Claretta Gila Liodra

1.7K 134 2
                                    

Hallo!
Apa kabar? Baik?.

Kisah kita terlalu berat untuk disiratkan. Kamu dengan egomu, aku dengan perasaanku, tiga hal yang selalu aku do'akan, pertama kamu, kedua aku, ketiga kata aku dan kamu bisa menjadi kita.

-Claretta Liodra-

Happy Readyng

Claretta, berjalan tergesah memasuki pintu gerbang utama rumah sakit, tujuannya saat ini satu, ruang rawat mamanya. Dengan perasaan riang serta senyum yang terus terbit dibibir mungilnya.

"Pak Dokter," panggilnya saat melihat Rian beserta para perawat yang sudah berkumpul didalam ruangan itu.

"Mama gimana?" tanyanya dengan senyum mengembang, sedikit membuat matanya yang sipit itu bertambah sipit seperti bulan sabit.

Rian menggelengkan kepalanya.
"Maaf bikin kamu berharap, tadi mama kamu seperti tersadar memanggil nama mu, tapi saat diperiksa kembali, ternyata itu cuma efek dari respon tubuhnya dia akibat alam bawah sadarnya," ucap Dokter Rian.

Claretta menipiskan senyumannya, gadis itu mengangguk paham, yaampun sia-sia sudah berarti dia datang kesini rela-relain bolos, ninggalin tugas kelompok, lompat pagar belakang, ternyata harapannya masih belum bisa dia dapatkan, entah berapa lama lagi, dia sudah pasrah mungkin takdir Tuhan yang akan berjalan.

"Gakpapa dokter, santai aja," ujar gadis itu menaik turunkan alisnya lalu berkedip genit, membuat dokter Rian menatap takut dan bergidik kearahnya.

Gadis itu hanya terkikik geli, seraya menyengir. Kini tinggal mereka berdua yang ada diruangan itu, kedua perawat tadi sudah izin untuk keluar.

"Gak usah cengar cengir kamu pikir kamu cantik, kayak gitu?" ketus dokter Rian.

Claretta menatap sinis "dih emangnya kenapa? Gue gak pernah merasa kalau gue bilang diri gue cantik yah, dokter aja tuh yang mulutnya pedes ngatain gue gak cantik segala lagi," sinisnya.

"Awas lo, biasanya orang yang kalau dimulut bilang gak suka itu, padahal dihati mah mau," godanya pada Rian, membuat dokter tampan itu menatapnya datar. Rian sendiri pun tidak tahu mengapa dia bisa berbicara seperti itu, tubuh, hati, dan pikirannya memang susah diajak kerjasama, padahal ingin sekali dirinya menghujat gadis itu didalam hati, tapi mulutnya tidak bisa diajak kerjasama.

"Terserah kamu saja, memang susah kalau ngomong sama bocah kayak kamu," ucap dokter tampan itu lalu pergi.

Claertta mendelik "heh enak aja lo, ngatain gue bocil, gue ini gak bocil yah, umur gue udah delapan belas tahun, udah gede gue, udah cocok jadi ibu dari anak-anak pak dokter," teriak gadis itu memenuhi ruangan.

Rian tetap berjalan menjauh, jujur dia  masih bisa mendengar teriakkan cempreng gadis itu, tapi yah bodoamat, dia jadi ngeri sendiri ngebayangin punya anak sama tuh bocah.

Lelaki bertubuh tegap itu mendengus "Dasar gila," hardiknya.

"Claretta Gila Liodra," gumam cowok itu, lalu kembali memasuki ruangan pasien yang lain.

***

Rian menatap langit sore dengan awan orange serta matahari yang perlahan mulai hilang ditelan kelam, lelaki bertubuh tegap itu menatap dengan lekat, dari atas sana kota Jakarta terlihat lebih jelas, jutaan kendaraan berlalu-lalang membuat lampu kelap-kelip kendaraan itu berjajar panjang, dari segala penjuru.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang