«Happy Reading»
"Iya gue salah orang. Tadi gue kira dia temen gue yang di Belanda. Mereka mirip soalnya," ucap seseorang. Icha dan Dita menoleh ke belakang, dan menemukan seorang laki-laki sedang berdiri di belakang mereka.
"Ih, kak Sean ngagetin aja."
Sean mengikuti kedua perempuan itu duduk di pinggir panggung. "Jadi gimana?" tanya Sean. Sean sempat melihat Icha, wajah perempuan itu tidak sepucat tadi pagi.
"Oh iya. Sebenernya sih gak gimana-gimana kak. Tujuan kita kumpul cuma ngenalin kalian. Walaupun mungkin kalian udah saling kenal. Lombanya masih 2 Minggu lagi masih banyak waktu buat kalian latihan. Masalah lagu kalian diskusiin aja, nanti kalian di bimbing sama Bu Ana. Oh iya latihan setiap pulang sekolah," jelas Dita panjang kali lebar.
Sean mengangguk. "Oke, oke, gue paham."
"Masalah lagu kita bikin sendiri, atau pake lagu yang udah ada?" tanya Icha.
"Ahh masalah itu. Tanya Bu Ana aja, aku gak tau tapi kayanya bikin sendiri," jawab Dita. "Udah sore kak. aku pulang dulu ya." Dita bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan mereka.
"Hati-hati," ucap Sean saat Dita akan membuka pintu. Dita hanya mengangguk dan kembali meneruskan langkahnya.
Saat ini Sean dan Icha hanya saling diam, tidak ada yang memulai percakapan. Saat sudah beberapa menit saling diam. Icha bangkit dari duduknya berniat ingin pergi.
"Mau kemana?" tanya Sean saat ekor matanya melihat pergerakan Icha.
Saat Icha berhasil berdiri barulah dia menjawab pertanyaan Sean. "Pulang."
Icha beranjak pergi dan di ikuti Sean.«Vericha Aflyn»
"Bareng gue aja," ucap Sean saat mereka sampai di parkiran.
"Gak." Icha tetap melanjutkan jalannya, tanpa memperdulikan sean yang sedang mengambil motornya.
Icha memutuskan untuk pulang jalan kaki. Sudah lama dia tidak menikmati berjalan santai saat sore, di temani langit senja berwarna jingga. Semilir angin berhembus pelan, membuat suasana terasa menenangkan dedaunan yang bergoyang tertiup angin. Hembusan angin itu seperti membawa kenangan lama, yang sangat indah. Saat dirinya masih bersama seseorang yang sangat dia cintai. Kenangan 4 tahun yang lalu, Icha flashback kembali ke masa lalu, masa dimana dirinya begitu bahagia.
Seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 12 tahun, sedang asik meniup Bunga rampak tandak . Disampingnya juga ada seorang anak laki-laki yang terus bersin. Karena alergi degan sesuatu yang berbulu.
"Cha. Jangan di tiup terus, itu bulunya beterbangan!" ucap anak laki-laki itu.
"Bagus tau. Indah," jawab anak perempuan itu, bunga itu masih tersisa 4 tangkai di tangannya.
"Kamu tau apa nama lain sama filosofi dari bunga ini?" tanya anak perempuan itu.
Anak laki-laki itu berbaring diatas rumput hijau. Saat ini mereka sedang berada di sebuah bukit, yang tidak terlalu tinggi. "Enggak. Emang apa?"
"Dandelion namanya. Nama yang cantik kan?" jawab anak perempuan itu, sambil tersenyum memandang langit sore yang indah.
"Tapi nasibnya gak se cantik namanya. Kamu tau bunga Edelweiss? " Laki-laki itu masih setia memperhatikan perempuan yang ada di sampingnya ini. Dia terus mengoceh tentang bunga yang sama sekali tidak dia mengerti. Ini pertama kali dalam hidupnya berurusan dengan bunga. Selama ini dia hanya mengenal dunia malam, balapan, tawuran, dan merokok. Tapi saat bertemu perempuan ini, banyak perubahan dalam hidupnya. Hal-hal kecil yang perempuan ini lakukan sering membuatnya terpesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vericha Aflyn ✔️
Teen Fiction#Judul awal 180 degree.# Vericha Aflyn. Perempuan yang akan menginjak usia 17 tahun, dalam beberapa bulan lagi. Dia bukan perempuan yang haus akan popularitas, bukan pula perempuan polos. Dia hanya perempuan biasa-biasa saja, dengan kisah yang tak...