Assalamualaikum.
Adakah yang baca cerita ini?Pengen denger pendapat kalian dong. Menurut kalian cerita ini gimana?
Aneh ya?
Maklum ya aku baru belajar, tapi sebisa mungkin aku bakalan memperbaiki segalanya.Jadi jangan lupa komen dan vote ya😊
____
180 Degree.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup menyita waktu, akhirnya mereka sampai di salah satu restoran terkenal di daerah itu.
Icha berdiri di dekat pintu masuk, menunggu Isan yang tengah memarkirkan motornya. Dia sebenarnya merasa tak nyaman dengan penampilannya, restoran ini terlihat sangat mewah. Orang-orang yang datang pun menggunakan pakaian yang branded dan glamor, sangat berbeda dengan dirinya yang terlihat biasa-biasa saja.
"Echa!" sapa seorang pria paruh baya, yang menggunakan jas abu-abu.
Icha menatap bingung pria di depannya.
"Kamu Echa kan, anaknya Danil sama Rahma?" ulang pria itu.
"Maaf om. Tapi sepertinya om salah orang, nama saya Icha," ucap Icha dengan sopan.
Pria itu terlihat terkejut. "Icha ...? Jangan bilang kamu Vericha Avlyn, kembaran Echa?" ujar pria itu terkejut.
Icha terlihat kaget, bagaimana pria ini tahu bahwa dia adik Echa.
"Kenapa masih di luar, Ayah sama Bunda kamu mana?"
"Ayah sama Bunda lagi pergi om."
"Kamu ini, ayok masuk." Pria itu menarik tangan Icha untuk masuk, Icha hanya mengikutinya.
Sampai mereka tiba di sebuah meja panjang, dengan delapan kursi. Di sana sudah ada Danil, Rahma, Echa, Diana, dan juga Sean.
Tunggu. Diana, Sean? Mengapa mereka ada di sini? Dan pria ini ..., jangan bilang dia ayahnya Sean.
"Hai, Danil." Pria yang menarik Icha tadi langsung memeluk Danil.
"Arman," ucap Danil terkejut.
"Berapa lama kita gak ketemu?" tanya Arman basa-basi, sambil melepaskan pelukannya.
"Sepertinya sudah hampir 10 tahun," jawab Danil mendudukkan dirinya kembali.
Icha hanya diam menyaksikan semua itu, otaknya bekerja keras untuk mencerna semua ini.
"Icha, kenapa bengong? Ayok duduk!"
Icha memperhatikan mereka, yang terlihat terkejut dengan kehadirannya. Kecuali Arman tentunya.
"Ma-maaf om, tapi saya sudah ada janji dengan teman," balas Icha sedikit gugup.
"Apa teman kamu itu lebih penting, dari pada kumpul bersama kami?" tanya Arman.
"Bu-bukan begitu om. Tapi saya sudah membuat janji dengan dia terlebih dahulu, tidak enak jika di batalkan."
"Sudahlah Arman. Aku sudah mengajaknya tadi, tapi dia lebih memilih pergi dengan temannya," timpal Danil mendahului ucapan Arman.
"Baiklah lain kali, kita atur janji makan lagi ya," kata Arman sambil memegang bahu Icha.
"Tentu, om. Kalau gitu saya pamit om, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak.
Icha langsung pergi dari tempat itu, hati dan matanya terasa panas. Mendengar ucapan Danil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vericha Aflyn ✔️
Teen Fiction#Judul awal 180 degree.# Vericha Aflyn. Perempuan yang akan menginjak usia 17 tahun, dalam beberapa bulan lagi. Dia bukan perempuan yang haus akan popularitas, bukan pula perempuan polos. Dia hanya perempuan biasa-biasa saja, dengan kisah yang tak...