180°|48

114 13 0
                                    


180 Degree

Pagi hari yang di awali suara bel, Aarav berjalan ke arah pintu. Terlihat seorang pria, tengah memegang sebuah kotak kecil.

"Dengan kediaman, Ibu Vani?" tanyanya ramah.

Aarav mengangguk. "Iya, saya putranya."

"Ada kiriman paket, tolong tanda tangan di sebelah sini!" Pria itu menunjuk sebuah kertas di tangannya.

Setelah Aarav menandatanganinya, pria itu bergegas pergi. Aarav masuk, dengan sebuah kotak kardus di tangannya. Dia berjalan menuju kamar Vani.

Sejak kemarin Vani tak pulang, juga tak ada kabar. Dia sebenarnya sedikit mencurigai Vani. Beberapa hari ini, Vani terlihat berbeda, dia tak se-ramah sebelnya. Sekarang Vani terlihat acuh pada dirinya.

Setelah masuk, Aarav menyimpan kotak itu di kasur milik Vani. Matanya meneliti setiap sudut ruangan, hingga matanya terpaku pada sebuah ponsel yang sebelumnya pernah dia temukan.

Aarav menghampirinya setelah terdengar notifikasi dari ponsel itu, tangannya terulur mengambil ponsel itu. Tertera nama 'BANDIT' di layar ponsel.

BANDIT

BOS. SEMUANYA BERES, SESUAI PERINTAH.

Tertera  juga sebuah foto, yang menunjukan seorang perempuan tengah terikat di kursi.

Aarav merasa tak asing dengan perempuan itu, dia men-zoom foto itu. Matanya membulat saat satu nama terlintas di kepalanya, Echa.

Aarav membanting ponsel itu, hingga tak berbentuk. Dia menghempaskan semua barang-barang di meja rias Vani, semua alat make-up berserakan di lantai.

Beralih pada laci-laci, Aarav menemukan foto-foto kelurganya, bahkan ada foto dirinya sebelum bertemu Vani. Ingatan saat dia bertemu Vani, terngiang di kepalanya.

Flashback on.

Seorang anak laki-laki yang berusia 10 tahun, duduk sendiri di taman sekolahnya. Matanya menatap iri, pada sekumpulan anak-anak yang di jemput oleh masing-masing orang tua mereka. Anak itu menunduk memperhatikan jari jemari yang dia mainkan.

Aarav Agler Emerland, putra pertama dari pasangan suami istri Danil Emerland dan Rahma Ristiani. Saat usianya baru menginjak 2 tahun, dia harus di kirim ke Sydney bersama pengasuhnya.

Bertepatan dengan itu, adik kembarnya baru saja lahir. Namun dia di haruskan pergi, dia tidak pernah tahu alasan di balik kepergiannya.

Namun saat usianya 9 tahun, dia mendapat informasi dari sang pengasuh, bahwa dia di kirim ke Sydney, karena kejadian pada adik kembarnya. Terutama Icha yang juga di pisahkan, dari keluarganya.

Tak terima, tentu saja. Padahal penurut sang pengasuh, apa yang menimpa Icha hanya kesalahpahaman. Ada sosok lain, yang sengaja menjebaknya. Sejak saat itu, Aarav berjanji akan berusaha keras melindungi sang adik.

Tiba-tiba seorang perempuan duduk di kursi yang sama dengan Aarav, tangan perempuan itu menepuk punggungnya.

"Hey!"

Aarav memandang perempuan itu tak berkedip, perempuan yang terlihat masih muda. Sepertinya seusia dengan ibunya.

"Are you, ok?" tanyanya.

Aarav kecil, seolah tersihir oleh binar bening seperti berlian di mata perempuan itu. Dia tersenyum, lalu mengangguk.

Tanpa di duga, perempuan itu justru memeluknya. Pelukan hangat, yang begitu Aarav dambakan. Pelukannya mirip seperti milik seorang ibu, hangat dan nyaman.

Vericha Aflyn ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang