180 DegreeJika lelah, maka beristirahatlah. Sesuatu yang terlalu di paksakan, bisa membuatmu kesakitan. Berbaringlah, hirup udara dalam-dalam, lalu keluarkan secara perlahan. Tutup matamu dan tenanglah, segalanya pasti berlalu.
Icha duduk bersandar, di kepala ranjangnya. Sesekali dia tersenyum, menanggapi Echa yang sedang bercerita tentang masa kecilnya bersama Sean.
Saat ini Icha merasakan, apa yang selama ini saudara kembar rasakan. Saling berbagi cerita, tertawa dan menangis bersama. Bahkan saat ini, dia dan Echa menggunakan baju tidur dengan motif yang sama.
Echa menggunakan warna silver dengan motif beruang coklat, sedangkan Icha menggunakan warna coklat, dengan beruang yang berwarna coklat tua.
"Yang ini gimana?" tanya Echa sambil menunjuk sebuah gambar dress berwarna pink.
Icha menggeleng, lalu menggeser foto itu. "Yang ini bagus." Icha menunjuk sebuah dress panjang. Bawahannya terbuat dari brokat berwarna dusty, dengan atasan berwarna senada.
Echa sedikit menimang pilihan Icha, yang tidak buruk. "Oke yang ini."
Seperti itulah kira-kira kegiatan mereka malam ini. Sibuk berbelanja online. Mereka sudah banyak memilih barang, dengan warna dan jenis yang sama. Tas, sepatu, alat makeup, skincare, dan beberapa dress.
"Ya udah, lo harus istirahat." Echa turun dari ranjang, lalu membantu Icha untuk berbaring. Dia bahkan menarik selimut, hingga dada Icha.
Icha mengangguk, sambil tersenyum. Ini benar-benar jauh dari bayangannya, tapi Icha merasa sangat senang.
"Mau tidur bareng?"
Saat Echa akan membuka pintu, ucapan dari Icha mampu menghentikannya. Dia berbalik dengan senyuman tak percaya dia wajahnya.
Seketika Echa kembali menghampiri Icha, lalu merebahkan tubuhnya sebelah kiri. "Makasih," ucapnya sambil memeluk Icha. Tangannya dia letakan di atas perut Icha.
Icha mengusap tangan Echa yang ada di perutnya, lalu merubah posisinya menjadi menghadap Echa. Mata mereka saling menatap, lalu tersenyum begitu saja.
Saat Icha dan Echa baru saja akan menutup mata, suara ketukan di pintu membuat mereka menoleh.
"Bunda, boleh ikutan?" tanya Rahma sambil menyembulkan kepalanya.
"Bunda ganggu," ucap Echa.
Mendengar itu, Rahma masuk lalu menghampiri mereka dan langsung berbaring di sisi kanan Icha. Membuat Icha berada di tengah-tengah mereka.
Rahma memeluk Icha, yang tidur menghadap langit-langit. Tangannya dan Echa bertumpukan di perut Icha.
"Icha gak mau bunda tidur di sini?"
Icha menggeleng, lalu tersenyum ke arah Rahma. Sedangkan Echa, merasa terasingkan.
"Bunda ko di sini?" tanya Danil, saat masuk begitu saja ke dalam kamar putrinya.
"Mau tidur di sini," jawab Rahma tanpa menoleh ke arah Danil.
Danil berjalan lebih dekat. "Kalo bunda di sini, ayah sama siapa?"
"Sendiri," ucap mereka serempak.
"Jahat!" ujar Danil lalu berjalan menghampiri Rahma. "Ayah juga mau ikutan boleh?"
"Kasurnya gak muat mas!"
Danil menarik nafas pasrah, lalu berjalan ke arah sofa. Sedangkan Rahma, Echa dan Icha, justru terkekeh melihatnya.
-
Waktu sudah menunjukan pukul 02:02. Echa terbangun dari tidurnya, karena merasa haus. Aneh rasanya, Echa bukan tipe orang yang akan terbangun hanya karena haus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vericha Aflyn ✔️
Roman pour Adolescents#Judul awal 180 degree.# Vericha Aflyn. Perempuan yang akan menginjak usia 17 tahun, dalam beberapa bulan lagi. Dia bukan perempuan yang haus akan popularitas, bukan pula perempuan polos. Dia hanya perempuan biasa-biasa saja, dengan kisah yang tak...