Titik Terendah

1.8K 122 11
                                    

Hallo gong,  apa kabar? Baik nggak?
Kangen Rian Retta nggak?.

"Ketika aku memilih untuk jatuh cinta sendirian dia melarang ku,  kata nya jangan. Tapi aku tidak perduli tetap ku jalani, sampai pada titik dimana aku merasa jatuh sejatuh-jauh nya, sakit sesakit-sakit nya, dan saat itu juga aku sadar bahwa selamanya rasa ini hanya aku yang punya. Sementara dia biasa saja"


"Setiap orang tidak akan pernah bertahan lama, jika mereka merasa perjuangan dan penantian mereka sia-sia tidak menutup kemungkinan ada kala nya mereka pergi dan menyerah"

"Nyata nya hari itu telah tiba,  tepat nya pada hari ini, dia pergi dengan tenang, tanpa memberi ucapan salam perpisahan sedikit pun dengan meninggalkan berbagai macam pertanyaan, mungkin dia memang sudah lelah,"

-Claretta Liodra

****

Hari terus berjalan, waktu juga semakin memberi sedikit kesempatan kecil untuk orang-orang,  tapi perasaan itu kenapa masih sama yah? Masih saja utuh seperti saat pertama kali mereka dipertemukan, memang itu tidak adil bagi Claretta tapi mau bagaimana lagi. Yang dia rasakan saat ini benar-benar nyata, bukan kah tidak baik membohongi diri sendiri? Jadi untuk yang kali ini Claretta tidak akan lagi menyangkal jika dia benar-benar masih menaruh harapan besar dan perasaan pada dokter Rian.

Hari di mana dia bilang dokter Rian tidak sepenting dulu itu ternyata hanya candaan, yah itu hanyalah sebuah gurauan yang di buat oleh hati nya sendiri, padahal nyata nya tidak begitu. Dokter Rian tetap saja menjadi orang paling penting yang mengisi ruang kosong di dalam hati nya. Sekarang tidak sebebas dulu rupa nya,  masing-masing dari mereka sudah mulai mengurus banyak tetebengek serta keperluan lain nya untuk masuk Universitas, bahkan dia sendiri pun begitu,  beberapa hari lagi keberangkatan nya akan di mulai. Ayo lah memilih untuk pergi dari kota yang sudah mengikat dan mempertemukan nya dengan lelaki itu adalah pilihan terbaik, Claretta mencintai dia tapi jika takdir nya mereka tidak bisa bersama dia juga tidak bisa apa-apa.

Dering ponsel  berbunyi,  buru-buru gadis itu mengangkat nya. Suara dari seberang sana membuat Claretta tidak lagi bisa melakukan apa-apa,  gadis imut itu menutup mulut nya sendiri agar tidak terdengar jelas isakan nya. Ponsel berlogo apple itu terjatuh menghantam lantai ubin kamar nya yang keras, entah pecah belah menjadi berapa bagian juga Claretta tidak lagi perduli. Yang saat ini dia lakukan hanya mengambil sling bag lalu pergi begitu saja, tahu apa tujuan nya sekarang? Rumah sakit.

Dengan terburu-buru gadis itu berjalan tidak perduli lagi dengan banyak nya umpatan dari orang-orang yang di tabrak nya di sepanjang koridor rumah sakit. Sampai tepat di depan pintu kamar sang mama Claretta menumpahkan segala nya,  semua yang dia rasa memang harus dia tumpahkan,  kekesalan,  kesedihan,  kecewa,  perasaan bersalah, semua nya bercampur menjadi satu di dalam hati nya. Bayang-Bayang masa lalu kembali berputar di dalam ingatan nya.

Di peluk nya jasad kaku tanpa nyawa itu, menangis sejadi-jadi nya,  sementara itu dari arah belakang tubuh nya sudah ada Sasa yang berdiri memeluk nya dari belakang, seolah memberi kekuatan pada sepupu nya itu.

"Mama kenapa ninggalin Claretta sih ma? Mama bangun ma, mama jangan pergi mama, ini Retta ma,,,,, Retta di sini,  maafin  Retta ma, mama tolong jangan bikin Retta makin nggak kuat buat jalanin ini semua,,,,," isak tangis nya terdengar parau,  suara nya bahkan hampir habis. Claretta tidak mengerti kenapa dunia bisa sekejam ini pada nya,  kenapa takdir begitu suka mempermainkan jalan hidup nya, mengambil semua orang yang dia sayangi.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang