Luka, Hujan & Badai

2K 130 0
                                    


Hallo🖐
Apa kabar🖐.

Happy Readyng

***

Sisi lain dari setiap raga pasti ada, menghalangi setiap kisah yang ingin kita asa bersama, bisa saja menjadi penghalang. Semoga saja cemasku tidak terjadi, sebab susah untuk buat dia berhenti, aku sayang kamu itu dalam pribadi asliku, saat menjadi yang lain aku tidak tahu apakah rasanya masih sama.

-Claretta Liodra-

Claretta berjalan keluar dari rumah sakit, gadis itu ingin pulang sekarang tapi tidak tahu harus pulang naik apa? Tadi   dirinya sudah  menelpon Sasa tapi gadis itu sekarang lagi ikut les bimbel tambahan untuk persiapan olimpiade sains nasional, yah Sasa memang gadis pintar. Beda sekali dengan dirinya.

Ingin naik gojek atau ongkot uang jajan nya habis, mana dompetnya ketinggalan dirumah lagi tadi pagi. Gadis itu menatap lesu kendaran yang berlalu-lalang. Ia dudukkan dirinya di halte dekat gerbang rumah sakit, yang tidak terlalu jauh dari parkiran. Mendung mulai nampak, awan hitam perlahan menutupi cahaya mentari, dia yakin sebentar lagi rinai akan turun membasahi bumi.

Angin serta cuaca dingin perlahan menyapu raganya, membuat surai panjang miliknya melayang tertiup angin, gadis itu perlahan membuka tas nya, lalu mengambil jacket levis milik Kafka  untuk ia kenakan. Cuacanya sangat dingin sekarang.

Hujan deras turun membasahi bumi, gumpalan rinai itu terdengar bersahutan saat jatuh.
Claretta merasa takut, dia trauma, dengan hujan,  serta bunyi guntur dan petir.

Saat hendak berbalik gadis itu melihat Rian masuk kedalam mobilnya, tanpa aba-aba Retta menghampiri cowok itu lalu menghadang didepan mobilnya.

"DOKTER RIAN KELUAR DULU," teriaknya ditengah hujan, dia kumpulkan semua keberanian untuk melawan rasa takut terhadap hujan.

Rian yang kaget langsung memberhentikan mobilnya, laki-laki itu terheran melihat apa yang dilakukan Claretta. Tapi rasa gensi tengah berkuasa, lelaki itu enggan untuk keluar. Dia malah menatap datar kearah Retta.

Rian tidak tahu kenapa perasaannya begini ada rasa khawatir saat melihat gadis itu menghadang mobilnya dibawah derasnya hujan.

"Pak dokter, bukain pintunya aku mohon, aku takut disini hujannya deras banget, pleaseee, buka pintunya," gadis itu mengetuk-ngetuk kaca mobil Rian, tapi laki-laki tetap masa bodoh. Dia tetap menomor satukan egonya.

Rian membuka sedikit kaca mobilnya. Lalu berkata.

"Gak usah banyak alasan, saya tau kamu sengaja hadang saya, supaya kamu bisa masuk kedalam mobil saya, terus kamu suruh saya nganterin kamu pulangkan?" 
Claretta menggeleng.

"Gak dokter, aku beneran takut hujan sama petir, tolong, bukain pintunya," bantahnya.

Dokter Rian tidak menjawab, cowok itu malah mengambil payung hitam dari kursi belakang mobilnya, lalu melemparkan payung itu tepat didepan wajah Claretta, membuat gadis itu kaget.

"Tuh ambil payungnya. Pulang sendiri, saya buru-buru," setelah mengatakan hal itu Rian kembali melajukan mobilnya, melesat jauh dari pandangan Claretta, yang masih setian dibawah derasnya hujan. Hati gadis itu mencelos, sakit rasanya diperlakukan seperti itu oleh Rian.

Ternyata gini yah rasanya sakit hati karena cinta. Claretta membatin lalu menangis ditengah hujan. Saat mendengar suara yang teramat kerasa dari bunyi guntur dan petir.

Traumanya kembali, gadis itu berteriak seraya menutup kedua telinganya, bayangan masalalu kelam menyelami dalam pikirannya, terngiang dan terus berputar dalam otaknya, tidak jelas tapi mampu membuatnya merasa kesakitan.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang