Sesilampir

1.3K 95 7
                                    


Happy Reading.

Claretta menatap malas Kafka yang saat ini tengah menatap kearahnya dengan senyum ceria. Jujur saja, selain tidak suka Kafka ada di dekatnya karena merasa risih, gadis itu juga takut jika Sesil mengetahui kedekatan dirinya dan Kafka. Dan lebih parah nya lagi hal itu akan semakin membuat api permusuhan diantara mereka semakin panas.

"Apaan sih lo nyengar-nyengir nggak jelas kayak gitu?" Tanya gadis itu malas.

Ekhem

Kafka berdehem pelan, bukannya menjawab cowok tengil itu malah menatap kearahnya sambil tersenyum. Dan itu benar-benar membuat Claretta merasa risih, kesal, dan sebal secara bersamaan.

"Bisa nggak. Nggak usah natap gue kayak gini? Gue risih," jujur Claretta.

"Oh," satu kata itu yang keluar dari mulut Kafka. Singkat, padat, dan jelas.

"Lo tuh makin lama makin nyebelin bangke," damprat gadis itu dengan wajah kesal nya.

Kafka diam. Tanpa memberi respon apapun. Berdiri sedekat ini dihadapan Claretta saja sudah membuat dirinya senang tidak karuan. Apa lagi jantung nya sekarang, sejak tadi terus berdisko ditempatnya.

"Gue tahu kok, gue emang nyebelin. Nggak usah diperjelas lagi," Kafka menjawab.

"Ngeselin lo yah," desis gadis itu. Kafka terkekeh.

"Gue suka sama lo Claretta," ungkapnya.

Claretta menatap Kafka seraya melototkan matanya garang. Harus berapa kali sih dia perjelas kalau dia tidak suka dengan Kafka? Tolong dong kalian bantu jelasin ke Kafka.

"Lo tahu jawabanya kan?" Tanya balik gadis itu.

Kafka tersenyum kecut. Cowok itu mengangguk.

"Ya gue tahu, tapi gue----

"Gue nggak suka sama lo Kafka. Kalau lo masih  nggak mengerti gue jelasin sekali lagi, gue nggak suka sama lo, selain karena gue udah suka sama seseorang itu juga karena gue nggak mau berurusan dengan Sesil. Lo tahu kan gimana sikap nya Sesil ke gue? Kalau lo terus deketin gue? Jadi gue mohon lo berhenti buat suka sama gue," Claretta akui dia memang sudah kelewat batas, menyakiti hati Kafka. Tapi mau bagaimana lagi perasaan tidak bisa dipaksa kan.

Percuma sajakan jika dia memiliki hubungan dengan Kafka tetapi hatinya untuk orang lain. Itu hanya akan menyakiti perasaan keduanya saja.

Kafka tersenyum kecut. Hatinya benar-benar seperti tertohok saat mendengar penolakan untuk yang kesekian kali nya dari Claretta.

"Gue selalu tungguin lo Retta. Sejauh apapun lo melangkah, sejauh apapun lo berlari, kalau lo udah capek, balik yah! Di belakang ada gue yang akan selalu setia tungguin lo. Apapun keadaan lo gue terima," Kafka berujar pelan. Tapi begitu banyak tersirat makna.

Claretta menatap penuh rasa iba kearah Kafka. Tanpa aba gadis itu langsung menghambur kepelukan Kafka. Yang sontak membuat sang empuh melongo. Diam sejenak, mencoba memahami apa yang terjadi.

"Gue tahu lo cowok yang baik, lo pinter dalam hal apapun, lo populer, lo itu sempurnah,dan diluaran sana ada banyak banget perempuan yang suka sama lo, ada banyak perempuan yang lebih baik dari gue. Makasih karena sampai saat ini lo masih mencintai gue, makasih karena lo selalu perduli sama gue," ujar perempuan itu seraya melepaskan pelukannya.

Claretta menatap Kafka yang juga menatap kearahnya.

"Kita masih bisa jadi teman Kaf, atau kalau lo mau kita bisa jadi sahabat?, atau kita jadi saudara aja?,  atau kita jadi apa yah? Ahh nggak tahu deh," ucap gadis itu.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang