Chapter 36

259 25 25
                                    

Perlahan Nadine membuka matanya. Ia melihat tante Mara yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Nadine tersenyum pada tante Mara, lebih tepatnya berusaha untuk tersenyum. Rasa sesak di dadanya belum hilang. Nadine pikir kenyataan pahit itu adalah mimpi, tapi ketika rasa sesak itu hadir lagi Nadine tahu bahwa ini bukan mimpi.

"Sayang.. ya ampun akhirnya kamu sadar juga. Tante khawatir banget" ucap tante Mala lalu memeluk keponakan kesayangannya.

Nadine membalas pelukan tante Mara. Nadine berharap pelukan tante Mara akan membuatnya tenang. Lagi-lagi dugaannya itu salah. Rasa sakit di dadanya belum berkurang sedikit pun. Nadine lalu melepaskan pelukannya.

"Nadine gak apa-apa tante, mungkin Nadine kecapean aja" ucap Nadine yang tidak mau membuat tantenya khawatir.

"Tante buatkan makanan ya? Nasi Tim Ayam sama kuah kaldu mau sayang?" tanya tante Mara.

"Iya tante, nanti Nadine makan. Masakan tante kan selalu enak" ucap Nadine.

"Tunggu sebentar ya sayang" ucap tante Mara.

"Eumm tante... Devon sama Viga masih ada di sini?" tanya Nadine.

"Masih sayang... kenapa? mau tante panggilkan?" tanya tante Mara.

"Tolong panggilkan Devon ya tante. Nanti aku juga akan menemui Viga kalau tubuh aku sudah lebih kuat" ucap Nadine.

"Ya udah Nanti Devon sekalian bawa makanan ke sini ya. Kamu harus makan sayang agar segera sehat" ucap tante Mara.

"Iya tanteku yang paling cantik" ucap Nadine.

15 menit kemudian Devon datang dengan membawa nampan makanan. Devon menaruh nampan itu di meja belajar Nadine. Devon menghampiri Nadine dan membatunya untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang. Nadine menatap Devon tanpa kata-kata. Dia kemudian mengingat kembali kata-kata yang pernah Devon katakan.

"Jika suatu hari nanti dia mengecewakan lo lagi dengan kesalahan yang sulit dimaafkan. Lo tahu kan lo harus ke mana? tangan ini siap menggenggam lo hingga tidak ada lagi siapa pun yang berani menyakiti lo"

Devon perlahan mengambil tangan kanan Nadine yang bebas, dia mengenggamnya dengan erat. Nadine melihat apa yang Devon lakukan dan membiarkannya. Nadine sangat membutuhkan dukungan Devon saat ini, karena Devonlah yang tak pernah berkhianat pada Nadine.

"Dev....." ucap Nadine dan matanya mulai nanar.

Devon langsung memeluk Nadine. Akhirnya tangis Nadine kembali pecah di pelukan Devon. Nadine tidak bisa menahannya lagi. Dia membutuhkan air mata untuk melepaskan emosinya.

"Keluarkan saja Nad tidak apa-apa... menangislah sebanyak-banyaknya untuk hari ini, tapi besok kamu harus memulai hidup baru. Tersenyumlah pada orang-orang yang tidak pernah menyakiti kamu, jangan biarkan kesedihan merusak kamu. Percayalah Nad, dia tidak pantas mendapatkan tangisan kamu.Biarkan dia yang menangis darah untuk kamu." ucap Devon yang berusaha menenangkan Nadine.

"Gua menyesal Dev.. gua menyesal karena sudah mempercayai pengkhianat seperti dia. Gua menyesal dengan kebodohan gua sendiri" ucap Nadine sambil terisak.

"Shhh... jangan menyalahkan diri sendiri. Kamu tidak bodoh Nadine, kamu hanya terlalu baik dan tulus, kamu tidak salah. Laki-laki brengsek itu yang memanfaatkan kebaikan dan ketulusan kamu" ucap Devon.

"Jadi semua perlakuan manis yang dia berikan untuk gua itu palsu? Semuanya dilakukan di atas kebohongan. Kenapa dia tega melakukannya padaku? Gua tidak pernah menyakitinya Dev. Gua menyayangi dia dengan tulus. Gua selalu memaafkan kesalahannya. Apa itu tidak cukup baginya? Kenapa dia tega mempermainkan gua seperti ini? Sekarang gua baru menyadari bahwa sejak awal yang dia sayang itu Queensa. Bukan gua. Dia meminta gua memasak Lasagna dan meminta gua untuk belajar pada Queensa. Dia mengajak gua ke Salon Amyrea agar gua bisa terawat seperti Queensa. Dia hanya mau Queensa, dia mau gua berubah seperti Queensa, dia tidak menerima gua apa adanya dan mungkin dia juga gak pernah sayang sama gua. Mungkin gua sama seperti perempuan-perempuan lain yang pernah dekat dengan Val. Gua cuma dipermainkan, tidak lebi dari itu" ucap Nadine dengan isakan pilunya.

VALDERAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang