180°|28

106 16 0
                                    


180 Degree.

Saat Icha memasuki kamar Sean lagi, dia melihat Sean masih tertidur, dengan sebuah handuk basah di dahinya. Sean tidak sepenuhnya berbaring, dia menyandar pada bantal yang dia tumpuk, tangan kanannya berada di atas kepala.

Icha meletakkan nampan di nakas samping tempat tidur Sean. Sean mengerang saat menyadari ada Seseorang yang tengah memperhatikannya, perlahan dia membuka mata dan tatapannya langsung bertemu iris coklat milik Icha.

Icha langsung mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Sean.

"Lo belum balik?" tanya Sean.

"Bi Sari yang maksa." Icha beralih mengambil nampan yang sempat dia bawa. "Makan," titahnya.

Sean menatap sup itu tak nafsu. "Gue gak laper," tolak sean.

"Lo harus makan biar bisa minum obat," bujuk Icha.

"Lo yang suapin," pinta Sean.

"Enggak." Icha menatap sean tak suka.

"Ya udah gue gak makan."

"Ya udah gue balik." Icha bangkit dan berjalan mulai meninggalkan kamar Sean, saat dia baru sampai di pintu. Suara Sean membuatnya berhenti melangkah.

"Tunggu! Gue bakal makan, kalo lo tetep di sini. Ada yang mau gue omongin," pinta Sean.

Icha merenung sebentar dan akhirnya berbalik kembali menghampiri Sean. Melihat itu Sean terlihat tersenyum tipis, dan mulai memakan sup itu.

Saat suapan pertama, rasanya tak buruk, malahan terasa enak. Tidak pait seperti biasanya saat seseorang sakit. Sean kembali menyendok sup itu ke-mulutnya, rasanya benar-benar enak. Sup itu dia makan tanpa nasi, karena memang lebih enak seperti ini.

Icha terus memperhatikan Sean, yang nampak menikmati sup buatannya. Ujung bibirnya sedikit terangkat, namun sedetik kemudian dia kembali menormalkan ekspresinya.

"Ini buatan lo?" tanya Sean setelah menghabiskan makanannya.

"Hmm."

"Cha gue suka sama lo."

Ucapan Sean itu mampu membuat Icha menatap, Icha yang semula menatap lantai kini menatap wajah Sean tak percaya.

Sedangkan seseorang yang berdiri di ambang pintu langsung menghentikan langkahnya, kakinya seolah tercekat. Matanya perlahan memanas, dia merasa jatuh kedalam jurang yang begitu curam.

Perlahan kakinya berjalan mundur, hingga menabrak pembatas tangga. Air matanya tak kuat lagi dia bendung, dia langsung berlari ke bawah meninggalkan tempat itu.

Bi Sari yang melihat sosok itu berlari pergi, mengerutkan keningnya. Dia langsung berlari ke atas, ingin mengetahui apa yang sedang terjadi.

Saat berada di depan kamar majikannya, dia semakin di buat heran. Bukankah barusan Icha berlari keluar? Pikirnya. Tak ingin semakin pusing Bi Sari memilih kembali turun ke bawah.

___

"Lo mau jadi pelawak ya?" tanya Icha di selingi tawa.

"Gue serius."

Icha menatap kedua mata Sean mencari kebohongan, namun nihil sepertinya Sean benar-benar serius.

"Kenapa lo suka gue?" tanya Icha memperbaiki duduknya, dia bersila kemudian kembali menatap Sean.

"Gue gak tau. Tapi hati gue selalu kosong, kalo gue gak ketemu sama lo. Rasanya kaya ada yang kurang."

"Bukannya lo suka sama Echa?"

Vericha Aflyn ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang