180°|54

181 10 0
                                    


180 Degree

Danil, Rahma, Echa, Angel, Sean, Abi, Candra, Ailee, dan Kayla berpencar mencari Icha. Sebelumnya, Echa berteriak histeris memanggil Icha. Dia menyesal, telah meninggalkannya sendirian.

Mereka sudah, menanyakan pada setiap orang, tapi mereka tak ada yang mengetahuinya. Selang infus, dan kursi roda yang Icha gunakan, di temukan di taman.

Sean, Abi, dan Candra curiga, Icha mendengar obrolan mereka tadi. Jika itu benar, mereka tidak bisa membayangkan kondisi Icha saat ini.

Bahkan Icha belum pulih, bagaimana jika terjadi hal yang buruk?

"Bunda, maaf," ucap Echa dengan suara bergetar.

Rahma yang melihat itu, menarik Echa dalam pelukannya. Sebenarnya ingin marah, tapi bagaimana? Semuanya sudah terjadi.

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Danil.

Sean, Abi, dan Candra saling melirik. "Sepertinya, Icha mendengar ucapan kami bertiga," jelas Sean.

"Kami sempat membicarakan tentang Isan, dan mungkin Icha mendengarnya. Mengingat selang infus dan kursi rodanya, ada di sana," tambah Candra.

"Bagaimana, kalau kita ke rumah Isan, atau ke makamnya. Mungkin saja Icha, ada di sana," usul Abi.

Danil mengusap wajahnya frustasi, padahal dia sudah menjaga agar kenyataan itu, tak sampai kepada Icha. Namun sekarang, bagaimana jika Icha kembali drop?

"Kita harus pencar, Rahma, Echa dan Angel kalian pulang--"

"Nggak mau!" potong Echa dan Angel bersamaan.

"Dengar," ucap Danil menarik nafasnya. "Kalian cek di rumah, mungkin Icha sudah pulang. Biarkan saya dan Aarav, ke pemakaman. Sean, Abi dan Candra kalian, pergi ke rumah Isan!" perintah Danil.

Angel dan Echa, tak bisa lagi protes. Setelah mendengar perintah Danil, yang seolah tak ingin di bantah.

___

Sebuah pohon, yang menjadi saksi sebuah pertemuan. Antara dua orang, yang awalnya bahkan tak saling mengenal. Mereka di pertemukan, di kejadian yang cukup mengesankan.

Ghaisan Haddad Hafuza. Laki-laki yang mengingatkan Icha akan Putra, yang telah lebih dulu meninggalkannya. Isan hadir memberikan warna, memberikannya bahagia.

Dulu dia akan kesal jika berhubungan dengan Isan, namun hari ini. Icha merindukan segalanya, merindukan kehadiran Isan. Dia merindukan cara bicara Isan, saat menghiburnya. Lelucon konyolnya, bahkan dia merindukan suara tawanya.

Icha menjatuhkan tubuhnya di bawah pohon, dia kemudian memeluk lututnya. Menangis tersedu, di balik kakinya.

Hatinya terasa sesak, untuk kesekian kali. Dia harus merasakan kehilangan, kehilangan seseorang yang sangat penting di hidupnya, dan itu semua karenanya.

Icha pikir, kemarin adalah penyelesaian dari setiap penderitaannya. Dia berharap tak bangun lagi, agar semuanya selesai. Icha merasa benar-benar lelah, lelah akan kehidupan yang seperti tidak ingin melihat dia bahagia.

Kenapa semesta, tak langsung mengambil nyawanya saja? Kita akhiri semua ini. Kenapa harus orang-orang yang dia sayangi?

____

Setelah dari rumah Isan. Sean, Abi dan Candra, segera menuju ke rumah Echa. Terlihat di sana juga, sudah ada Danil dan Aarav.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Bagaimana, apa kalian bertemu Icha?" tanya Rahma, menghampiri mereka. Dia memegang kedua tangan Sean sangat erat.

Vericha Aflyn ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang