Chapter 19

304 27 63
                                    

Viga mengurung diri di dalam kamarnya. Dia benar-benar tidak tertarik berinteraksi dengan Papa-nya. 2x puasa 2x lebaran macem bang Toyib gak pulang, lalu kembali ke rumah seperti tidak terjadi apa-apa. Viga tidak habis pikir mamanya tetap memberikan senyuman manisnya dan mau tidur sekamar dengan laki-laki yang sudah meninggalkannya selama 2 tahun.

Viga dipaksa oleh Mamanya untuk makan malam bersama Papanya. Viga duduk di meja makan dengan sikap yang dingin. Viga sama sekali tidak menatap Papa-nya. Sungguh membosankan memdengarkan basa-basi Mama dan Papanya di meja makan.

"Viga, bagaimana sekolah kamu? Tetap dapat peringkat 5 besar di kelas bukan? Papa bangga sama kamu" ucap Papa.

"Gak usah basa-basi, Papa cuma perhatian sama anak perempuan itu kan? Hasil hubungan terlarang Papa sama wanita pelakor itu" ucap Viga.

"Viga... Jaga bicara kamu, Mama tidak pernah mengajarkan kamu tidak sopan kepada orang tua" ucap Mama.

Viga langsung bangkit dari duduknya "Selera makan Viga sudah hilang"

"Raviga!!! kembali duduk di tempatmu" ucap Mama Alesa.

Viga diam mematung, dia mengepalkan tangannya.

"Viga....tolong maafkan Papa. Katakan apa yang harus Papa lakukan agar kamu bisa memaafkan Papa" ucap Papa Ravi.

Viga kembali duduk lalu meminum jus jeruk meneguknya sampai habis.

"Viga gak janji akan memaafkan Papa, tapi setidaknya Papa bisa berguna di mata Viga kalau bantu Viga untuk melamar pacar Viga" ucap Viga.

"APA???? kamu menghamili pacar kamu?" tanya Papa.

Viga tersenyum miring "Jangan samakan Viga dengan Papa.. Viga gak sebrengsek Papa. Baguslah sifat buruk Papa tidak menurun ke Viga"

Papa Ravi hanya bisa mengelus dada dan menahan amarahnya.

"Viga, kamu masih sekolah. Belum cukup umur untuk menikah" ucap Mama.

"Siapa yang bilang Viga mau segera menikah? Viga hanya ingin tunangan dulu dengan Queensa. Di saat kami sudah siap mental dan finansial barulah kami menikah" ucap Viga.

"Mas...bagaimana?" tanya Mama Alesa pada Papa Ravi.

"Lakukan saja, Papa akan melamarkan Queensa untuk kamu" ucap Papa Ravi.

"Baguslah setidaknya Papa ada gunanya untuk masa depan Viga.. oh iya uang bulanan dari Papa tidak pernah Viga sentuh sedikit pun" Viga akan kembalikan semuanya setelah selesai melamar Queensa.

"Viga... itu hak kamu..." ucap Papa.

"Viga gak butuh uang Papa...." ucap Viga lalu bangkit dan meninggalkan meja makan.

******

Acara lamaran itu berlangsung sangat privat. Hanya keluarga inti saja yang menghadirinya. Lamaran Viga diterima oleh Irsyad Pramudya, selaku Papa Queensa. Mama Alesa menyematkan cincin bertahtakan berlian di jari manis sebelah kiri Queensa. Semua yang melihatnya pasti akan mengakui bahwa aura kebahagiaan terpancar dari wajah cantik Queensa. Mama Rea lalu menyematkan cincin berbahan Palladium ke jari manis Viga di sebelah kiri. Viga menolak menggunakan cincin berbahan emas. Akhirnya bahan Palladiumlah yang dipilih.

Queensa dan Viga kini bersanding lalu diabadikan dalam sebuah foto. Setelah sesi foto berdua, kini sesi foto keluarga. Mereka semua terlihat bahagia, tak terkecuali Papa Ravi Vikander yang bangga pada putranya yang sudah berani melamar gadis di usianya yang masih muda. Viga jago dalam desain grafis dan mengedit video. Dia sering membantu mamanya dalam hal digital marketing bisnis properti yang dipegang oleh Mamanya. Jadi Viga sebenarnya sudah punya penghasilan sendiri dari kerja part time-nya. Viga bisa mendesain di mana saja. Viga tidak suka terkukung bekerja di ruang kantor. Dia lebih nyaman bekerja di dalam kamarnya di rumah.

VALDERAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang