Viga dan Calista baru sampai rumah setelah melakukan pelarian singkat ke Bandung. Calista memperhatikan mobil yang terparkir di halaman rumah Viga, ya tidak salah lagi itu adalah mobil Queensa.
"Viga... ada mobil Queensa... mungkin dia ada di dalam sekarang. Lo gak masalah akan bertemu dia? atau biar gua aja yang bicara sama dia kalau lo gak mau ditemui?" tanya Calista.
"Gak usah, gua memang harus bicara sama dia" ucap Viga.
"Lo yakin?" tanya Calista.
"Iya..." ucap Viga mantap.
"Kalau ada apa-apa bilang gua ya. Ingat, jangan kasar sama perempuan" ucap Calista.
Viga mengangguk.
Viga dan Calista masuk ke dalam rumah dan menemukan Queensa yang sedang duduk di ruang tamu bersama Mamanya Viga. Calista lalu mencium tangan tantenya kemudian pergi ke kamarnya. Calista tidak menyapa Queensa sama sekali. Viga lalu mencium tangan Mamanya tanpa melirik Queensa sedikit pun.
"Sayang.. Queensa menunggu kamu sejak sore. Tolong bicara sama dia ya.." ucap Mamanya.
Viga mengangguk "Tolong tinggalkan kami Ma"
"Iya sayang.." ucap Mama lalu meninggalkan Viga dan Queens di ruang tamu.
"Ikut gua" ucap Viga lalu berjalan menuju gazebo di dekat kolam renang.
"Gua??? Viga gak ngomong aku-kamu sama aku???" batin Queensa.
Mereka sudah sampai di Gazebo. Queensa dan Viga duduk berjarak di selasar Gazebo yang terbuat dari kayu. Mereka saling diam untuk sementara waktu. Menimbang-nimbang siapa yang akan lebih dulu memulai pembicaraan. Queensa melihat jari tangan Viga yang kosong, tidak ada cincin pertunangan mereka di jari manis tangan kiri Viga. Seketika Queensa merasakan sakit di dadanya.
"Cerita kita sudah berakhir Sa. Gua gak mau ada hubungan apa-apa lagi sama lo. Mulai sekarang lo bisa kembali ke cinta pertama lo itu. Semoga kalian bahagia" ucap Viga dengan nada datar tanpa memandang Queensa sedikit pun.
Air mata sudah tak tertahankan lagi, dada Queensa begitu sakit saat mendengar Viga mengatakan hal itu "Viga.. aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Tolong jangan seperti ini, aku bisa menjelaskan semuanya sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu, aku gak bisa tanpa kamu" ucap Queensa sambil terisak.
"Gua bisa tanpa lo, harusnya lo juga bisa. Lo hanya cinta sama dia, bukan sama gua" ucap Viga.
"Itu tidak benar Viga.. Aku cinta sama kamu, hanya sama kamu. Aku dan Alan sudah berakhir, tidak ada sedikit pun aku terfikir untuk kembali padanya. Tidak ada Viga, tidak ada" ucap Queensa mencoba meyakinkan Viga.
"Apa gua harus percaya dengan kata-kata seorang pengkhianat? Berapa kali lo bertemu Alan di belakang gua? Banyak kan? bodoh kalau gua masih percaya sama lo" ucap Viga dengan nada tegas.
"Viga.....maafkan aku... sungguh aku tidak bermaksud seperti itu.. Tolong dengarkan penjelasanku. AKu mohon Viga.. aku mohon..." Queensa benar-benar hancur. Tidak ada lagi tatapan hangat dan penuh cinta dari Viga. Sungguh Viga kali ini menatap Queensa seperti sedang menatap musuhnya sendiri.
"Lebih baik lo pulang sekarang.. hubungan kita sudah berakhir sampai di sini. Gua gak mau mendengar apa-apa lagi. Oh ya satu lagi, cincin di jari manis tangan kiri, sudah gua buang ke jurang. Cincin yang masih melingkar di jari manis lo, terserah mau lo apakan gua gak perduli. Cincin itu sudah gak ada artinya lagi, sama seperti lo yang sudah gak ada artinya lagi di hidup gua" ucap Viga lalu pergi meninggalkan Queensa sendirian dengan luka yang sangat dalam.
Dari kaca jendela lantai dua Viga memperhatikan kepergian Queensa dari rumahnya dengan langkah lemas karena terus menangis. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Viga juga merasakan sakit seperti yang Queensa rasakan. Viga berusaha menahannya dan tidak menunjukkan. Harga dirinya sudah cukup terluka karena dicurangi oleh Queensa dan sahabatnya sendiri. Viga tidak mau semua orang merasa kasihan padanya. Viga tidak mau terlihat lemah di depan orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
VALDERAMA
Fiksi RemajaNadine Alexandria hampir saja jadi korban pelecehan saat perjalanan pulang dari tempat Les Bahasa Prancis, namun ia diselamatkan oleh laki-laki asing dengan pakaian serba hitam dan masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Laki-laki itu tanpa ra...