Happiest couples in the world never have the same nature. They just have the best understanding of their differences
💕💕💕
Beruntung, menang, sukses, bahagia dunia akhirat. Siapa tak ingin? Semua orang pasti menginginkannya. Tak ingin merasa susah di dunia, hidupnya lancar penuh keindahan, kaya raya bak sultan, tak pernah sakit, masa tua tak terlunta-lunta, akhirnya meninggal mengharapkan surga. Seperti jargon yang pernah viral muda kaya raya tua masuk surga. Asik kayanya.
Tapi keinginan tak selalu terwujud dalam alam nyata. Angan-angan selalu lebih panjang dari fakta. Pikiran manusia tak selamanya bisa terwujud. Bayangan di akal tak selalu menjadi nyata. Keindahan hidup tak selalu ditemui dalam hidup. Semua menpunyai garis takdir. Kaya, miskin, sakit, sehat.
Lantas apakah akhirnya kita menjadi tak bahagia jika angan tak sejalan dengan kenyataan. Ingin kaya raya bak sultan ternyata pas-pasan, ingin suami tajir debit tak terbatas, ternyata mendapat suami debit ngos-ngosan, ingin panjang umur ternyata masih muda terkena stroke, ingin berasa menjadi Nikita Willy ternyata menjadi Nikita Mirzani ngenes tak jelas.
Kembalilah ke konsep syukur. Bahwa tak selamanya cita menjadi nyata, tak selalu halusinasi bisa terwujud bak novel happy ending. Tak selalu sebuah keinginan menjadi wujud hakiki. Bukankah manusia berusaha Allah jua yang menentukan. Bahwa usaha yang dinilai bukan hasil akhir.
Bahagialah karena rasa syukur. Bukan karena merasa bahagia baru bisa menampakkan syukur. Bahwa rasa syukur bukanlah hanya pekerjaan fisik. Cuma sekedar ucapan manis di lisan dengan mengucap Alhamdulillah, terimakasih Ya Rabb. Tetapi rasa syukur merupakan pekerjaan hati. Jiwa yang selalu tersambung dengan Rabbnya. Hukum syara' bak GPS yang selalu menuntun tanpa takut tersesat. Tak ada istilah rumput tetangga lebih hijau. Karena tak akan pernah sampai manusia menakar semua nikmat yang diberikan sang Rabb kepadanya. Apalagi sampai menakar dengan membandingkannya atas nikmat manusia yang lain. Karena Ar Razaq, Yang Maha Pemberi rezeki tahu secara pasti atas ciptaanNya.
"Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak akan seorang pun yang dapat menahannya. Dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Quran Surah Fathir : 2)
"Sudah buang angin sus?" Tanya Nizam pada perawat jaga di bagian ruang pemulihan sambil memeriksa kartu status sang pasien.
"Sudah dok, sejam.yang lalu. Cuma masih mengeluh nyeri" jawab sang perawat menjelaskan.
"Oke. Tambah saja lagi Pronalges nya yang 100mg satu ya" ucap Nizam sambil memberi sedikit catatan di kartu status pasien.
"Nanti saya juga perlu lapor dokter Izzan dok?"tanya sang perawat lagi.
"Ndak perlu. Dokter Izzan sudah tahu kok..." sahut Nizam sambil segera berlalu menuju keluar kamar observasi. Di belakangnya mengekor dua mahasiswi koas yang terus berkutat dengan notes kecilnya.
Sang perawat berhijab itu pun mengangguk paham. Nizam memang sedang mengobservasi pasien post operasi apendiktomi. Sebagai dokter Residen tahun kedua, Nizam sudah mulai padat dengan jadwal sebagai asisten operasi. Dan pasangan duet yang paling sering mengajaknya menjadi asisten adalah dokter Izzan. Sang kakak ipar. Ya, memang kesannya nepotisme ya. Tapi dua orang itu sudah klop sebagai saudara sekaligus sebagai dokter bedah dan calon dokter bedah.
"Aku jadi ndak enak kak, sering-sering jadi asisten operasinya kak Izzan?" Nizam pernah mengatakan kekhawatirannya akan pandangan residen bedah lainnya. Ia tak mau terkesan memanfaatkan hubungan kekerabatannya dengan Izzan untuk kelancaran studinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/243281886-288-k845031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
EspiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...