Gak tau mau kasih judul apa?

13.2K 423 33
                                    


AN: Hallo jadi cerita ini itu cerita sederhana yang random banget, serandom perasaan aku kedia yang udah lama bangettt tapi gak pernah terbalas.

Omong apaan sih...

Jadi ini cerita aku nulisnya sesuka hati dan aku buatnya lurus-lurus aja selurus jalan raya depan rumah ku yang aspal nya mulus kek pantat bayi.

******

"Kalau lo bilang lo cinta sama dia mungkin gak sih dia juga bakal cinta sama lo?" tanya gadis berambut panjang yang dikepang seperti tanduk itu. Retta menggeleng tak paham.

"Yah mana saya tau? Saya kan bukan tahu," jawab gadis itu seraya tertawa ngakak. Sasa yang sedari tadi sudah serius-serius pun langsung memutar bola matanya malas, niat hati ingin meminta pendapat dari Retta malah dirinya yang dikacangin.

Sebenarnya ini salah dia juga sih ngapain segala pakai nanya soal cinta kespesies manusia macam Retta, jangankan soal cinta, jatuh cinta sama lawan jenis saja mungkin dia gak pernah.

"Au ah males banget gue sama lo, gak pernah gitu bisa serius dikit,"

Retta memandang Sasa "dih minta diseriusin sadar diri Sa kita ini sejenis,"

Nah kan Sasa tambah kesal dibuatnya. Claretta ini memang spesies yang paling langkah dan menyebalkan sih, kalau bisa tolong banget Sasa minta kepemerintah buat punahin spesies macam mahluk satu ini.

"Bego nya tolong dong dikontrol sedikit,"

"Gak bisa Sa rem nya lagi blong nih,"

"Lo tuh o'on apa dasar gak punya otak sih?"

"Otak gue punya lah Sa yakali gak punya. Jadi otak gue masih utuh nih cuman belom dikasih arus aja makanya rada-rada gesrek gini dia,"

"Ampun yarobbi salah apa gue dimasalalu sampai harus punya teman segoblok ini," gumam Sasa mengelus dadanya sabar. Sabar Sa orang sabar disayang mantan.

Claretta dan Sabrina dua gadis yang sudah bersahabat cukup lama, Sasa yang dikenal dengan sikap normal harus berbanding terbalik dengan sifat dan sikap abnormal yang dimiliki Retta.

"Jadi abis dari sini lo mau langsung kemana Ret?" tanya Sasa. Disinilah mereka sekarang berada di sebuah pusat perbelanjaan.

"Kemana aja boleh asal jangan kembali ke akhirat belum mau mati gue soalnya dosa gue tuh masih numpuk,"

"Ntar timbangan dosanya berat lagi mampus Sa gue masuk neraka, sementara elo enak-enakkan di surga," ujar gadis itu heboh sendiri, yang langsung membuat pengunjung satu mall menatap heran kearah mereka.

Sasa kembali menghelah nafas panjang, menghadapi Retta memang harus butuh kesabaran extra.

"Gue doain lo beneran masuk neraka,"cibirnya.

"Yeuh si anjir gue tinggal bilang aja sama tuhan buat narik lo keneraka, abisnya sebagai teman yang laknat lo gak pernah ngajak gue dalam berbuat kebajikan,"

Sasa benar-benar kesal mending cukup sudah dia mengajak Retta ngobrol karena percuma saja berbicara dengan Claretta sama saja dengan menaikkan tensi darah tinggi dalam tubuhnya.

****

"Jadi tante gak bisa lagi rawat mama kamu Retta?" ucap wanita paruh baya dengan jas warnah putih yang begitu sinkron dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter.

"Kenapa? Kok gitu? Emangnya tante dokter mau kemana?"

"Tante mau pindah ikut suami tante ke Amerika," jawab Lidya. Claretta mengangguk.

"Berarti Sasa juga ikutan pindah dong?" Lidya menggeleng.

"Enggak. Sasa tetap disini sama kamu, cuma tante sama om sama Dera aja yang pindah, Sasa tetap disini nemenin kamu sampai kalian lulus,"

"Alhamdulillah hil adzim Sasa gak ikut pindah," gumam Retta. Sasa yang berdiri disampingnya pun hanya memutar bola matanya malas.

"Kenapa Sasa gak pindah aja sih ma?" tanya gadis itu bete.

"Males tau disini bareng Retta yang gobloknya inalillahi banget,"

"Sa ae lu Sa kurang asem banget jadi sepupu plus sahabat, gak ada baik-baik nya dikit sama gue?"

"Abisnya lo ngeselin Ret,"

Claretta menyengir lebar menunjukan sederet gigi gigi putih miliknya.

"Terus yang nanti ngerawat mama siapa dong tante dokter?"

"Nanti ada dokter mudah yang bakalan gantiin tante buat ngerwat mama kamu?"

"Ohh mudahnya semudah apa sih? Semudah kelapa mudah kah?" Lidya menggelengkan kepalanya pelan menghadapi keponakannya yang satu ini memang benar-benar harus extra sabar. Mimpi apa dulu si Karina punya anak yang gobloknya kayak Retta begini innalillahi banget yarobbi.

"Pokoknya dokternya masih mudah banget," jawab Lidya ketus lalu segera beranjak dari sana dari pada makin naikkan darah tinggi nya gara-gara ngadepin si Retta.

"Lidya Lidya galak banget sih untung tante, kalau gak, gak tau juga sih mau ngapain," gumam Claretta pelan.

Tbc.

An: Berikan vote mu karena vote itu gratis gak berbayar sama kek lu yang menghirup oksigen tanpa pembayaran.

An: Berikan vote mu karena vote itu gratis gak berbayar sama kek lu yang menghirup oksigen tanpa pembayaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang