#33 Aku Butuh Kejujuran

1K 169 31
                                    

Tzuyu hanya menundukan kepalanya. Ia berharap semburat merah itu tak diketahui oleh siapapun termasuk Jungkook. Sungguh, jika ia punya kesempatan, ia akan protes dengan pertanyaan yang Jungkook ajukan pada dokter Hwang.

Canggung.

Itulah yang cocok untuk menggambarkan situasi yang menyelimuti pasangan muda itu. Bahkan mereka memberi jarak saat berjalan menuju lift.

Astaga, aku rasa itu keterlaluan. Jungkook melirik Tzuyu yang berdiri di sebelahnya. Ia berusaha untuk melawan hati. Namun, tetap saja ia gagal untuk sekedar mengajak Tzuyu bicara.

"Tz-Tzuyu, a--"

"Kita bisa bicara di mobil saja." Tzuyu tahu tak seharusnya ia memotong pembicaraan Jungkook. Namun, ia tak mau mendengar hal-hal lain yang mungkin saja membuat dirinya merasa mual. Ia sangat yakin jika triplets juga melakukan protes di dalam sana.

Mungkin hal-hal seperti ini seharusnya tak membuat canggung. Namun, bagi Tzuyu dan Jungkook tentu saja semua itu terdengar sangat canggung. Jangankan melakukan hal yang jauh. Tidur saja mereka masih terpisah, di mana Tzuyu tidur di ranjang sedangkan Jungkook tidur di sofa.

Tzuyu, kau seharusnya lari saja. Kalau perlu bersembunyi di suatu tempat. Tzuyu mengetuk lantai lift dengan sepatunya. Ia malah merasa jika lift itu berjalan dengan sangat lambat. Namun dengan segera ia merasa panik saat lift itu tiba-tiba saja berhenti. Bahkan lampunya juga mulai berkedip.

"Apa yang terjadi?"

"Aku rasa lift-nya macet."

"Sungguh?"

Tzuyu hanya mengangguk dengan wajah polosnya. Tidak, ia tak akan mungkin panik. Apalagi ia tahu hal itu pasti akan ikut berpengaruh para triplets.

Semua baik-baik saja, Eomma ada di sini.

"Jangan panik. Aku akan berusaha mencari bantuan." Jungkook meraih tangan Tzuyu sebelum akhirnya menekan sebuah tombol untuk menghubungi seseorang.

"Kami sedang berusaha memperbaikinya. Jangan terlalu panik."

"Istriku sedang hamil. Tolong percepat perbaikannya." Jungkook menoleh ke arah Tzuyu. Istrinya itu sudah mulai menyeka keringatnya, membuatnya menggunakan booklet kehamilan Tzuyu untuk menjadi kipas.

"Kau harus tenang, hm?"

"Aku tidak bisa bernapas."

"Jinjja? Aigo, apa teknisi memperbaikinya selamban ini?" Jungkook terus mengipasi Tzuyu. Ia takut sesuatu terjadi pada Tzuyu. Apalagi wajahnya sudah sangat pucat. "Tetap buka matamu, eo?"

*
*
*

Jungkook hanya berjalan resah di depan ruang periksa. Ia bahkan sampai menggigit kuku jarinya sambil menunggu seseorang keluar dari sana untuk memberikan kabar baik padanya.

"Tidak perlu khawatir. Dia baik-baik saja."

"Apa aku boleh menemuinya?"

Dokter itu tersenyum lalu mengangguk, membuat Jungkook dengan segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia bersyukur karena Tzuyu dan bayi mereka selamat. Mungkin jika sesuatu terjadi, ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Jungkook meraih tangan Tzuyu. Ia lalu mengusapkannya perlahan pada pipinya sambil tersenyum. "Tzuyu, terimakasih kau sudah bertahan." Mata Jungkook kemudian menatap perut Tzuyu dan tersenyum. "Kalian juga. Aku tidak bisa bayangkan akan segila apa aku jika kalian pergi."

Pandangan Jungkook sudah berubah. Ia tak lagi menganggap pernikahan sebagai hal yang bisa menghalangi dirinya. Bahkan semenjak kehadiran Tzuyu dan juga triplets dalam hidupnya, ia selalu merasa sangat bersyukur.

Love You ₩100.000.000✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang