#6 The Start

1K 179 1
                                    

Gemuruh itu terus terasa dalam batin Tzuyu. Beberapa kali gadis itu mendengar jeritan hatinya sendiri untuk tak melakukan hal yang tak sepantasnya ia lakukan. Ia tahu, tak seharusnya ia menandatangani kontrak bodoh yang mengiming-iminginya uang yang besar itu. Tapi mau bagaimana lagi? Situasi dan kondisi, membuatnya harus rela melakukan hal yang nekad seperti ini.

Tzuyu menghela napas setelah selesai mengemas beberapa pakaian. Haruskah ia meninggalkan adik kecilnya sendirian? Seharusnya ia ada di sana setidaknya sampai Seungmin lulus dari sekolah menengahnya.

Air mata itu tiba-tiba saja menetes. Menandakan jika Tzuyu sudah lelah dengan permainan takdir terhadapnya. Ia tak yakin jika takdir pernah benar-benar berpihak padanya. Dari mulai kejadian rumit yang memaksanya untuk mendewasakan diri, hingga saat ini ia harus berdiri di persimpangan jalan.

Tzuyu benar-benar bingung.

Rengkuhan hangat itu membuat golakan tangis itu mulai menjadi. Ia sebenarnya sudah sangat lelah. Tapi Seungmin selalu jadi alasan utamanya untuk tetap semangat menjalani hidupnya.

"Noona, aku sungguh akan baik-baik saja meski Noona pergi. Tapi berjanjilah padaku untuk tidak melupakan soal diri Noona sendiri." Seungmin mengusap air mata Tzuyu kemudian menangkup wajahnya. "Noona bukan robot yang harus terus bekerja. Sesekali Noona harus beristirahat."

"Seungmin-ah, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Belajarlah dengan baik dan jangan ragu untuk menghubungi Noona saat terjadi sesuatu, hm?"

Seungmin tersenyum, memberikan keyakinan pada Tzuyu jika dirinya benar-benar akan baik-baik saja. Selanjutnya, ia kembali merengkuh tubuh sang Kakak yang jauh lebih kecil darinya. Wajar saja karena Tzuyu selalu melewatkan jam makannya agar Seungmin bisa makan dengan sangat enak.

"Noona, makanlah yang banyak, kau sangat kurus," ujar Seungmin sambil meletakan dagunya di bahu Tzuyu. "Aku juga janji akan makan dengan baik tanpa Noona."

Aku tak tahu akan sekecewa apa dirimu saat tahu soal pekerjaanku. Maaf, Seungmin. Aku tidak bermaksud untuk mengecewakanmu. Lagipula selama aku tak memberitahumu, kau tidak akan tahu 'kan? Aku akan kembali menemuimu setelah bayi itu lahir. Tzuyu melepas pelukannya lalu menghapus air matanya. Ia tersenyum kemudian mengusap pipi Seungmin dengan ibu jarinya. "Aku percaya kau tidak akan mengecewakanku, Seungmin. Belajarlah dengan baik dan aku pasti akan hadir saat kau lulus nanti."

"Aku pasti menunggu Noona datang."

Semoga saat kelulusan Seungmin, perutku belum membesar. Aku tak mau jika Seungmin curiga.

"Ayo, lebih baik kau tidur. Ini sudah malam. Bagaimana jika kau terlambat bangun besok?"









Jungkook masih belum bisa menutup matanya. Ia masih merasa jika kontrak itu terlalu berlebihan. Namun ia juga tak mungkin mengajak Tzuyu menikah begitu saja. Semuanya terlalu singkat.

Deringan ponsel membuat Jungkook kembali terduduk. Ia tersenyum setelah mendapati nama sang Kakak yang tampil pada layar ponselnya.

"Yeobseyo?"

"Kookie, kau ingin aku bawakan apa?"

Jungkook tersenyum. Setidaknya sang Kakak masih ingat padanya meski saat ini seharusnya sang Kakak hanya memikirkan soal bulan madunya. "Aku ingin keponakan 'kan?"

"Itu akan kuberikan nanti. Yang lain."

"Apapun. Aku akan terima apapun yang kau bawakan."

"Baiklah."

Jungkook meletakan ponselnya setelah sambungan telepon itu terputus. Ia lalu menghembuskan napas sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur.

*
*
*

Pagi ini Jungkook sudah menunggu di depan rumah Tzuyu. Ia sebenarnya tak mengerti kenapa Tzuyu sangat lama.

"Jungkook-ssi, apa kau ingin sarapan bersama?" tanya Tzuyu, membuat Jungkook akhirnya memutuskan untuk masuk. Tak baik menolak ajakan orang, bukan?

Jungkook tersenyum canggung saat tatapannya bertemu dengan Seungmin. Ia pikir akan mendapat tatapan sinis dari pria yang bisa ia tebak jika pria itu merupakan Adik Tzuyu. Namun berkebalikan dengan dugaannya, Seungmin justru menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Tolong perlakukan Kakakku dengan sangat baik," ujar Seungmin, membuat Tzuyu yang saat ini tengah menyajikan beberapa menu sarapan yang ia buat, mengusap halus pucuk kepala Seungmin. Selanjutnya ia duduk di samping Seungmin meraih sumpit yang ada di hadapannya.

"Silahkan dinikmati," ujar Tzuyu, membuat Jungkook dengan segera meraih sepasang sumpit yang ada di hadapannya.

Hidangan sarapan yang Tzuyu buat memang sangat sederhana. Tapi Jungkook akui rasanya benar-benar memanjakan lidah. Bahkan ini kali pertamanya sarapan dengan jumlah banyak. Biasanya ia hanya sempat sarapan sedikit karena kesibukannya dan rasa malasnya untuk duduk bersama keluarganya.

Bagaimana ia tak malas? Ia harus satu meja dengan Juri--Kakak iparnya. Kejadian masa lampau lah yang membuat Jungkook merasa malas hanya untuk sarapan bersama keluarganya.

Senyum di wajah Jungkook, menandakan jika ia benar-benar menikmati sarapannya, membuat Tzuyu juga ikut tersenyum sebab Jungkook menyukai masakannya.

*
*
*

"Terima kasih untuk sarapannya."

Tzuyu menoleh saat Jungkook tiba-tiba saja mengucapkan hal itu. Ia hanya tersenyum sambil mengangguk sebagai jawabannya.

Perjalanan selama hampir 3 jam itu, mereka lewati dengan sama-sama terdiam. Jungkook yang sibuk mencari topik pembicaraan, sedangkan Tzuyu yang sejak tadi larut dalam pikirannya sendiri. Ia masih tak menyangka jika tangannya menandatangani kontrak tersebut.

"Tzuyu, kenapa kita tidak menikah saja?" tanya Jungkook, membuat Tzuyu kini menatapnya. "Ma-maksudku, akan sangat aneh jika kau hamil nanti."

"Kau bilang tidak mau menikah. Lagipula, bukankah itu adalah urusanku?" Tzuyu meremat jarinya, pertanda mulai merasa gugup dan bingung perihal masa depannya nanti. Jungkook benar, akan sangat aneh jika ia hamil bahkan sebelum ia menikah dengan seseorang. Namun, ia juga tak bisa menikah begitu saja dengan Jungkook. Menikah hanya sekali seumur hidup dan Tzuyu hanya tak mau pernikahannya hancur hanya karena mereka berdua menikah tanpa adanya perasaan.

Tzuyu bisa saja menganggap semua itu seperti sebuah perjodohan. Dimana ia menikah dengan orang yang tak ia kenali. Namun, kehidupan sebenarnya tak akan seindah film-film perjodohan yang ia tonton. Di mana kedua pemeran utamanya akan bersatu di akhir.

Jungkook juga bukan pria brengsek. Itulah kenapa ia terus bertanya pada Tzuyu apa ia yakin mau melakukan surogasi itu. Namun ia terus mendapat jawaban iya dari Tzuyu meski tatapan Tzuyu justru mengatakan hal yang lain.

Mobil Mercedez Benz itu akhirnya memasuki area parkiran basement apartemen tempat Jungkook tinggal. Jungkook kembali menatap Tzuyu yang sepertinya masih larut dalam lamunannya. Bahkan Tzuyu sampai tak sadar jika mobil itu sudah berhenti.

"Tzuyu-ssi?"

"Ah, ne?"

Jungkook mengernyit saat Tzuyu berusaha keras menyeka air matanya. "Kau sungguh yakin akan melakukannya? Ini kali terakhir aku bertanya padamu. Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa, aku tetap bisa membantumu dengan hal lain."

"Tidak, aku sangat yakin. Apa ini tempat tinggalmu?"

Jungkook mengangguk kemudian turun dari mobil tersebut. Ia lantas berjalan menuju belakang mobil tersebut untuk membantu membawakan koper milik Tzuyu.

Aku harap keputusanku tidak akan menimbulkan masalah. Selama aku bisa menyembunyikan Tzuyu, mungkin keluargaku tak akan masalah soal itu.

"Tzuyu, apa kau tidak masalah jika tinggal di apartemen sendirian? Aku mungkin akan menemuimu jika aku tidak dalam keadaan sibuk. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau juga bisa menghubungiku. Satu lagi, apa kita bisa melakukannya besok saja?" tanya Jungkook saat mereka berdua berjalan menuju lift. Tzuyu hanya mengangguk. Lagipula ia juga tak mungkin tinggal satu atap dengan pria yang bisa dibilang asing untuk dirinya itu.





TBC🖤

12 Nov 2020

Love You ₩100.000.000✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang