya bilang aku akan menyukai berada di sini. 'You are going to love it so bad,' katanya."
Mikael berdecak. Ia cukup pintar untuk mengerti pola pikir Rose. Pasti Rose dan pikiran uniknya itu berpikir kalau Keneisha akan suka berada di sini karena akan bertemu dia.
"Dia sengaja membuat kamu dekat dengan aku, Ken. Kenapa perempuan keras kepala sekali, sih?" gumam Mikael seperti sedang berbicara sendiri lalu menghela putus asa.
"Kalian pasti punya sesuatu ya?" tembak Keneisha tiba-tiba sambil menyipit dan tersenyum, membuat Mikael menoleh.
"Masih suka sok tahu aja," cibir Mikael.
"Masih suka denial aja," balas Keneisha, semakin mengejek sahabatnya.
Keneisha mengendikkan bahu ketika Mikael menatapnya penuh protesan. Senyum ledekan Keneisha masih bertahan saat pintu lift terbuka dan mereka masuk ke dalamnya.
"Aku tahu Rose akan menikahi Raeden Agratama. Tapi kalau aku harus memilih lebih mendukung siapa, ya, sebagai sahabat yang baik aku pasti jadi tim sukses kamu."
"Keneisha, kamu jangan melantur—"
"Sudah, deh. Aku lihat surat di bunga mawar itu, Pak CEO Michael Leclair, mantan kapten basket. Walaupun dulu nilaiku jauh di bawah kamu, aku nggak bego melihat apa yang sedang terjadi. Lagi pula, kamu mana bisa kamu bohong sama aku? When you're in love, your eyes show it. Aku bisa melihatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]
Storie d'amoreA heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years had passed, but Rose Asmaralaya turned his world upside down in just a few weeks when she ran away and knocked on his door. For Michael, Ro...