#12 Ice Cream

1K 168 9
                                    

Tzuyu masih terdiam dalam tangisnya. Tentu saja hal ini cukup membuat Jungkook sangat khawatir. Terlebih saat ini bayinya memang benar-benar sudah ada. Ia jadi berpikir apa Tzuyu menangis karena bayinya terlalu banyak?

Jungkook berinisiatif memberikan kotak tisu pada Tzuyu, membuat Tzuyu justru menolaknya. "Tzuyu, kau belum makan dan terus menangis seperti ini. Ayolah, hentikan."

"Diamlah!"

Jungkook mengatupkan bibirnya saat Tzuyu justru membentaknya. Ia tahu suasana hati ibu hamil memang tidak stabil. Tapi ia sungguh tak mengerti harus menghadapi Tzuyu seperti apa saat ini.

"Tzuyu, aku bingung jika kau tidak mengatakannya."

Tzuyu meraih beberapa lembar tisu kemudian menyeka air matanya. Ia kemudian menatap Jungkook, menyingkirkan egonya sendiri. "Kau sungguh akan membantuku? Bahkan sebelumnya kau terus berjanji dan kau juga terus mengingkarinya. Bagaimana semuanya terjadi kedepannya? Kau akan pura-pura tak peduli? Aku tahu rasanya tidak dipedulikan dan aku tidak mau mereka merasakan apa yang sebelumnya aku rasakan. Jika kau bertanya apa aku menyesal? Ya, aku sangat menyesal karena aku sekarang sadar jika masa depan mereka benar-benar tidak terjamin. Apa kau akan menyayangi mereka semua? Aku tak masalah jika aku tak bersama mereka. Tapi aku benar-benar tidak percaya padamu, Oppa. Baiklah, aku seharusnya mengerti soal kesibukanmu. Tapi kau yang menyusun semuanya. Kenapa kau malah memilih kesibukanmu?"

Jungkook juga sebenarnya ingin sekali diam di rumah bersama Tzuyu. Namun ia juga tak bisa mengatakan tidak jika sang Ayah yang memberikannya tugas. Ditambah dengan sang Ibu yang terus menerus bertanya padanya. Rasanya ia ingin pergi ke luar negeri saja agar alasannya untuk tak masuk kantor lebih terdengar masuk akal.

"Baiklah, aku benar-benar berjanji akan bersamamu. Kali ini aku benar-benar--"

"Tidak perlu berjanji untuk sesuatu yang tidak bisa kau tepati," sela Tzuyu tanpa melirik Jungkook. Ia memilih melihat ke arah luar jendela mobil Jungkook, berharap rasa kesalnya bisa segera terobati. Namun kenyataannya tidak sama sekali. Ia merasa masih ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya meski ia terus bicara tadi.

Jungkook membukakan tutup botol air mineral yang ada di mobilnya. Ia kemudian memberikannya pada Tzuyu agar Tzuyu bisa lebih tenang. "Minum dulu."

Tzuyu meneguk air mineral yang Jungkook berikan. Lagipula ia juga merasa sangat haus setelah berpidato tadi.

"Tzuyu, aku sangat menghormati Ayahku. Jadi semua perintahnya benar-benar tidak bisa kutolak. Akhir-akhir ini perusahaannya sedang mengurus acara amal dan juga pengurusan sponsor. Dia memintaku untuk membantunya dan akhirnya aku harus meninggalkanmu sendiri. Baiklah, kali ini aku benar-benar tidak akan meninggalkanmu. Aku benar-benar tidak akan mengingkarinya sekarang. Melihatmu menangis tadi membuatku sungguh takut, Tzuyu."

"Apa itu hanya alasan?"

"Tidak, itu adalah faktanya. Bagaimana jika tinggal di Gangnam? atau Itaewon? Aku punya apartemen juga di sana. Jadi mungkin aku tidak akan terus diminta masuk kantor," ujar Jungkook namun hal ini justru ditolak oleh Tzuyu. "Waeyo? Atau kau mau di Jeju? Karena tidak mungkin kita kembali ke Myeondong 'kan?"

"Nanti saja membicarakannya, aku lapar."

Jungkook tersenyum. Ia sebenarnya sangat gema pada Tzuyu saat ini. Apalagi Tzuyu terus menatap lurus ke depan saat bicara. Ia ingin mengusap pucuk kepala Tzuyu. Namun sebelumnya saja hal itu membuat Tzuyu menangis. Mencubit pipinya? Ah, ia tak sedekat itu hingga bisa melakukannya.

"Aku ingin ice cream saja."

"Ini terlalu pagi, Tzuyu. Lalu tadi pagi juga sempat hujan. Bagaimana jika kau langsung flu?" Jungkook dengan segera tergagap saat Tzuyu terus menatapnya, membuatnya terpaksa harus menuruti kemauan Tzuyu.

Love You ₩100.000.000✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang