Jungkook tengah mengemas pakaiannya. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu setidaknya seminggu berada di Myeongdong. Ia ingin pergi ke yayasan ibu surogasi yang ada di sana. Mungkin jika ia berkonsultasi di sana, ia akan mendapat jalan keluar untuk masalahnya.
Jungkook menghela napasnya saat ia melipat pakaiannya yang terakhir. Ia meraih ponselnya yang berdering.
"Yeobseyo?"
"Jungkook, kau sungguh akan pergi?" tanya seseorang dari seberang sana.
"Ya, aku juga terpaksa melakukannya," jawab Jungkook yang kemudiab menyandarkan tubuhkan pada ranjang miliknya. "Tidak perlu khawatir, aku pasti bisa melakukannya."
"Aku hanya merasa jika kau pergi ke sana dengan setengah hati. Mianhae, aku membuatmu harus pergi ke sana."
"Tenang saja, Hyung. Kau bulan madu saja, jangan lupa bawa keponakan untukku."
"Woah, kau terlalu terburu-buru. Baiklah, aku pasti akan membawakannya."
"Baiklah, aku harus selesaikan persiapanku dulu. Aku tutup teleponnya."
Hubungan antara Junghyun dan Jungkook memang tak pernah buruk. Mereka selalu kompak dalam segala hal. Namun satu kejadian membuat mereka berdua sedikit menjauh dan merenggang.
Jungkook meletakan ponselnya, kembali mengemas pakaian yang mungkin ia butuhkan. Namun ia kembali berhenti karena pikiran soal ibu surogasi itu kembali muncul di kepalanya. Bukankah itu menyalahi Hak Asasi Manusia? Terlebih setelah anak itu lahir, Jungkook harus dengan terpaksa memisahkannya dari Ibunya. Lagi, mengandung selama 9 bulan bukanlah perkara yang mudah.
"Tapi jika aku tak kunjung memberikan keturunan untuk keluargaku, telingaku akan sakit mendengar bujukan demi bujukan dari Ayah."
"Terima kasih." Tzuyu menerima selebaran yang diberikan padanya. Ia mengernyit saat membaca selebaran itu. Dengan tulisan Eommadeul Fondation recruitment, membuat Tzuyu merasa sedikit penasaran. Pasalnya, tak ada keterangan apapun di sana seperti pekerjaan seperti apa ataupun syarat dan juga ketentuannya. Hanya contact dan situs web saja.
Tzuyu mengeluarkan ponselnya lalu bergumam, "Apa ini perusahaan baru?" Namun saat ia akan mencari situs web-nya, selebaran itu justru terbang begitu saja.
Tzuyu mengerucutkan bibirnya sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali berjalan, melupakan soal selebaran yang barusan ia terima lalu terbang begitu saja.
Hembusan angin membuat Tzuyu semakin merapatkan coat yang ia gunakan. Ia lalu menengadahkan telapak tangannya saat merasa butiran putih itu mulai menyapa bumi. Ia tersenyum. Ini merupakan salju pertama di musim dingin dan ia berharap jika nasibnya akan mulai membaik.
"Noona!" Seungmin berlari sebelum akhirnya merangkul Kakaknya. "Hari ini aku dapat nilai tertinggi. Bukankah aku menepati janjiku?"
Tzuyu tersenyum kemudian mengacak rambut Seungmin gemas. "Baiklah Adikku tersayang. Kau ingin hadiah apa?"
"Tidak perlu. Apa aku harus mendapat hadiah setiap melakukan sesuatu yang baik? Aku hanya ingin Noona berhenti bekerja dan bersenang-senang," ujar Seungmin, membuat Tzuyu terkekeh.
"Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan paruh waktu. Aku mungkin akan merasa aneh jika tidak melakukannya."
"Aku sudah dewasa sekarang. Aku seharusnya menggantikan Noona," ujar Seungmin, membuat Tzuyu menggeleng. "Wae?"
"Kau hanya perlu belajar. Kau ingin melanjutkan ke Universitas mana? Kemanapun kau ingin melanjutkan, Noona pasti akan membayarnya," ujar Tzuyu, membuat Seungmin memberikan tatapan ledekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You ₩100.000.000✅
Romance15+ Tzuyu akui, keputusannya menandatangani kontrak konyol bernilai 100.000.000 Won itu benar-benar bodoh. Anggap saja jika tanda tangannya begitu mahal hingga dihargai sebesar itu. Tapi ia sungguh tak tahu jika akhir dari kisahnya benar-benar menye...