Seungmin hanya menahan tawanya saat mendapati Jungkook tertidur tepat di depan pintu kamarnya dan juga Tzuyu. Ia sangat yakin Noona kesayangannya itu tak membukakan pintu untuk Kakak iparnya.
"Hyung." Seungmin menepuk-nepuk bahu Jungkook, membuat pria Jeon itu segera membuka matanya. Ia lantas terduduk lalu merapikan rambutnya yang berantakan. "Kenapa Hyung tidak tidur di kamarku?"
"Aku pikir Tzuyu akan membukakan pintu." Jungkook beranjak. Ia kemudian mengetuk kembali pintu kamar itu, berharap kali ini Tzuyu akan membukakan pintu.
"Mungkin Noona masih marah soal spaghetti itu. Aku akan buatkan sarapan. Tolong bujuk Noona."
Jungkook mendesah kesal. Ia sungguh menyesal sebab semalam, dengan sangat berani ia menyentuh makanan Tzuyu. Ia tak tahu jika respon Tzuyu akan separah itu.
"Tzuyu, kau harus makan. Mungkin kau lapar." Jungkook berkedip sambil memundurkan langkah saat mendengar suara sesuatu dilemparkan ke arah pintu. Ia yakin jika Tzuyu baru saja melemparkan bantal.
Jungkook tak gentar sama sekali. Ia kembali mengentuk pintu. "Bagaimana jika kau sakit?"
"Siapa yang akan peduli jika aku sakit?"
Oh ya ampun, membujuk Tzuyu tak semudah yang aku bayangkan. Jungkook mengusap kasar wajahnya. Mulai detik itu, Jungkook berjanji tidak akan pernah menyentuh makanan milik Tzuyu. Ia tak ingin Tzuyu marah lagi seperti ini.
"Tzuyu, Sayang. Kau boleh marah padaku, tapi jangan lewatkan sarapanmu. Aku yakin kau pasti sangat lapar."
Tzuyu menyentuh perutnya saat terdengar bunyi keroncongan. Ya, ia pasti lapar sebab ia tak makan apapun sejak semalam. Ia bahkan sampai meminta maaf berkali-kali pada triplets karena membuat mereka bertiga ikut kelaparan juga.
"Sabar ya, aku akan makan setelah Ayah kalian meminta maaf dengan sungguh-sungguh." Tzuyu masih kesal soal semalam. Ia bukan berlebihan. Seharusnya Jungkook memang tak menyentuh makanannya, bukan? Tzuyu memang sedang tak mau makan. Namun, bukan berarti ia tak akan memakan hidangan semalam.
Tzuyu menoleh saat mendengar suara ketukan lagi. Sungguh, ia semakin jengkel saja tiap kali ketukan itu terdengar. Menurutnya, bujukan Jungkook benar-benar terdengar sangat basi.
"Kalian ingin spaghetti semalam 'kan? Aku juga. Andai Ayah kalian itu tidak memakannya, mungkin kita bisa makan enak." Tzuyu terus bermonolog sambil mengusap perutnya yang masih datar. Ia lebih baik melakukan hal itu daripada sibuk mengumpati pria Jeon tak tahu diri yang berani menyentuh makanannya.
Tzuyu menyingkap selimutnya, ia merasa benar-benar haus sekarang. Namun sayang sekali, tak ada air mineral sedikitpun di kamarnya, membuat ia akhirnya mendesah kesal. Ia sedang marah pada Jungkook. Tidak mungkin ia keluar begitu saja.
Ah, sudahlah, aku sangat haus. Tzuyu meraih gelas yang ada di atas nakas. Ia kemudian berjalan menuju pintu untuk membuka kuncinya. Setelahnya, ia berjalan seolah Jungkook sama sekali tak ada di sana.
Astaga, aku sudah gemas. Jungkook mengepalkan tangannya saat ia hampir mengacak rambut Tzuyu dengan gemas. Ia sudah kesal karena permintaan maafnya terus ditolak oleh Tzuyu. Namun, saat Tzuyu keluar, ia pura-pura tak melihatnya.
Tzuyu menghela napas setelah dahaganya terobati. Ia merasa berada di gurun sahara tadi.
"Tzu--" Jungkook memutar malas kedua bola matanya saat Tzuyu pergi begitu saja, membuat Seungmin yang tengah menyiapkan sarapan, hanya bisa menahan tawa atas tingkah laku Kakak dan juga Kakak iparnya.
"Tzuyu."
"Apa lagi?" Tzuyu berusaha melepas cengkraman tangan Jungkook dari lengannya. Namun pria itu tak kunjung melepasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You ₩100.000.000✅
Romance15+ Tzuyu akui, keputusannya menandatangani kontrak konyol bernilai 100.000.000 Won itu benar-benar bodoh. Anggap saja jika tanda tangannya begitu mahal hingga dihargai sebesar itu. Tapi ia sungguh tak tahu jika akhir dari kisahnya benar-benar menye...