Happy Reading----
Claretta berjalan tergesah menuju kelasnya, disepanjang koridor itu seluruh pasang mata menatap kearahnya, gadis itu mendengus kesal, wajah nya yang merah menahan tangis, dadanya yang naik turun, hidung kembang-kempis serta kelopak mata yang sudah membendung bak kolam renang. Dia sebenar-nya tidak bermaksud menjawab omongan Sesil, dia takut terhadap Sesil, jujur dia tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah ini, terlalu cepat gadis itu sebenarnya tidak bermaksud, tapi entah kenapa sesuatu yang besar rasanya terdorong dari dalam hati-nya untuk menjawab omongan Sesil.
Claretta tahu dengan begitu akan menambah dan memperbesar masalah-nya dengan Sesil.
Claretta mendengus memasuki kelas, gadis itu menatap kearah Sasa, yang juga menatap kearah-nya, gadis itu melihat Claretta dari atas sampai bawah, raut cemas dan takut itulah yang dilihat nya dari wajah Claretta sekarang. Belum sempat gadis itu berdiri, Claretta sudah menghambur kepelukan-nya, Sasa pun bingung, gadis itu menangis terseduh-seduh dalam pelukan Sasa.
"Huaaaaaa, Sasa gue nggak, bermaksud ngelawan omongan dia, gue nggak tahu tiba-tiba gue berani jawab omongan dia, gue cuma nggak terima aja, dia ngatain gue cewek gila dan bermasalah, kan gue nggak gila Sasa, lo tahu itu kan? Gue benci disaat ada orang yang bilang gue gila, emang gue segila itu yah Sa? Lo kok jahat banget si Sa nggak datang nolongin gue, lo tahu gue sendirian tauuu, walaupun ada Kafka yang ngebelain gue sih, tapi gue----aaaa nggak tahu mau ngomong apa? Intinya gue kesel, gue sedih, gue juga takut kalau Sesil ngancem gue lagi," rengek gadis itu. Claretta berceloteh panjang lebar, yang sontak membuat seluruh pasang mata yang ada di kelas menatap kearahnya.
Sasa mendengus, mendorong tubuh Claretta, gadis itu menangkup wajah sahabat-nya.
"Nggak usah nangis, tambah jelek tau nggak lo?" Ucap gadis itu.
Claretta menggeleng "Nggak nangis cuman sedih, kayak-nya keran air mata gue lagi eror deh Sa makanya nggak bisa berhenti," Sasa mendelik, masih sempat-sempatnya gadis itu ngelawak, dia kira ini acara stand-up comedy kali yah.
"Cengeng," desis Sasa. Claretta memutar bola matanya malas.
"Hormon prolaktin cewek lebih banyak 60% dari cowok, makanya kita lebih gampang nangis. Jadi kesimpulannya adalah gue nggak cengeng, itu cuma efek hormonal aja. Kalau lo tahu,"
Sasa mendengus "Terserah sih, nggak perduli gue,"
Sasa beranjak dari kursi-nya meninggalkan Claretta yang masih merengek tidak jelas,sungguh gadis itu benar-benar cengeng dan merepotkan, tapi entag kenapa Sasa tidak bisa membiarkan siapapun menyakiti Claretta-nya.
"Woy Sil," teriak gadis itu memenuhi penjuru kantin. Sasa menghampiri Sesil, gadis itu menatap Sesil dari atas sampai bawah, seolah menilai, setelah-nya tersenyum miring.
"Apa lo?" Tanya Sesil ngegas.
Sasa tidak menjawab, gadis itu malah semakin menatap penampilan Sesil.
"Ngapain lo natap gue gitu huh?" Sewot gadis itu.
Sasa terkekeh pelan. "Nggak tahu mau plus nggak tahu diri,---" Sasa menjeda kalimat-nya. Sementara Sesil mendelik tajam.
"Maksud lo ap---
"Diem lo, gue belum selesai ngomong," desisnya. "Lo kira modal cantik, seksi, dan jadi primadona di sekolah ini bisa buat lo jadi berkuasa seenak-nya? Bisa ngehina orang sesuka hati lo? Lo pikir lo hebat? Lo pikir lo berkuasa disini?----,"
Cuih
Gadis itu meludah kesamping, aksinya itu berhasil membuat Sesil semakin geram. Gadis itu menatap tajam kearah Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U Pak Dokter [End✔ ]
RomanceBudayakan vote & follow [END] Genre: New Adult Brian Aldebaran claretta Liodra Claretta Liodra, gadis yang kelewat hiperaktif, humble, tetapi tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Memiliki dua kepribadian dalam satu raga, membuatnya seri...