Chapter 10

417 34 41
                                    

Nadine buru-buru menyelesaikan sarapannya ketika Valderama memberikan pesan chat bahwa dia sudah sampai di depan rumah. Nadine bangkit dari duduknya lalu segera mencium tangan tante Mara dan Om Gali lalu pamit pergi. Tante dan Om-nya geleng-geleng kepala, tidak biasanya Nadine berangkat terburu-buru seperti ini.

"Dijemput gebetannya Mih" ucap Ivan.

"Oh... pantesan semangat 45 gitu ya" ucap Tante Mara.

"Kamu kapan menjemput gebetan kamu Van?" ucap Om Gali.

"Papih jangan mulai deh, Ivan terlalu pemilih makanya belum nemu yang cocok" ucap Ivan ngeles.

"Banyak alasan kamu, Papi jodohin sama anak teman bisnis Papi baru tahu rasa kamu" Ucap Papi.

"Ivan bisa cari sendiri Papi, Ivan bukannya gak laku tapi cuma pemilih aja" ucap Ivan yang masih aja ngeles.

"Iya.. iya.. Papi percaya ada deh, pinter banget kamu ngelesnya" ucap Papi.

"Hahahahahah... Udah Pi.. anaknya cemberut tuh" ucap Mami.

Sementara itu Nadine naik ke mobil Valderama. 

"Selamat pagi Nad" ucap Valderama dengan senyum iritnya.

"Selamat pagi Val, hemmm di mana motor kamu?" tanya Nadine.

"Gua pikir lo lebih suka naik mobil" ucap Valderama.

"Enggak juga, gua bukan orang yang pemilih" ucap Nadine lalu segera memasang seatbelt.

Valderama tak banyak bicara selama mengemudi, Nadine tak masalah dengan itu. Valderama memang seperti itu, irit bicara bagi Nadine. Menyebalkan tapi tetap saja Nadine selalu senang berada di dekatnya. Suara smartphone Valderama berdering, dia segera menyambungkannya dengan bluetooth di earphone-nya. Dia berbicara dengan seseorang yang sepertinya mobilnya mogok atau semacamnya. 

"Oke, gua ke sana" ucap Valderama lalu menutup sambungan telefon.

"Apa ada masalah?" tanya Nadine.

"Ya.. gua akan cari tahu" ucap Valderama lalu kembali fokus mengemudi.

Valderama menghentikan mobilnya di belakang Mobil BMW X1 hitam. 

Valderama membuka seatbelt-nya "Sebentar ya" ucapnya lalu turun dari mobil.

Nadine memperhatikan Valderama pergi menuju mobil yang mungkin bermasalah itu. Pemilik mobil itu turun dan bergabung dengan Valderama yang sedang mengecek mesin. Perempuan itu tidak lain dan tidak bukan adalah Queensa. 

Nadine tidak berfikir macam-macam, ya mungkin memang mobilnya Queensa sedang bermasalah dan Valderama hanya membantunya. Dulu juga Valderama pernah melakukan hal yang sama pada Ivan saat mobilnya bermasalah.

Tak lama kemudian, Valderama kembali ke mobil "Nad.. lo berangkat ke sekolah sama Queensa aja ya. Mobilnya mogok, jadi biar Queensa yang bawa mobil ini, sementara gua nungguin mobil Queensa sampai orang bengkel datang" 

Nadine butuh waktu beberapa saat untuk mencerna semua ini.

"Nad.. lo denger gua kan?" ucap Valderama.

"Hemmm... aku nanti minta jemput sama Ivan saja" ucap Nadine sambil menunjukkan senyum palsunya.

"Queensa yang bawa mobil gua, lo bisa duduk manis dan sampai sekolah tepat waktu" ucap Valderama.

"Gak apa-apa gua bisa nunggu Ivan jemput di halte depan" ucap Nadine.

"Serius?" tanya Valderama yang merasa tidak enak.

"Eumm iya gak apa-apa, ya sudah gua mau ke halte" ucap Nadine lalu membuka seatbelt dan segera turun dari mobil. Ia berjalan menuju halte tanpa menengok ke belakang. Air matanya jatuh. Lagi dan lagi. Siklus itu kembali, Valderama akan mengangkatnya tinggi ke angkasa lalu kembali menjatuhkannya tanpa parasut. Nadine harusnya tahu siklus itu tapi tetap saja dia menjalaninya lagi dan lagi.

VALDERAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang