Sasa belom move on

1.5K 100 0
                                    


Happy Readyng

***

"Rajin amat," Retta menaruh tasnya diatas meja, lalu mengambil alih tempat duduk disebelah Sasa yang sedang sibuk dengan segala tetebengek buku-buku nya.

"Dua minggu lagi olimpiade fisika," jawab Sasa serius, fokusnya masih tidak teralihkan dari buku.

"Santai aja kali Sa, masih lama juga," kata Retta. Gadis itu kemudian mulai asik memainkan ponsel.

"Gue kan anak rajin, emang elo?" Cibir Sasa. Retta mendengus.

"Dih sok lo," dampratnya.

"Jam pertama Kimia kan?" Tanya nya. Sasa mengangguk.

"Kenapa emang?"

"Nggak usah kerjain pr deh. Kayaknya bu Ratni nggak masuk deh nanti,".

Sasa menoleh kearah Retta.
"Tau dari mana lo? Kok lo bisa tau?"

Claretta tersenyum licik.

"Apa sih yang nggak Claretta tau? Semuanya gue tau. Lo belum move on dari Gavin aja gue tau," ujarnya bangga.

"Bisa nggak, nggak usah bahas masa lalu,  tiba-tiba atmosfernya jadi gerah. Jadi pengen nabok orang," gumam Sasa.

"Bilang aja takut galmov," ejek Retta.

Sasa mendengus.
"Siap-siap aja nanti malam muntah paku," kata Sasa. Claretta bergidik.

"Dih seremmm," tawa Claretta seketika pecah.

"Ret," panggil Sasa.

"Apa?"

"Semalam Gavin nelfon gue," jujur Sasa. Seraya menyengir.

"Lah kok bisa?" Claretta menoleh kearah Sasa.

"Yah bisalah, dia kan punya nomor gue?" Jawab Sasa menyosor.

"Bukannya udah saling block - block-an?" Todong Retta.

"Enggak," jawab Sasa cepat.

"Ngapain dia nelfon lo?" Claretta mulai keppo.

"Keppoooo," cibir Sasa.

Claretta melirik sinis.....

"Ini nih yang gue males kalau denger curhatan unfaedah lo," balas gadis itu mencibir.

"Kayaknya gue bakal susah move on deh dari dia," gumam Sasa. Claretta terperanjat kaget.

"Gelo sia, move on Sasa, move on," damprat gadis itu.

"Lo nggak bisa stuck di satu orang terus kayak gini, sekali-kali lo harus berani keluar dari zona nyaman yang lo buat," tumben-tumbenan si Claretta  yang tengilnya minta diracuni sekarang agak waras yah. Meskipun yah rada-rada sih.

Sasa mendengus. Benar juga sih apa yang dibilang sepupunya itu. Tidak seharusnya dia stuck di situ terus. Sekali-kali juga dia harus keluar dari zona nyaman.

"Iya Ret tapi gimana caranya," tanya gadis itu kesal sendiri.

Belum sempat Claretta menjawab suara gaduh dari depan pintu kelas berhasil mengalihkan fokus keduanya.

"Pararunten akang teteh,"  Teriak Davian. Kevin dan Kafka yang berdiri disebelahnya telah bersiap-siap Kafka dengan gitarnya, Kevin dengan sebuket mawar merah serta cokelat digenggamannya.

Sementara dibelakang mereka Raga masih berdiri dengan gaya stay cool-nya.

Claretta mendengus, sedangkan Sasa tanpa peduli kembali asik dengan buku-buku nya.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang