Happy Readyng.****
Cinta itu tidak bisa dipaksakan, kalau aku cintanya sama dia bukan sama kamu, dunia bisa apa?.
-Claretta Liodra-
Tiga hari berlalu, namun Retta sama sekali belum menemui Rian setelah kejadian kemarin, bukan nya menyerah atau lelah gadis itu hanya sedang malas saja pasal nya tugas kelompok yang diberikan bapak ibu guru dari sekolah begitu numpuk, belum lagi tugas-tugas individu, jadi dalam kurun waktu tiga hari syukur nya semua tugas-tugas itu selesai.
Claretta memang bukan anak yang pintar, dia memang tidak sepintar Sasa, tapi untuk urusan tugas dia selalu mengerjakan nya mau benar atau tidak yang pentingkan sudah berusaha benar tidaknya itu urusan buku sama guru.
Gadis dengan surai panjang itu berjalan disepanjang koridor kelas yang berdekatan langsung dengan lapangan basket autdoor, dilihatnya banyak sekali siswi-siswi yang berteriak heboh menyebutkan nama Kafka Satria. Iya Kafka Satria cowok yang sudah hampir dua puluh kali menyatakan cinta pada Claretta, tapi selalu saja berakhir dengan tolakan mentah oleh sang gadis.
Di tengah lapangan sang kapten bermain dengan begitu lincah mendrible lalu memasukan nya kedalam ring. Sorak-sorakkan pun terus-menerus bersahutan. Claretta memberhentikan langkahnya sebentar niatnya ingin menonton pertandingan, bukan pertandingan resmi sih itu cuma latihan persiapan buat tanding sama SMA PANCASILA.
Gadis itu menatap lurus kedepan dan tatapannya jatuh pada Kafka yang sedang berusaha melindungi bola yang digenggamnya. Cukup lama melihat Kafka seperti itu keringat yang meluncur dari pelipis jatuh sampai keleher jenjang nya, rambut panjang berwarnah hitam legam yang terus bergoyang karena tertiup angin juga akibat berlari, Kafka sangat tampan saat itu, gaya nya yang cool membuat siapa saja pasti akan langsung tertarik jika melihatnya lama-lama seperti itu banyak kaum hawa yang oleng kepadanya.
Tidak hanya tampan, cowok itu juga merupakan kapten basket, pintar dalam bidang akademik,serta mempunyai suara yang merdu jika sedang bernyanyi, benar-benar paket komplit.
Cukup lama Claretta menatapnya sampai pada suatu titik pandangan keduanya bertemu, tidak sengaja maniknya dan manik Kafka bertubrukan saat sedang ingin memasukan bola kedalam ring cowok itu melempar senyum pada Retta membuat sang gadis tersadar lalu dengan cepat memutuskan kontak mata keduanya.
Claretta berjalan mundur untuk keluar dari kerumunan gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak! Dia tidak boleh menyukai Kafka hampir saja dirinya oleng ke Kafka tadi, tapi untung nya kekuatan kesadarannya lebih besar dari pada rasa oleng nya pada Kafka.
"Gak-gak gue gak boleh oleng ke dia, pokoknya jangan sampai deh yawlah amit-amit jabang bayi," gumam nya seraya menggelengkan kepala.
Ingat yah seganteng apapun Kafka tidak akan bisa menggantikan posisi dokter Rian dihati nya. Sungguh dokter itu telah memiliki tempat ter-special di hati Claretta.
"Siapa suruh pakai gaya cool aesthetic gitu terbar pesona depan gue. Udah tau iman gue itu agak-agak cepat goya kalau lihat yang begituan ya Allah untung tadi iman gue masih tetap kuat, kalo gak bisa berabe," gerutunya disepanjang perjalanan menuju kantin. Niat awalnya tadi ingin menyusul Sasa kekantin tapi malah disuguhin pemandangan yang menyehatkan mata jadi yaudahlah mampir bentar tambah vitamin buat mata.
Bugh
Saking seriusnya bergerutu gadis itu sampai tidak melihat orang yang berjalan sampai-sampai dia harus menabrak Sesilia Pertiwi. Iya itu sih cewek paling cakep disekolah mantan pacarnya Kafka yang katanya sampai sekarang belum bisa move on dari tu cowok.
"Heh kalau jalan pake mata dong," sentak Sesil dengan raut muka garang.
"Emang ada orang jalan pake mata? Yang ada itu jalan pake kaki," jawabnya.
"Jawab lagi lo, orang lo yang salah," damprat Sesil
Busyet mati kejengking nih Retta lama-lama lihat muka menor Sesil udah kek ondel-ondel yang mau keliling kampung aja.
"Maaf-maaf orang gue gak sengaja juga,"
"Maaf?" tanya Sesil.
"lo pikir maaf lo cukup? hah?" Sentaknya.
"Biasa aja dong gak usah ngegas,"
"Yah gue kan gak sengaja dan gue udah minta maaf," jawab Claretta sinis.
"Lo berani sinis gue?"
"Huh," Sesil mencengkram kerah baju Retta membuat sang empuh dengan kasar menepis tangan itu.
"Gak usah sok gegayaan main cengkram baju, lo pikir gue berani sama lo?" Ucap gadis itu.
"Lo nantangin gue?"
"Iya!,, eh maksudnya enggak,"
"Mana takut gue sama lo," buset gadis itu memukul mulutnya dari tadi typo mulu.
"Maksudnya mana berani gue sama lo," ujarnya seraya menyengir lebar.
"Lo ditembak Kafka?" tanya Sesil.
Claretta mengangguk.
"Dan loo terima?"
"Enggaklah ngapain juga," jawabnya cuek, Retta memang bicara jujur beberapa hari yang lalu Kafka memang menyatakan cinta padanya tapi dia tolak dengan alasan pak dokter lebih berdamage dari pada berondong kek Kafka. Eh anjir.
"Awas aja kalau sampai lo terima,"
"Gak gue terima,"ketusnya.
"Gak usah kegatelan deketin Kafka, lo pikir gue sama dia udah putus lo bisa bebas deketin dia?"
"Jangan kege'eran lo siapa juga yang mau sama dia, kalau lo mau ambil aja, sekalian lo karungin bawa pulang," setelah mengatakan itu Claretta beranjak.
Tangan Sesil dengan cekatan menahan mengannya.
"Mau kemana lo?" Sesil bertanya dengan nada angkuh.
"Mau kekantinlah, masa mau kondangan,"
"Ikut gue lo," gadis itu menarik paksa tangan Retta membuat sang empuh dengan cekatan yang kuat berusaha melepaskan. Claretta mendorong tubuh Sesil dengan kasar.
"Kali ini jangan rese bisa? Gue gak ada waktu buat ladenin lo," setelah mengatakan itu Claretta kembali beranjak meninggalkan Sesil dan kedua teman nya.
To be continue:
Next...
Ruteng 14 januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U Pak Dokter [End✔ ]
RomanceBudayakan vote & follow [END] Genre: New Adult Brian Aldebaran claretta Liodra Claretta Liodra, gadis yang kelewat hiperaktif, humble, tetapi tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Memiliki dua kepribadian dalam satu raga, membuatnya seri...