180°|31

104 19 0
                                    


180 Degree

"Echa. Mata lo, kenapa merah?" tanya Kayla, saat mereka berpapasan di koridor.

"Ah ini ..., kelilipan. iya kelilipan."

"Lo gak bohong kan?" Ailee menyipitkan matanya pada Echa.

Echa mengangguk. "Iya."

"Gue kangen pulang bareng lo, selama ini lo keseringan sama Sean sih," ucap Ailee dan langsung berjalan di samping Echa. Niatnya, Ailee dan Kayla ingin menjemput Echa, untuk pulang bersama.

"Cha!" panggil Sean, dari belakang mereka.

Ailee menghentikan langkahnya, yang otomatis di ikuti Echa. Tak berjalan lama, Echa langsung menarik tangan Ailee. "Ayo li!"

"Echa, aku mau ngomong!" ucap Sean tegas, dia mencekal tangan kiri Echa. Echa tak berniat merespon ucapan Sean, perasaannya masih sakit atas sikap Sean di lapangan tadi.

"Cha, kamu kenapa?" tanya Sean.

"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa?" Echa membalikkan pertanyaan Sean, membuat Sean diam.

"Gue tanya lo kenapa?" ulangnya.

"Cha, lo kenapa?" tanya Ailee heran, melihat Echa yang terlihat marah.

"Gue cape Li, mending lo tanya orang di hadapan lo ini." Echa menunjuk Sean, lalu berlalu pergi dari sana.

"Sen, ada apa?"

Sean diam, tidak tahu harus menjelaskannya dari mana. Semuanya terasa sangat rumit.

"Sean?!"

Sean mulai menjelaskan, saat dia melihat Echa menyenggol Icha hingga terjatuh, di tambah saat dirinya tidak menghiraukan keberadaan Echa.

"Lo jahat, tau gak!" Ailee pergi dengan menarik tangan Kayla, yang sejak tadi diam saja.

Sean? Dia kembali mengacak rambutnya. Ini semakin rumit, perasaannya campur aduk. Rasa bersalah pada Echa, tapi juga khawatir akan Icha. Mengapa dia harus terjebak dengan dua hati, yang notabenenya saudara kembar.

___

Suasana sore yang indah, dengan semburat jingga di upuk timur. Sebuah rooftop yang berada di atas bangunan cafe, berlantai dua. Cafe outdoor lebih tepatnya, di pinggir-pinggir nya terdapat lampu Tumblr, berwarna-warni.

Mereka duduk berjajar, berhadapan langsung dengan senja. Dengan Isan di paling ujung kanan, Icha, Aarav, Angel dan Riri.

"Senjanya cantik banget," ucap Riri dengan mata berbinar menatap warna jingga, yang menghiasi langit.

"Kalian suka?" tanya Aarav pada Angel dan Riri, dan langsung di angguki oleh mereka berdua.

"Gue belum ngenalin diri ya? Gue Aarav," lanjutnya.

"Angel."

"Riri."

Setelah mendengar nama mereka, Aarav beralih menatap Isan.

"Isan," ucap Isan ketus, dia sedikit tidak suka terhadap Aarav.

"Aarav ini, pernah nolongin gue, jadi kita kenal," jelas Icha, dia merasa harus menjelaskan siapa Aarav ini.

"Iya, gue langsung tertarik buat ngelindungin lo. Karena lo itu ceroboh." Aarav mengacak rambut Icha gemas, sedangkan Icha menatap Aarav tak berkedip.

Isan? Dia terlihat marah, miliknya di sentuh oleh orang lain.

"Kok, gue yang baper ya?" ucap Angel menutup matanya.

Vericha Aflyn ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang