Chapter 8

558 32 52
                                    

Nadine sedang mengerjakan PR di meja belajarnya. Walau pun kakinya masih sakit, tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan PR. Tante Mara menyarankan untuk beristirahat di rumah. Besok, Ivan akan mengantarkan surat keterangan sakit ke sekolah. Nadine menyetujuinya, karena itulah ia mengerjakan PR-nya supaya Ivan bisa menyerahkan PR-nya besok ke sekolah. Ketukan di pintu mengagetkan Nadine dari aktivitasnya. Siapa lagi kalau bukan sepupu bangcatnya, Ivan. Nadine berjalan pelan-pelan ke arah pintu dan membukanya.

"Apaan sih Van? ganggu aja" ucap Nadine.

"Cuci muka, gosok gigi, dan rapihin rambut awut-awutan lo. Ada juragan Lapangan Golf di bawah" ucap Ivan.

"Ada Devon???" ucap Nadine dengan mata berbinar.

"Iya... rapihin diri lo sana biar gak burik-burik amat" ucap Ivan.

"Sialan lo, yaudah sana gua mau merapikan diri dulu" ucap Nadine.

"Yaudah, gua temenin dia di bawah ya.. awas lo jangan dandan kaya ondel-ondel, malu-maluin gua aja" ucap Ivan.

Nadine sudah mengangkat sendalnya "Pergi gak lo? dasar sepupu bangcat" 

"Hahahahahaha galak bener lo" Ivan langsung ngibrit.

Nadine menuruti saran Ivan. Dia cuci muka, gosok gigi, merapikan rambut, dan mengganti bajunya. Nadine mengenakan celana kaos over size dan celana santainya. Ia hendak turun dari tangga, namun Devon buru-buru mencegahnya.

"Jangan turun tangga sendirian Nad, kaki  lo masih sakit kan?" ucap Devon yang kini di berada di hadapan Nadine. Devon selalu mempesona di mata Nadine. Belum ada satu hal pun yang menyebalkan dari diri Devon. Ia selalu memperlakukan Nadine dengan baik.

"Hai Devon" ucap Nadine dengan senyum manisnya.

"Gua bantu ke rooftop lantai 3 ya" ucap Devon.

"Mau ngapain ke rooftop?" tanya Nadine.

Devon tersenyum "Gua pernah berjanji untuk melihat bintang bersama bukan? malam inilah waktu yang tepat. Kita akan melihat bintang Canopus dengan jelas. Gua sudah menyiapkan teropong bintang di rooftop lantai 3" 

"Benarkah??? Ya ampun, lo memang gak pernah gagal memberi kejutan ke gua Dev. Terima kasih ya.." ucap Nadine.

Devon lalu merangkul Nadine menaiki tangga demi tangga hingga sampai di rooftop lantai 3. Rooftop ini berupa balkon yang cukup luas dengan lantai marmer Italia yang berwarna hijau. Tante Mara dan Om Gali sering mengadakan pesta di rooftop. Nadine melihat teleskop atau teropong bintang yang berdiri kokoh dengan penyangga. Nadine tersenyum lebar dan sangat bersemangat melihat bintang dengan teleskop untuk pertama kali. Devon mengarahkan Nadine untuk melihat bintang melalui teleskop. Devon berdiri di belakang  Nadine sambil mengarahkannya. Nadine bisa melihat wajah Devon sangat dekat dengan dirinya. Devon nyaris memeluk Nadine dari belakang.

"Bagaimana? Lo suka?" tanya Devon.

"Waah indah banget Dev.. sepertinya gua tertarik masuk ekskul Castro" ucap Nadine.

Devon tersenyum "Boleh, boleh banget malah. Gua senang sekali kalau kamu mau bergabung di Castro" ucap Devon dengan tulus.

"Iya, gua mau" Nadine membalas senyum Devon.

Setelah puas melihat keindahan bintang Canopus. Mereka pun memilih untuk berbaring di atas rumput sintetis di dekat teropong. Mereka memandang langit yang jernih dan dihiasi bintang sambil berbaring. Devon dan Nadine tidak berbaring berdempetan. Mereka memberi jarak di antara mereka. Nadine senang Devon adalah laki-laki yang peka terhadap hal ini. Devon menghormati Nadine sebagai perempuan.

"Apa cita-cita lo Dev?" tanya Nadine dengan pandangan yang tetap menatap langit.

"Hemm...gua anak laki-laki pertama. Sepertinya tidak ada pilihan selain meneruskan usaha keluarga" ucap Devon.

VALDERAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang