#48 Bukan Siasat 'kan?

704 131 27
                                    

Jisung menutup mulutnya saat mendapati tuan Chou menyuntikkan sesuatu pada infusan Jinhyuk. Satu hal yang menjadi pertanyaannya ialah, kenapa hal itu dilakukan oleh tuan Chou alih-alih perawat.

Jisung melangkah lebih dekat ke pintu yang sedikit terbuka. Ia mengernyit saat mendengar tuan Chou mengatakan sesuatu.

"Aku harus merekamnya," batin Jisung yang segera mengeluarkan ponselnya. Ia harap suara tuan Chou bisa terdengar dengan jelas di sana.

"Aku menemukannya, orang yang membuat Jinhyuk celaka," batin Jisung lagi.

Beralih ke kediaman keluarga Jeon. Mereka saat ini tengah mempersiapkan pesta barbeque yang akan dilaksanakan tengah malam nanti. Mereka saling bantu. Namun, Tzuyu sedih karena hanya bisa duduk sedangkan yang lainnya tengah sibuk mempersiapkan segalanya.

"Juri, kau harus duduk." Junghyun meminta Juri untuk duduk. Ia tak ingin jika sesuatu terjadi pada bayinya. Apalagi ia sangat tahu apa yang terjadi pada Juri jika istrinya itu kelelahan. "Tzuyu, tolong marahi dia jika beranjak dari kursi."

Tzuyu hanya tersenyum lalu mengangguk. Ia bahkan meminta Juri untuk mendekat padanya. "Eonni, lebih baik kau duduk saja. Biarkan para pria yang melakukan segalanya."

Tzuyu meraih keranjang stroberi yang ia bawa. "Kau mau?"

Juri menggeleng sebagai penolakan. Lagipula di saat-saat seperti ini, ia benar-benar tak bernapsu untuk makan apapun. Melihatnya saja sudah membuat perutnya terasa mual.

Mata Juri terus mengarah pada perut buncit Tzuyu. Terkadang ia juga melihat benjolan-benjolan kecil yang merupakan pergerakan dari bayi yang ada dalam rahim Tzuyu, membuatnya sungguh ingin merasakan apa yang Tzuyu rasakan saat bayinya bergerak.

"Tzuyu, apa mereka memang sering bergerak?"

Tzuyu menggeleng untuk menjawab sebab mulutnya masih dipenuhi stroberi. Namun, ia tetap menjawab setelah menelannya. "Mereka akan bergerak saat merasa senang. Terutama jika aku makan. Ada apa?"

"Aniyo, aku hanya ingin menanyakannya." Juri menahan senyumnya. Ia masih canggung hanya untuk menyapa bayinya. Padahal sudah satu bulan lebih bayi itu ada dalam kandungannya. Namun, ia sama sekali tak bisa merasakannya karena sibuk dengan rencana busuknya. Ia bahkan baru tahu sepulang dari acara penyerahan cabang yayasan pada Tzuyu. Itupun karena dirinya merasa perutnya sangat keram. Ia bersyukur karena bayinya baik-baik saja.

"Triplets, Eomma sudah kenyang. Makan-nya nanti lagi, ya? Perut Eomma bisa meledak," gumam Tzuyu lalu menyeka bibirnya. Ia kemudian tersenyum saat Jungkook melambaikan tangan ke arahnya.

"Aku dengar kau hamil. Kenapa tidak memberitahu yang lain?" tanya Tzuyu, membuat Juri sedikit terkejut. Padahal baru Junghyun yang ia beritahu. "Eonni, ini kabar baik. Kenapa tidak memberitahu yang lain?"

Juri tertunduk. Sebenarnya ia juga ingin kabar baik ini disambut dengan cara yang baik. Namun, masalah akhir-akhir ini membuatnya urung untuk mengumumkannya. Apalagi ia takut jika pada akhirnya bayi itu tak lahir.

"Selamat, Eonni." Tzuyu menyentuh bahu Juri, membuat Kakak iparnya itu segera tersenyum. Ia kemudian menyentuh perutnya. "Triplets, kalian akan punya teman lagi nanti. Jangan bertengkar dengannya, ya?"

Juri sedikit tertawa sambil menitikan air matanya. Ia sungguh merasa bersalah karena pernah berpikir untuk mencelakai Tzuyu. Padahal Tzuyu sudah benar-benar baik pada dirinya. Ia jadi sangat malu pada dirinya sendiri. "Tzuyu, maaf. Aku pernah membuat banyak masalah untukmu. Aku benar-benar tidak pantas untuk dimaafkan."

Tzuyu menggeleng setelah mendengar pernyataan dari Juri. "Aku sudah menganggapmu sebagai Kakakku. Aku hanya punya Adik laki-laki. Jadi, tidak ada alasan untuk membencimu. Lupakan saja soal yang sudah berlalu. Aku sudah memaafkanmu."

Love You ₩100.000.000✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang