VALDERAMA

Chapter 47

7 Tahun Kemudian,

Baby G kini sudah berusia 6 tahun. Dia lebih mirip Papa Devon dibandingkan Nadine. Bayi cantik yang lahir 6 tahun lalu itu bernama Varsha Gemintang Arshavin. Dulu saat masih SMA, Devon pernah mengatakan pada Nadine bahwa ia akan menamakan anaknya Gemintang. Ternyata kata-kata itu terwujud dan Nadine yang menjadi ibu dari putri cantiknya. Devon sangat menyayangi Varsha. Dia selalu punya waktu untuk menghabiskan waktu bersama Varsha di tengah kesibukannya. 

Devon dan Viga akhirnya merintis perusahaan bersama di bidang E-Commerce. Perusahaan mereka fokus untuk penjualan produk di bidang olahraga khususnya Golf. Devon dan Viga juga mengembangkan Klub Golf Arshavin menjadi tempat entertainment yang lengkap. Ada Hotel dan Resort, tematik restoran, ritel fashion, mini zoo, dan arena rekreasi lainnya. Selain dukungan penuh secara finansial dari Papanya Devon, kehebatan Viga untuk menarik investor juga patut diapresiasi. Presentasi Viga di depan klien selalu memukau hingga mereka rela menggelontorkan dana untuk ikut mengembangkan Klub Golf Arshavin menjadi One Stop Entertainment.

Nadine tidak menjadi diplomat seperti harapan ayahnya. Dia tidak mungkin jauh dari suaminya, apalagi kini ia sudah punya Varsha, putrinya yang sangat butuh perhatiannya. Nadine bekerja di Kedutaan Perancis di Jakarta. Devon awalnya tak setuju dengan keinginan Nadine untuk bekerja, Devon rasa nafkah darinya sudah lebih dari cukup, tapi Devon mengerti bahwa istrinya juga butuh berkembang. Nadine sudah mengorbankan cita-citanya untuk kuliah di Universitas Sor Bonne dan memilih mengikuti Devon di Boston.

****

Di tempat lain, Alan masih bobo ganteng di kasur King Size-nya. Dengan perasaan kesalnya, Queensa langsung masuk ke kamar Alan dan berusaha membangunkannya.

"Al, jam 10 kita ada meeting. Kamu masih belum siap-siap? Keterlaluan, ayo cepat bangun!". Queensa langsung menarik selimut Alan. Untungnya Alan pakai kaos dan celana pendek.

"Hemmm mager Sa... Kamu aja yang meeting. Materinya sudah aku siapkan, kamu tinggal print hardcopy-nya" ucap Alan masih dalam keadaan mata terpejam.

"Gak bisa gitu dong, masa aku sendirian?" ucap Queensa.

"Ajak Argo aja" ucap Alan.

"Jangan ngaco deh, dia beda kantor dan beda perusahaan. Masa aku ngajak dia?" ucap Queensa.

"Yaudah kamu sendiri aja, ya kamu pasti bisa. Udah sana berangkat, aku mau lanjut bobo tampan lagi" ucap Alan lalu kembali menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

Queensa melihat jam tangannya. Tak ada waktu lagi. Queensa langsung bangkit lalu menghentakan sepatu high heels-nya dengan perasaan kesal. Setelah Queensa pergi, Alan lalu membuka selimut yang menutupi dirinya. Dia duduk bersandar di kepala ranjang.

"Kamu gak boleh seperti aku Sa. Semoga kamu punya kesempatan kedua" ucap Alan yang sebenarnya sudah segar bugar dan hanya berpura-pura mengantuk di depan Queensa.

Alan bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Dia mengambil jaket kulit dan helm full face-nya, lalu menaiki motor Hayabusa kesayangannya.

Motornya berhenti di bukit rahasianya bersama Queensa dulu. Sudah bukan rahasia lagi sebenarnya, sejak Leon membongkar semuanya. Alan duduk di kursi taman yang langsung menghadap ke bukit-bukit hijau dan pemandangan indah di bawahnya.

Selama 7 tahun ini, Alan sempat berpacaran dengan Cella. Putri dokter pribadi Mama Delia yang sangat tergila-gila dengan Alan. Itu juga karena permintaan Mama Delia, tapi sesuai prediksi. Hubungan mereka gagal di tahun ke 3. Cella akhirnya menyerah karena tak mendapatkan cintanya Alan dan memilih meninggalkan Alan. Kalau pun Alan pada akhirnya akan menikah, Alan hanya ingin bersama Queensa, karena dia sudah kehilangan Nadine. Namun sayang, Queensa lebih nyaman dengan hubungannya yang sekarang bersama Alan. Hanya sebagai sahabat dan rekan kerja. Queensa membantu Alan di perusahaan ekspor-impor peninggalan Papanya Alan.