Chapter 33

264 23 23
                                    

Devon memarkirkan mobilnya di depan bangunan hotel yang hampir jadi. Dia menunggu seseorang di sana. Beberapa menit kemudian, mobil Mazda 6 berwarna hitam berhenti tepat di depan mobil Devon. Seseorang keluar dari dalam mobil lalu duduk di kap mesinnya. Devon tetap duduk di mobilnya. Memandang laki-laki itu dengan tatapan waspada.

"Turun Dev.. gua seorang diri.. gua gak main keroyokan" ucap Leon.

Setelah dirasa aman. Devon turun dari mobilnya. Dia lalu duduk di kap mesin Audi hitamnya.

"Lama tidak bertemu Dev. Apa kabar?" ucap Leon.

"Gak usah basa-basi, cepat katakan mau lo apa? waktu gua gak banyak" ucap Devon dengan nada dingin.

"Lo banyak berubah ya..lo lupa kalau kita bersahabat dekat sewaktu SD?" ucap Leon.

"Gua gak lupa.. mungkin kita akan tetap berteman baik kalau lo gak pilih jalan yang salah" ucap Devon.

"Jalan yang salah? itu hanya pilihan Dev. Setiap orang boleh memilih jalan hidupnya masing-masing bukan? gua memang berandalan, tapi lo juga harus ingat. Cuma lo satu-satunya anak Zeus yang gak gua sentuh" ucap Leon.

"Jangan lo pikir gua gak sanggup melawan lo dan anak buah lo ya" ucap Devon menekankan.

Leon tersenyum "Rileks Dev.. gua tahu lo sanggup, tapi gua memilih untuk gak mau ribut sama lo. Kita pernah berteman baik bukan?" 

"Mau lo apa?" tanya Devon tanpa basa-basi.

"Santai bro.. Devon yang sekarang gak sabaran ya, tapi baiklah. Gua masu ngasih ini buat lo" ucap Leon lalu menyerahkan amplop coklat besar kepada Devon.

Devon menerimanya dan bingung dengan isi dari amplop coklat itu "Apa ini?"

"Buka aja.. ini bisa berguna buat lo" ucap Leon.

Devon semakin penasaran dengan isi dari amplop coklat itu. Akhirnya Devon membukanya. Isinya adalah beberapa lembar foto. Devon dibuat syok dengan foto-foto yang ada di tangannya.

"Foto ini berguna buat lo kan Dev?" ucap Leon.

"Siapa yang mengambil foto-foto ini?" tanya Devon.

"Gua sendiri, awalnya gua hanya tertarik untuk balas dendam sama dia tapi ternyata gua menemukan yang jauh lebih menarik dibandingkan dengan membuat dia babak belur" ucap Leon tersenyum puas.

"Gua mohon foto-foto ini jangan disebar" ucap Devon.

"Come on Dev, foto ini berguna buat lo. Sejak kapan Devon menyerah begitu saja untuk mendapatkan apa yang lo mau?" ucap Leon.

"Gak gitu caranya Leon" ucap Devon.

Leon menatap Devon dengan tatapan tajam "Pilihannya cuma 2, lo yang menggunakan foto ini atau gua yang menggunakan foto ini duluan"

"Kita gisa bicarakan ini dulu Leon" ucap Devon.

"No debat, simpan baik-baik foto ini Dev. Ingat, cuma ada 2 pilihan! Lo cerdas kan? harusnya lo gak sulit memutuskan langkah apa yang akan lo ambil. Gua cabut dulu Dev.. salam untuk Mama dan Papa lo" ucap Leon lalu kembali masuk ke mobilnya.

Devon menghampiri pintu mobil Leon, dia mengetuk-ngetuk kaca mobil Leon.

"LEON....DENGERIN GUA DULU... LEON BEREHENTI!! LEOOONNN!!! ARRRRGGGHHHH BANGSAT!!!!!!" umpat Devon yang tidak bisa menghentikan Leon pergi.

Devon mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar, dia benar-benar frustasi dengan ulah Leon.

********

Semenjak hari itu Devon menyibukkan dirinya dengan persiapan untuk Olimpiade Fisika tingkat Nasional. Dia jarang terlihat di meja bundar maupun di ruang sekretariat Castro. Dia lebih sering menyendiri di ruang Zeus yang berada di basement gedung olahraga indoor. Devon seperti menghindar dari semua orang.

VALDERAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang