Pembicaraan antara mereka dengan dokter itu nyatanya cukup terasa canggung. Terlebih karena mereka bukanlah sepasang suami-istri dan pembicaraan ini mengharuskan mereka untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Bahkan Jungkook berkali-kali melihat Tzuyu meremat lututnya, pertanda jika gadis itu sungguh tak nyaman dengan pembicaraan ini.
Tzuyu bernapas lega saat pembicaraan itu berakhir. Namun, ia justru merasa sangat gugup saat memasuki proses pemeriksaan. Ia berharap tak ada masalah sedikitpun.
"Aku akan meresepkan beberapa obat. Ah ya, beberapa suntikannya harus disuntikan tepat waktu," jelas dokter dengan rambut cokelat dikuncirnya.
Jungkook menoleh saat Tzuyu nampak menghembuskan napasnya. Ia tahu, ini bukan hal yang mudah untuk Tzuyu. Namun, sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membantu Tzuyu. Apalagi Tzuyu sudah merelakan dirinya untuk mengandung anaknya.
Jungkook tersenyum setelah menerima kertas yang berisi resep obat yang dituliskan dokter Hwang. Ia kemudian menggenggam tangan Tzuyu untuk pergi dari ruangan tersebut karena Tzuyu terlihat melamun.
"Sebelum semuanya dimulai. Ini terakhir kalinya aku bertanya. Apa kau yakin akan melakukannya? Aku sudah bilang jika aku tak masalah soal pembatalan kontraknya. Aku tidak akan menuntutmu," ujar Jungkook, berharap Tzuyu mengubah keputusannya. Ia bisa melihat jika Tzuyu melakukan segalanya dengan terpaksa. Daripada segalanya berantakan di akhir nanti, lebih baik mencegahnya dari sekarang 'kan?
Tzuyu menggeleng, meyakinkan pada Jungkook jika ia sungguh-sungguh yakin dengan keputusan awalnya. "Aku yakin. Hanya tinggal beberapa langkah lagi, bukan? Tenang saja. Aku tidak menyesal sama sekali."
Tzuyu, kau sungguh terlalu baik. Bukankah seharusnya kau menuntutku? Apalagi aku bukan hanya menyewa rahimmu. Jungkook meminta Tzuyu untuk duduk sembari menunggunya menebus resep obat itu.
Tzuyu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi tunggu itu. Ia merasa lelah padahal hari ini ia hanya melakukan pemeriksaan saja. Belum masuk ke prosedur apapun. Ia merasa jika dalam dirinya tengah ada peperangan. Itulah kenapa ia merasa sangat lelah.
Pikiran mengenai Jungkook yang pergi begitu saja, mulai terbesit dalam benaknya. Bukankah ini sama seperti kasus pelecehan? Tanyanya dalam hati. Namun jika ia melaporkannya, bukankah ia hanya akan ditertawakan? Apalagi tak ada bukti yang bisa mendukungnya.
Untuk saat ini, aku akan mencoba untuk percaya padanya.
*
*
*"Kecap, gula, susu, ko--Ah, tidak tidak, dokter Kim bilang tidak boleh minum kopi." Jungkook terus bergumam sambil mendorong troli belanjaannya melewati rak-rak supermarket itu. Setelah dari rumah sakit tadi, Jungkook memutuskan untuk mengajak Tzuyu berbelanja sebab persediaan bahan makanan di apartemennya benar-benar habis. "Tzuyu, kau ingin membeli sesuatu?"
Tzuyu hanya menggeleng sebagai jawaban. Menurutnya, Jungkook sudah terlalu banyak memasukan produk bahan makanan ke dalam troli belanjaan itu.
"Ah iya, kita harus membeli buah-buahan dan juga sayuran. Apa aku harus membeli semua jenis buah? Atau kau saja yang memilihnya."
Tzuyu mengangguk. Tangannya mulai meraih apel, potongan semangka, dan juga stroberi. Ia lantas memasukannya ke dalam troli dan mengambil terigu yang ada di dalam sana. "Sepertinya terigu tidak akan digunakan."
"Tzuyu, ambil yang kau mau." Jungkook mudah sekali menerka keinginan Tzuyu. Apalagi Tzuyu terus menatap bungkusan ramyeon yang mereka berdua lewati. "Mungkin kau bisa memakannya nanti."
"Aku tidak boleh makan ramyeon. Ayo."
Kedekatan yang masih belum terjalin diantara mereka berdua, membuat Jungkook sedikit ragu untuk mengajak Tzuyu bicara. Apalagi Tzuyu sangat pendiam, membuat Jungkook harus putar otak untuk membuat topik pembicaraannya menjadi panjang.
"Tzuyu, aku melupakan sesuatu."
"Apa?"
"Alpukat. Apa kau tidak memasukannya?"
Tzuyu menghembuskan napasnya sebelum akhirnya mengangguk untuk mengambil buah yang Jungkook katakan. Ia sebenarnya sudah sangat lelah dan Jungkook seolah memperpanjang waktu berbelanjanya. Tzuyu bahkan sempat merasa jika Jungkook seperti Ibu-Ibu yang berbelanja mengingat lamanya waktu yang ia butuhkan hanya untuk berbelanja.
Dengan wajah kesalnya, Tzuyu meletakan 1 kilogram alpukat ke dalam troli tersebut, membuat Jungkook sungguh tak kuasa menahan tawanya. "Ayo, aku sangat lelah dan aku ingin sekali tidur."
*
*
*Kertas itu sudah seperti sebuah agenda rutin untuk Tzuyu. Dengan mata yang menahan kantuk dan mulutnya yang menguap, ia memaksakan dirinya untuk tetap membaca tulisan yang ada di kertas tersebut. Ia sudah sangat lelah dan mengantuk. Namun ia harus tetap menyuntikan obat itu ke perutnya. Suntikan yang ditujukan untuk mematangkan sel telur miliknya.
Tzuyu tak peduli dengan rasa sakitnya. Ia hanya ingin semua prosedur ini segera berakhir.
Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit yang ia rasakan saat cairan pada suntikan itu perlahan menyusut. Ia pikir rasanya tak akan sesakit ini. Ternyata ia salah duga.
Tzuyu mencentang salah satu kotak pada kertas tersebut setelah melakukan suntikan itu dan juga meminum obatnya.
Tzuyu benar-benar tak pernah membayangkan akan berada dalam kondisi seperti ini. Namun ia sangat yakin akan ada akhir yang indah setelah rasa penat yang perlu ia hadapi ini.
Sementara itu, Jungkook masih duduk di meja makan. Ia masih belum menyentuh makan malamnya sebab ia larut dalam pikirannya sendiri. Setelah kontrak itu terlanjur ditanda tangani, Jungkook baru merasa menyesal sebab ia sudah merusak masa depan seorang gadis.
Meski ia tak menyentuhnya, tetap saja hamil di luar nikah bukanlah hal yang bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat. Lalu Jungkook juga berpikir bagaimana jika suatu saat Tzuyu menikah dengan orang lain, Tzuyu pasti akan menanggung banyak kebencian jika suaminya tidak mau menerima keadaannya.
Jungkook beranjak, meninggalkan makan malamnya untuk menemui Tzuyu. Namun langkahnya terhenti saat ia berpikir jika Tzuyu sudah tidur. "Aku tidak boleh mengganggu tidurnya 'kan?"
Namun rasa penasaran membuat Jungkook akhirnya memberanikan diri untuk menemui Tzuyu.
Tzuyu dengan segera menghapus air matanya saat Jungkook membuka pintu kamarnya. Ia tak boleh terlihat menangis di depan Jungkook, atau Jungkook pasti akan membatalkan kontraknya.
"Kau menangis?" tanya Jungkook, membuat Tzuyu dengan segera menggeleng. Namun pertanyaan itu justru membuat gejolak kesedihan itu bertambah.
Jungkook duduk di tepi ranjang. Ia bingung harus menenangkan Tzuyu seperti apa. "Tzuyu, maafkan aku. Aku pasti merusak hidupmu dengan seperti ini. Aku tidak masalah jika kita berdua harus menikah, atau jika perlu kita batalkan saja kontraknya."
"Aniyo, jangan batalkan kontraknya."
"Lalu kenapa kau tidak mau menikah, hm? Bukankah semuanya akan sangat mudah jika kita berdua menikah terlebih dahulu?"
Tzuyu menggeleng sambil mengusap air mata yang seolah tak mau berhenti turun dari matanya. "Aku tidak masalah melakukan hal ini, sungguh. Hanya saja aku takut membuat Adikku kecewa padaku. Apa kau yakin aku bisa menghadiri kelulusan Adikku?"
"Tentu saja. Aku yakin kau bisa hadir." Jungkook mengusap pucuk kepala Tzuyu diiringi dengan senyumnya. "Lebih baik kau tidur. Kau tidak boleh kelelahan 'kan? Soal apartemen, akan ada seseorang yang mengurusnya."
Tapi aku tak yakin soal itu. Apa aku sungguh-sungguh biasa hadir?
TBC🖤
13 Nov 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You ₩100.000.000✅
Romance15+ Tzuyu akui, keputusannya menandatangani kontrak konyol bernilai 100.000.000 Won itu benar-benar bodoh. Anggap saja jika tanda tangannya begitu mahal hingga dihargai sebesar itu. Tapi ia sungguh tak tahu jika akhir dari kisahnya benar-benar menye...