Perasaan

1.6K 120 1
                                    

Happy Readyng

Hati kamu itu terbuat dari apa sih? Sampai-sampai gak bisa lihat ketulusan aku sedikit pun?.

- Claretta Liodra

"Makasih yah Kaf," Ucapan terimakasih dari Claretta yang berhasil membuat cowok itu menganggukkan kepalanya.

"Iya sama-sama," balas cowok itu seraya tersenyum.

"Sekali lagi makasih banyak banget loh Kaf, hari ini lo banyak bantu gue,"  Kafka kembali mengangguk, gadis didepannya ini benar-benar baik dan juga manis.

"Iya Retta iya, itu udah tugas gue kali. Buat calon pacar apa sih yang enggak?" Claretta meninju lengan kiri Kafka membuat cowok itu terkekeh kecil.

"Apaan sih, gak jelas" ujarnya.
Claretta tau maksud dari Kafka, tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa membalas perasaan cowok itu didalam hatinya hanya ada satu nama dan itu adalah Brian.

Tanpa keduannya sadari, sepasang mata elang tengah menatap tajam kearahnya.

***

Brian ingin keluar sebentar mencari makanan namun langkah kakinya terhenti saat melihat dua anak remaja berseragam putih abu tengah berbincang ria, entah apa yang mengganjal dihatinya lelaki itu mendengus merasa sangat tidak suka saat melihat Claretta bersama Kafka.

"Dasar anak kecil, plin plan banget mulutnya," umpatnya dengan wajah datar. Merasa mood nya sudah tidak baik karena gadis itu. Ada perasaan aneh yang muncul dihati nya saat melihat Claretta bersama orang lain. Dokter Rian kemudian berbalik kembali keruangan kerjanya.

"Kaf gue duluan yah," pamit Claretta pada Kafka, cowok itu hanya mengangguk.

"Iya Ret! iya," balas Kafka.

Gadis itu kemudian berjalan menyusuri koridor panjang rumah sakit.

***

"Hy dokter," sapanya pada seorang dokter mudah berparas tampan.

"Oh hai Claretta, mari silahkan duduk,"

"Jadi bagaimana mana keadaan kamu akhir-akhir ini?" tanya dokter Arvin. Dokter Arvin adalah dokter spesialis kesahatan jiwa (
(Sp.Kj)

"Alhamdulillah akhir-akhir ini aku baik-baik aja dokter, dia juga dalam beberapa bulan ini jarang muncul," terangnya, membuat sang dokter mengangguk paham.

"Tapi kamu juga harus rajin-rajin terapi dan kontrol ok," ucap dokter Arvin.

"Iya dok, bisa dimulai sekarang aja gak dok terapinya?" tanya gadis itu.

"Oh iya silahkan, yang semangat banget pengen sembuh," ujar dokter Arvin seraya terkekeh kecil.

"Iya dong dokter, biar gak kayak orang gila terus,"

"Jangan ngomong gitu gak baik,"

Gadis itu kemudian melakukan terapi pikiran bersama dokter Arvin, dokter yang sejak dua tahuh lalu membatunya untuk sembuh.

Setelah selesai melakukan terapi gadis itu kemudian pamit pergi, menuju ruangan mama nya dirawat.

"Makasih dokter, kami  duluan yah dok," pamitnya.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang