#11 Triplets?

1.2K 177 33
                                    

Jungkook ternyata menepati janjinya. Ia benar-benar tak meninggalkan Tzuyu sendirian. Bahkan ia berusaha mengerjakan segalanya di apartemen miliknya agar ia juga bisa memantau Tzuyu.

Awalnya ia memang harus terlibat perdebatan dengan sang Ayah mengenai keputusannya. Namun untungnya ia diperbolehkan untuk bekerja di rumah.

Pagi ini Jungkook sudah mengenakan celemek berwarna abu-abu. Meski ia masih mengenakan baju tidur kotak-kotaknya, ia tetap harus menyiapkan sarapannya sebelum Tzuyu bangun. Sebenarnya bangun pagi buta bukanlah hal yang Jungkook sukai. Namun ia memaksakan dirinya untuk bangun sepagi mungkin agar bisa menyiapkan sarapan untuk Tzuyu.

"Tuan, biar saya saja."

"Tidak apa-apa, ini untuk nona Tzuyu. Jadi aku yang akan menyiapkannya."

Persis seperti seorang suami siaga, Jungkook terlihat sangat lihai dan bersahabat dengan peralatan di dapur. Bahkan Jungkook tak takut sama sekali meski cipratan minyak panas itu bisa saja mengenai dirinya.

"Sepertinya tuan sangat mencintai nona."

Pernyataan Ibu Son membuat Jungkook mengiris telunjuknya sendiri alih-alih bawang bombaynya. Dengan segera ia memasukan jarinya ke dalam mulut saat darah segar itu mulai keluar dari bekas sayatannya.

"Omo, kau terluka." Bu Son dengan segera mengambil kotak P3K untuk mengobati Jungkook.

Kenapa aku malah mengiris tanganku sendiri? Jungkook segera mematikan kompor lalu membersihkan lukanya. Ia jadi heran kenapa pernyataan Bu Son membuat dirinya benar-benar terkejut. Padahal seharusnya ia hanya tinggal menjawab tidak saja.

"Apa yang terjadi?" Tzuyu merasa bingung saat Bu Son membalut telunjuk Jungkook dengan plester. "Apa terjadi sesuatu?"

"Tuan membuatkan sarapan dan tidak sengaja mengiris tangannya sendiri."

"Tapi ini hanya luka kecil saja," ujar Jungkook, membuat Tzuyu hanya berlalu begitu saja kemudian menuangkan air pada gelas yang ada di sana.

Jungkook segera menghampiri Tzuyu setelah lukanya diobati. Ia bahkan sampai menyiapkan kursi untuk Tzuyu. "Aku yang akan memasak."

"Apa aku berniat untuk memasak?"

"Tidak." Jungkook kembali melanjutkan aktivitas memasaknya yang tadi sempat terhenti. Ia yakin suasana hati Tzuyu sedang sangat buruk. Itulah kenapa saat ini Tzuyu hanya memasang wajah datarnya sambil memainkan ponselnya.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Tzuyu terus memasang wajah datarnya. Ia hanya merasa kesal karena Jungkook tak membangunkannya. Ia memang tidak boleh kelelahan selama 2 minggu ini. Tapi dengan membiarkannya bangun siang seperti ini rasanya tidak bagus.

Jungkook menyajikan sarapannya tanpa bicara. Melihat Tzuyu memasang wajah kesalnya saja sudah membuat pria Jeon itu ketar-ketir mencari cara agar suasana hati Tzuyu bisa membaik. Sudah terlalu lama sejak terakhir kali ia menghadapi wanita dan kali ini ia lupa bagaimana cara memperbaiki suasana hati seorang wanita.

Tzuyu menatap Jungkook yang tiba-tiba saja meninggalkan meja makan. Matanya terus mengikuti pergerakan pria itu hingga akhirnya berhenti saat Jungkook masuk ke kamarnya, membuat Tzuyu memilih untuk tak peduli lagi.

Tak berselang lama, Jungkook sudah kembali dari kamarnya. Ia tiba-tiba saja meletakan 100.000 won di hadapan Tzuyu. "Kau mungkin akan membutuhkannya."

"Kau sudah memberiku 100.000.000 won 'kan? Untuk apa uang ini?"

"Mungkin saja kau membutuhkannya untuk membeli sesuatu."

Tzuyu memutar malas kedua bola matanya. Ia sungguh merasa jika Jungkook menganggap dirinya wanita yang suka akan uang. Meski Tzuyu selalu bekerja, itu bukan jaminan jika Tzuyu bekerja untuk bersenang-senang dengan uangnya. Bahkan Tzuyu menggunakan hampir seluruh uangnya untuk sang Adik.

Love You ₩100.000.000✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang