180°|22

108 19 0
                                    


180 Degree.

Setelah kematian bibinya, dan kedatangan Echa. Icha di kucilkan semua orang, teman di sekolahnya pun menjauhinya. Setiap Icha lewat, mereka akan menyingkir bahkan terkadang menjauhinya secara terang-terangan. Mulai dari melemparinya dengan permen karet, ataupun membuatnya jatuh di depan umum.

Seperti sekarang seluruh kantin menjauhinya. Seolah Icha terinfeksi virus mematikan. Tidak ada yang duduk di dekatnya.

Tapi Icha tidak peduli, baginya semua ini bukan masalah. Toh dia memang menyukai kesendirian bukan.

Icha menyantap makanannya dengan lahap. Saat Icha sedang asik makan, seseorang menarik kursi di hadapan Icha. Isan, itu dia.

Icha diam tidak memperdulikan kedatangan Isan.

"Cha. Lo gak kangen gue?" tanya Isan.

Icha tetap diam dan kembali menyantap pesanannya.

"Cha! Lo marah ya sama gue? Sorry deh, kemarin gue beneran ada urusan penting."

Icha menatap Isan tajam, tapi di sana juga tersirat kerinduan yang sangat amat dalam.

"Pergi! Atau lo gue bunuh!"

"Ya udah bunuh gue. Gue pengen mati, terus ketemu Putra. Biar gue bisa aduin segimana lemahnya cewe dia."

Putra. Icha mengingat Putra, dia ingin menemui Putra. Menangis dan mengadukan segala keluh kesahnya, dia ingin memeluk Putra.

Mata Icha berkaca-kaca, mengingat Putra selalu membuatnya lemah.

Isan menyentuh tangan kanan Icha. "Cha! Liat gue. Putra gak akan seneng liat cewenya lemah kaya gini. Bibi lo juga, pasti di atas sana dia lagi nangis ngeliat keponakan tersayangnya menjadi lemah."

Satu tetesan lolos begitu saja dari pelupuk mata Icha. Tiba-tiba dari arah belakang seseorang memeluknya, Icha merasakan kehangatan.

Saat Icha berbalik di sana ada Angel yang mengais sambil memeluknya. "Gue gak suka ngeliat lo lemah. Lo pikir dengan lo berubah kaya gitu lo jadi tangguh, mungkin untuk orang lain iya. Tapi bagi gue, itu titik terlemah lo."

Angel beralih duduk di sebelah Icha dan memegang kedua tangannya. "Cha. Lo harus tangguh jadi diri lo, bukan orang lain. Gue akan selalu ada di sisi lo, disaat mereka jauhin lo. Ngerti!"

Icha langsung membawa Angel dalam pelukannya. "Makasih. Gue butuh lo njel. Gue mau lo disisi gue, bantu dan supor gue. Jangan pernah tinggalin gue, gue gak bisa sendiri gue mau sama lo."

Icha sudah tidak kuat menahan tangisnya. Dia menangis mengeluarkan segala perih di hatinya. Biarkan orang tau seberapa hancurnya dia saat ini.

Orang-orang di sana menatap Icha prihatin. Sebagian dari mereka serasa dicubit hatinya. Icha yang mereka tau dingin dan cuek. Kali ini menangis begitu pilu, tangisannya mampu membuat sebagian dari mereka berkaca-kaca.

Sean, Abi, canda, Echa, Ailee dan Kayla yang menyaksikan itupun ikut merasakan.
Sean merasa bersalah pada Icha, perlakuannya selama ini. Harusnya Sean tidak melakukan itu. Bagaimanapun juga Icha pernah membuatnya merasa senang.

___

Tok tok tok

Angel yang sedang merebahkan tubuhnya, menengok ke arah pintu. "Masuk bi."

Ceklek.

"Angel," panggil Karina membuka pintu kamar Angel.

Angel bangkit dari posisinya setelah tau siapa yang datang ke kamarnya. "Mamah? Ngapain ke sini?"

Vericha Aflyn ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang