#47 Penyesalan Juri (?)

734 128 30
                                    

Juri terduduk di balkon kamarnya. Ia sibuk membaca buku dengan selimut yang bertengger pada bahunya. Sesekali ia juga terkekeh saat mendapati adegan lucu dalam novel yang ia baca.

Melihat hal ini, tentu saja membuat Junghyun merasa heran. Ia merasa sedang melihat Juri dalam bentuk yang lain. Padahal biasanya Juri tak setenang itu. Apalagi ia selalu memasang wajah kesal hingga melempar barang-barang di kamarnya jika rencana yang ia susun berakhir berantakan.

Junghyun terduduk di kursi yang ada di samping Juri. Ia masih menatap sang istri dengan tatapan herannya. Bahkan ia sampai menyentuh dahi Juri untuk memastikan jika sang istri masih dalam keadaan sehat.

Juri tersenyum, menyentuh tangan Junghyun lalu menurunkannya secara perlahan. "Aku baik-baik saja, yeobo."

Junghyun segera melepas genggaman tangan Juri pada pergelangan tangannya. Ia terus meyakinkan hatinya agar tak goyah saat Juri mulai bersikap manis seperti ini. Ia merasa jika sudah saatnya ia mengakhiri pernikahannya dengan Juri. Apalagi setelah insiden yang terakhir kali. Ia tak mau jika keluarganya terpecah nantinya.

Juri menutup bukunya lalu menatap lurus ke depan. "Oppa masih tidak mau percaya padaku?"

"Terlalu banyak kebohongan sampai aku tidak tahu kapan kau berkata jujur. Satu hal, kenapa kau tidak jujur soal hubunganmu dengan Jungkook? Lalu soal kehamilan palsu yang hampir membuat bayi Jungkook lenyap. Kau tahu apa yang sudah kau perbuat?" Junghyun mulai terpancing emosi. Ia bahkan sampai menunjuk Juri. Namun, tak seperti biasanya, Juri justru menanggapinya dengan tenang. Bahkan ia tersenyum sambil menurunkan telunjuk Junghyun.

"Kau tidak boleh marah-marah seperti itu. Bagaimana jika bayinya mendengar?"

Junghyun meraih kerah baju tidur milik Juri. "Aku tahu kau sedang merencanakan sesuatu. Katakan!"

Juri meletakan telunjuknya di atas bibir. "Shhh, kau tidak boleh membentak juga."

"Juri, apa kau gila? Kau sama sekali tidak hamil. Kau harus sadar dan sebentar lagi kita harus bercerai."

"Lalu membiarkan bayimu tanpa ayah?"

"JURI!" Bentakan itu nampaknya sama sekali tak menggeretak Juri. Wajar saja, ia sudah sangat terbiasa dengan hal ini beberapa waktu terakhir. Meski begitu, bentakan Junghyun cukup membuat hatinya sedikit tersakiti. "Kau harus jujur kali ini."

"Apa hasil dari alat itu tidak cukup? Sekarang terserah Oppa akan percaya padaku atau tidak. Apa orang yang pernah melakukan kesalahan tidak boleh berubah? Apa aku harus tetap menjadi Juri yang sebelumnya? Apa Oppa senang saat aku seperti itu?" Juri melepas cengkraman Junghyun lalu masuk ke kamarnya. Ia bahkan membiarkan selimut itu jatuh begitu saja dan membiarkannya.

Junghyun memungut selimut itu lalu menatap Juri yang kini memilih berbaring di atas ranjangnya. "Apa kali ini dia sungguh-sungguh?" gumamnya.

*
*
*

Tzuyu menyantap stroberi itu dengan senang. Ia asyik menyantapnya sambil menonton sebuah serial kartun yang ditayangkan pagi ini alih-alih menonton berita atau serial drama.

Melihat tingkah menggemaskan Tzuyu, tentunya membuat Jungkook menahan senyumnya sambil menyelesaikan masakannya.

"Haruskah aku katakan jika Jinhyuk masih hidup?" gumamnya sambil menatap Tzuyu. Ia tahu hal itu pasti membuat Tzuyu senang. Namun, sisi lain ia sudah berjanji pada Jisung untuk merahasiakannya sampai pelaku utamanya tertangkap.

Jungkook membawa pie stroberi yang masih menciptakan asap halus. Ia meletakannya di atas meja yang ada di hadapan Tzuyu. "Aku membuat pie untuk sarapan."

Love You ₩100.000.000✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang