"Melakukan apapun yang disuka itu hak siapapun tapi hak Al Khaliq pula menentukan apa yang pantas disuka oleh seorang hamba itulah syariat"💕💕💕
Menikmati setiap jengkal karunia yang telah sang Rabb berikan membuat seorang hamba akan berubah. Bahwa tiap detik yang ia miliki sungguh sangat berharga. Membersamai orang-orang tersayang terasa bak berlian berharga yang harus dijaga. Tak ada orang yang tak menangis bila berlian yang berharga jutaan bahkan milyaran hilang. Betapa hanya sesal dan tangisan yang ada bila orang-orang tersayang pergi meninggalkan.
Kesempatan yang diberikan oleh Al Khaliq pada hamba hanya sekali. Karena hidup di dunia memang hanya sekali dialami. Tak ada reinkarnasi atau hidup kembali. Setelah melewati dunia, semua akan berkumpul di padang mahsyar. Mempertanggungjawabkan apapun yang sudah dilakukan di dunia. Menanti timbangan amal. Hendak berakhir dimana kehidupan abadi kita. Meniti jembatan sirotol mustaqim.
Maka jika ada orang yang mengatakan, hidup sekali saja kok dibuat susah. Hidup cuma sekali kudu dinikmati. Tak ada yang berhak melarang memang. Bukankah sang Rabb telah memberi peringatan. Tentang seperangkat syariat, petunjuk lewat kalamullah. Lewat tauladan terbaik dalam diri Rasulullah. Dan sang Rabb pun telah mengingatkan, hiduplah sesukamu, semaumu, membangkang, mengingkari ajaranNya. Tapi satu yang tak akan bisa dihindari bahwa semua ada ujungnya dan berakhir, yaitu datangnya ajal.
"Isy maa syita fainnaka mayyit"
"Hiduplah sesukamu, karena pasti kamu mati"
Dari Sahl bin Sa'd berkata, Rasulullah shalallahu 'alaohi wasallam bersabda : "Jibril mendatangiku lalu berkata: "Ya Muhammad, hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.
Kemudian dia berkata :"Wahai Muhammad. Kemuliaan seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk sholat malam) dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia" (HR. Ath Thabarani)Husna menuntaskan mualnya di wastafel yang ada di dekat kamar mandi. Seperti layaknya ibu hamil trisemester awal pada umumnya, Husna pun mengalami morning sick. Mual muntah yang lumayan menguras energi. Namun Husna menikmatinya. Toh bukan hanya dirinya seorang, ibu hamil yang mengalami hal ini. Bahkan Rissa yang sudah kehamilan kedua pun tetap mengalaminya. Aisyah yang sudah masuk bulan-bulan akhir pun masih mengalami juga meski tak separah di awal kehamilan.
Selepas sholat subuh tadi, Husna memilih kembali bergelung di balik selimutnya. Husna memang sudah tak terlalu banyak tanggungan mata kuliah. Ia juga sudah ijin ke dosen pembimbingnya untuk rehat sejenak.
"Kamu memang harus memilih Na. Karena kondisinya seperti ini. Mas ingin kamu istirahat dulu ya. Demi kehamilan kamu" begitu pinta Nizam pada Husna. Agar istrinya itu mengikhlaskan pengerjaan thesisnya jadi agak tertunda.
Sebetulnya tanpa diminta pun Husna juga berpikir begitu. Meski bagi Husna dilema bahwa dirinya harus memprioritaskan salah satu. Andai bisa, ia ingin keduanya. Hamil iya, thesis pun jalan. Tapi bagaimana pun harus ada yang didahulukan. Dan tentu saja Husna memprioritaskan kehamilannya. Ia harus benar-benar menjaga nyawa yang dititipkan sang Rabb di rahimnya. Buah hatinya bersama Nizam. Bukankah sejak awal Husna paham konsekuensi ketika menikah dikala dirinya menempuh pendidikan S2nya. Meski kemungkinan besar ia akan mendapat sangsi karena ia kuliah lewat jalur beasiswa. Paling ia akan diminta mengembalikan beasiswa jika lulus tak tepat waktu. Tentu saja Nizam siap menanggungnya.
Husna mengedarkan pandangan ke penjuru rumah. Sepi. Dilihatnya jam di dinding ruang makan masih menunjukkan pukul enam pagi. Nizam bilang hari rabu ini off dari rumah sakit. Baru besok suaminya itu akan terusan jaga.
![](https://img.wattpad.com/cover/243281886-288-k845031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
ДуховныеMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...